Kiat Menulis
Self Healing Journal
Menulis di Blog Masihkah Relevan Di Era Media Sosial
Menulis di blog masihkah relevan di era media sosial? Pertanyaan tersebut adalah bahasa halus dari "Hari gini, emang masih ada ya, yang baca blog?" Sebagai seorang blogger pertanyaan seperti ini kerap menyapa saya. Ketika berhadapan dengan pertanyaan ini biasanya saya bakal menjawab sesuai kebutuhan atau melihat siapa yang bertanya. Kalau pertanyaan yang sama juga diberikan kepada kalian, yang berprofesi sebagai blogger, kalian mau menjawab apa?
Menulis di Blog Masihkah Relevan Di Era Media Sosial?
Yuk, kita bahas beberapa alternatif jawaban yang bisa kita berikan. Kira-kira dari paparan di bawah jawaban apa yang bakal teman-teman pilih?
Tulisan di bawah ini semoga juga bisa menjadi pertimbangan buat teman-teman yang belakangan mulai males ngeblog atau terkena sindrom 'baru semangat ngeblog kalau sponsored post.'
Eh tapi 'semangat ngeblog karena sponsored post' itu sudah sebuah pernyataan lho, bahwa dunia per-blogging-an masih diminati oleh jenama-jenama yang ingin produk atau jasanya dikenal luas oleh masyarakat.
Artinya, sebuah tulisan atau ulasan di blog masih relevan di tengah maraknya dunia media sosial. Kira-kira data juga bicara seperti itu nggak ya. Markicek. Mari kita cek.
Kita mulai dengan kaitan antara aktivitas blogging dengan dunia pemasaran. Atau sebut saja bagaimana sih, statistik blogging untuk pemasar. Data ini saya ambil dari blogging-statistics di optinmonster.com
Pemasar, dalam hal ini jenama atau penyedia produk dan jasa yang memprioritaskan blogging sebagai langkah pemasaran digital ternyata 13 kali lebih memungkinkan mendapatkan ROI positif.
Ini sejalan dengan sponsored post tadi ya, makin ke sini makin banyak lho jenama atau bahkan instansi swasta atau pemerintah yang bekerjasama dengan blogger agar produk, jasa, dan kegiatan mereka diliput serta diulas oleh blogger.
Mengapa begitu, hal ini karena menurut data, 60% pemasar menggunakan strategi personalisasi yang terdokumentasi. Misalnya nih, ada konsumen mengulas tentang produk mereka, dokumentasi ini bisa disimpan sebagai bentuk promosi atau pemasaran.
Jika membuat strategi pemasaran dengan media sosial sifatnya instan dan hanya pada satu momen, maka ulasan atau tulisan di blog bersifat branding jangka panjang. Target audiences masih bisa membaca tulisan di blog selama bertahun-tahun. Apabila audiences mencari dengan kata kunci tertentu tulisan terkait jenama atau jasa yang diulas blogger dapat muncul kapan saja.
Selain itu menurut data juga, 57% pemasar mengatakan bahwa mereka mendapatkan pelanggan secara khusus melalui aktivitas blogging.
Sebagai tambahan, 53% pemasar mengatakan blogging adalah prioritas utama pemasaran konten mereka, serta pemasar B2B yang memiliki blog ternyata mendapatkan 67% lebih banyak prospek daripada mereka yang tidak memiliki blog.
Oke, di sini kita bisa dapat tarik kesimpulan bahwa aktivitas blogging masih cuan ya. Blogging masih cuan untuk kedua belah pihak, baik itu pemasar maupun blogger itu sendiri. Karena itu iklim saling berkolaborasi antara pemasar dengan blogger masih akan tumbuh hingga tahun-tahun ke depannya.
Masih Cuan, Tapi Kenapa Males Ngeblog?
Sekarang kita udah tahu nih, kalau di tahun 2022 ini ngeblog masih jadi aktivitas yang cuan. Lalu, apa sih, yang sebenarnya bikin seorang blogger sering kena sindrom malas ngeblog?
The hardest truth is, agak susah buat yang baru mulai ngeblog tapi sejak awal tujuannya sudah pengin cuan duluan. Maksudnya di sini, ketika mulai banyak yang ngeh, kalau aktivitas ngblog itu bisa mendatangkan pundi-pundi berlian, hehehe, mulailah bermunculan blogger baru, yang ketika baru mulai sudah mikir cuan duluan.
FYI, saya mulai ngeblog tahun 2009, dan baru mulai bisa memonetisasi di tahun 2013, itu pun di awal-awal masih sangat sedikit sponsored post-nya, baru di tahun 2016 mulai serius membesarkan bramasole.com, yang di awal tahun lalu harus memulai lagi dari awal dengan domain baru nianurdiansyah.com
Intip cerita tentang ganti domain di sini ya.
Kalau melihat dari fenomena yang terjadi, kemungkinan besar kemalasan berasal dari kesulitan untuk menikmati proses. Kebanyakan blogger baru, hmmm, ini nggak semua ya, ketika tahu aktivitas ngeblog itu bisa cuan, buru-buru ingin memetik hasilnya tapi lupa bahwa hasilnya nggak bisa langsung besar, dan bahwa ngeblog itu pondasinya harus karena kesukaan dan kebutuhan, bukan hanya cuan.
Ngeblog memang menghasilkan, karena kalau teman-teman bertanya adakah jenis pekerjaan yang dibayar lumayan karena kita suka melakukannya (menulis, riset, story telling), jawabannya ada, dan ngeblog adalah salah satunya.
Cuma, untuk sampai di sana, banyak yang kurang bisa menikmati proses. Maunya buru-buru cuan yang gede.
Nah, kalau udah urusan cuan gede, lagi-lagi ini balik ke mindset sih. Saran buat yang memang ingin ngeblog untuk cuan, jangan jadikan blog sebagai keran utama, buat keran-keran lainnya. Jangan salah, dari blog banyaaak lho peluang lain yang bisa terbuka.
Ngeblog itu dasarnya menulis, menulis itu aktivitas yang melibatkan koneksi antara hati dan pikiran, kalau tidak digerakkan oleh hati bakal berat.
Mungkin salah satu cara untuk menghilangkan malas adalah dengan kembali memperbaiki niat kita dalam nge-blog. Contohnya nih, kadang, kita ngeblog karena butuh pengakuan dari orang, percaya deh, alasan atau niat seperti itu nggak akan bertahan lama, begitu kita nggak lagi butuh pengakuan dari orang yang kita tuju, semangat itu akan kendur, dan lama-lama hilang.
Masing-masing dari kita yang paling tahu apa niat terdalam untuk ngeblog. Coba gali lagi, perbaiki lagi, luruskan lagi, jangan sampai niatnya untuk alasan sesaat.
Semangat pasti turun naik, kita yang paling tahu apa yang membuat semangat nulis lagi. Yang jelas setiap orang punya need of self-actualization, dan menulis, mengutarakan opini dalam tulisan, menceritakan pengalaman adalah salah satu caranya.
Setiap orang juga punya kebutuhan untuk terhubung dengan dirinya sendiri, maka menulis juga akan membuat kita lebih mudah terhubung ke dalam diri.
Jika kita meletakkan tujuan-tujuan pada hal-hal yang bersifat kebutuhan emosional maka dalam kondisi mental yang sehat kita akan berusaha memenuhi kebutuhan tersebut.
Orang yang terbiasa menulis lalu dia malas menulis, berarti ada sebuah kondisi tidak sehat dalam dirinya yang perlu diperiksa lebih jauh karena ada kesulitan untuk memenuhi kebutuhan emosionalnya.
Apa ini sumber males ngeblog kita? |
Kalau dalam dunia HR kita kenal istilag burn-out maka dalam dunia kepenulisan kita kenal writer's block.
Sumbernya writer's block ini banyak, dan akarnya, banyak yang belum menyadari, berasal dari mental block dan kondisi psikologis seseorang. Salah satu mental block-nya: mindset 'semua harus sempurna dulu'. Kalau belum sempurna tidak akan memulai, kalau tidak sempurna tidak diselesaikan.
Padahal better done than perfect, yekan.
Beberapa penulis pengidap ADHD juga diduga mudah mengalami hal ini, di satu titik ia bisa merasakan idenya sangat melimpah dan begitu cemerlang, namun di hari lain ide yang sama akan tampak bodoh dan tidak menarik lagi.
Kondisi ADHD ini juga bisa terjadi pada kita kalau kebanyakan terpapar media sosial.
Banyak dari kita di masa sekarang ini mengalami overstimulation karena banyak terpapar informasi yang begitu masif dari sosial media.
Kondisi ini melatih otak kita untuk menyukai hal-hal yang berlangsung cepat dan sensasional. Sayangnya, kondisi ini menumpulkan otak menulis kita.
Hasilnya daripada menghibur diri dengan membuat tulisan yang mengkoneksikan hati dan pikiran, kita mulai terbiasa dibuai oleh lintasan-lintasan peristiwa audio-visual durasi pendek, maksimal 1 menit, yang memberikan otak hiburan untuk sementara waktu.
Tahukah teman-teman, bahwa hiburan dengan durasi pendek itu perlahan membunuh kemampuan otak kita untuk melakukan tugas koordinasi yang kompleks.
Ya, menulis adalah tugas koordinasi yang kompleks, koordinasi mata dan tangan, pikiran dan hati kita, kognisi dan afeksi bekerja dalam satu waktu.
Maka jika ingin semangat menulis kembali, lakukanlah detoks digital, stop memberikan oak stimulasi yang berlebihan, mulailah membaca buku, menonton film yang on going, latih kembali otot kesabaran kita dengan tidak menginginkan segala sesuatu selesai dalam satu waktu.
Apa Kata Data Soal Malas Ngeblog?
Nah, sekarang kita baca data lagi yuuk, kira-kira data bisa membantu kita apa saat malas ngeblog.
Menurut data hanya 38 % blogger yang memperbaharui artikel lamanya, padahal memperbaharui artikel lama supaya tetap relate dengan kondisi sekarang. Jadi, kalau teman-teman lagi buntu nggak ada ide, coba lihat lagi artikel lama, apa yang bisa diupdate.
Sedang malas nulis, coba ambil gambar atau video, simpan dulu di folder, atau edit warnanya, lakukan color grading, akses sisi kreatif kita yang lain.
Hasilnya, menurut data adalah seperti gambar di bawah ini :
Sejak harus pindahan rumah kemarin, saya lumayan mutung melihat kondisi analytics blog yang ambrol. Semua harus mulai dari awal. Meski begitu, Alhamdulillah Allah memberi semangat kembali, ketika saya buka-buka galeri di ponsel cukup banyak sekali foto dan video yang tersimpan di sana.
Di masa pandemi ternyata saya dan keluarga banyak healing ke spot-spot alam hidden gems. Sayangnya saat itu kami masih ragu untuk mempublikasikannya.
Baru beberapa waktu belakangan ini mulai tergerak lagi untuk mengumpulkan momen yang berserak ini dalam sebuah wadah.
Kata Pak Suami: "ini kalau dari 2020 kita kumpulin foto dan video ini jadi channel Youtube, kita udah punya banyak video kali ya"
Nah, karena itu kami pun sepakat membangun kembali channel lama yang diniatkan untuk menyimpan momen bersama anak-anak.
Channel itu juga sebagai sebuah aktivitas healing keluarga dan catatan aktivitas parenting kami.
Selama dua tahun pandemi, kami mulai menemukan sebuah cara membangun bonding keluarga dan bagaimana membuat kelas-kelas di alam terbuka bersama anak-anak.
Dan baru di awal Ramadan kemarin kami mulai merekam momen itu di channel youtube. Salah satu aktivitas sederhana yang melibatkan anak-anak untuk belajar sekaligus bersenang-senang adalah masak di alam terbuka.
Ini salah satu vlog yang bisa teman-teman tonton. Bikin Kimbab dan Mukbang dari ketinggian 1300 dpl.
Nah, kenapa saya cerita soal vlog juga, ini ada kaitannya dengan mengobati malas ngeblog tadi. Ketika kami mulai menjelajahi sisi kreatif lain dari dalam diri, pelan-pelan semangat untuk menulis dan berbicara pada diri sendiri mulai muncul kembali.
Ketika kami mulai menghargai momen-momen kecil dalam hidup, kami pun mulai belajar mensyukurinya dalam banyak bentuk, ada dalam bentuk gratitude journal, menyimpan vlognya di Youtube, dan menulis di BLOG tentu saja.
Ketika menulis kami jadikan cara untuk bersyukur, kami pun tidak ingin lagi berhenti menulis, karena berhenti menulis menjadi pertanda kami sedang kurang dapat bersyukur.
Semoga artikel ini bisa membantu teman-teman lebih semangat ngeblog yaa.
Suka banget tulisannya mbak niaaa. Kaya sudut pandang!! 😍
ReplyDeleteJadi punya ide buat mendokumentasikan ide yang berserakan lagi dan mulai bikin video dokumentasi keluarga hoho. Tq mbaa nia!
Mantap, deh. Menulis untuk terhubung dengan diri sendiri, ya. Jadinya makin banyak menulis bisa makin nyaman, deh.
ReplyDeleteWah, terima kasih untuk pencerahannya, ya Mbak Nia. Benar-benar harus berjuang, konsisten, dan sabar yaa utk meraih pencapaian, termasuk cuan dari blog.
ReplyDeleteIya ya mba, makin kesini kayaknya banyak kerjaan bukan dari blog tapi dari medsos. Ini sebenarnya salah satu yg bikin jadi males nulis, hihi. Aku juga awalnya ngeblog dari thn 2009 masih nol, baru dapat job tahun 2015 itu pun sponsor post kecil2, alhamdulillah
ReplyDeleteWahh,, Keren sekali artikelnya mbak Nia, penuh dengan data dan inspirasi. Jadi tambah semangat buat nulis blog lagi.
ReplyDeleteSaya sangat merasakan salah satu manfaat menulis, karena dengan menulis kita melatih dan merangsang otak kita untuk selalu berfikir dan mencari wawasan dan pengetahuan baru. Dapat melatih koordinasi antara otak, mata dan tangan. Dan yang paling penting juga supaya tidak cepat pikun (untuk seusia saya).
ReplyDeleteMba Nia..selalu senaaang membaca tulisan2 mba. Selalu ada hal positif yg menginspirasi dan menyemangatiku utk tidak menyerah. Sekali lagi terimakasih utk tulisan2 kerennya..dan jangan berhenti berbagi melalui tulisan2 di blog ini ya mba..
ReplyDeleteJujur aku juga sempat beetanya2 apakah blog skr masih banyak pengunjung tp klo jon masih terus berdatangan berarti masih ada space utk blog ya. Kita aja sbg blogger harus pinter meramu tulisan spy enak dibaca. Tambahin foto apalgi klo foto sendiri pastinya lebih memuaskan. Makasih insightnya mbak aku malah udh lama ga aktif YT padahal awalnya niat pengen.simpan kegiatan fun learning sama keumala. Belajarnya lanjut bimin videonya yg malas hahahah
ReplyDeleteMbak Nia....tulisannya ngena banget nih. Detoks digital ini memang penting ya, Mbak. Aku juga mulai mengurangi buka sosmed dan kadang puasa sosmed untuk beberapa waktu tertentu. Menulis dari hati memang menyenangkan ya, Mbak. Bisa menyalurkan ide dan gagasan yang ada di fikiran kita melalui tulisan juga menyenangkan ya, Mbak.
ReplyDeleteNah bener tuh otak kita jadi terbiasa menangkap video pendek, dan efeknya membaca buku jadi gak telaten lagi. Butuh waktu lama gitu buat nyelesain satu buku. Kemarin ada hampir setahun aku mencoba baca buku lagi, gak apa sih selesainya lama yang penting bisa mengisi otak lagi
ReplyDeleteActually. Aku nggak pernah mikirin sih apakah masih relevan atau nggak nulis di blog. Karena sejak dulu tu aku lebih suka nulis. Bahkan blog utama ku dulu isinya hanya tulisan imajinatif semacam cerpen dan cerbung. Hehehe
ReplyDeleteMbak Nia...makasih tulisannya yang sangat lengkap. Detoks ga cuma buat tubuh tapi juga digital. Setuju banget klo overstimulated jd mengumpulkan otak buat nulis. Pdhl yg tadinya ide itu banyakan,gegara sosmed,hilang gt aja.
ReplyDeleteTulisan ini makjleb mba. Jadi bahan renungan nih buat diriku yang sedang tersesat. Dulu ngeblog mah emang krn suka nulis dan buat hepi2an... Skrng gara2 banyak yg tahu bisa menghasilkan cuan, makin banyak blogger baru dan persaingan makin ketat.
ReplyDeleteAku kalau puasa sosmed mainnya nonton mbaa heheheh baca juga sesekali dan akhir-akhir ini malah seneng mantengin live shoping hahaha. Tapi tetap berusaha ngeblog, dan konsisten.
ReplyDeleteNah, bener ini, kadang terlalu ingin tulisan sempurna malah jadinya enggak nulis-nulis. Aku terkena sindrom yang satu ini untuk blog khusus kartu posku. Alhamdulillah dengan adanya lecutan di komunitas, tulisan baru sudah muncul di blogku itu.
ReplyDeleteDulu nih kalau nggak nulis sehari saja rasanya kepala kayak penuh dan harus dikeluarkan. Sekarang kok ya berkurang. Bisa jadi memang karena kebanyakan nonton video singkat di IG, Mbak. Kuakui kalau capek atau jeda ngajar tuh pelariannya ya nonton video.
ReplyDelete