Ramah Lingkungan
Rumah & Interior
Clutter Free Life bareng Rapel Indonesia
Setelah beberapa tahun nggak melakukan clutter free life project di rumah, akhirnya di tahun 2022 ini memulai kembali aktivitas tersebut. Memang sih, beberes, memilah barang, dan membuang sampah itu kudu rutin dilakukan, biar aliran energi di rumah juga selalu diperbarui. Tahun ini, ada Rapel Indonesia yang membantu proses bebersih rumah kami jadi berjalan lebih cepat.
Flashback sedikit soal alasan apa yang membuat kami kembali menggelar clutter free life project ini. Pencetus utama sebenarnya karena kami merasa butuh gudang baru untuk menyimpan beberapa barang, tapi kalau dipikir-pikir kenapa sih, kita harus simpan lagi barang-barang itu, toh selama bertahun-tahun kita nggak memakainya dan nggak berpengaruh besar sama kehidupan. Berarti kan, barang itu sebenarnya nggak penting-penting amat yak.
Alasan kedua, sepeninggal Bapak Mertua, saya dan Pak Suami kebagian mengurus barang-barang peninggalan beliau, yang kemudian harus kami simpan di rumah.
Melihat situasi tersebut, kami merasa, kok kayaknya goal kita mau menerapkan minimalist living bakal nggak tercapai ya, kalau kita terus-terusan menyimpan barang lama, yang sudah tidak dibutuhkan, dan membeli barang baru lagi, yang kadang juga nggak dibutuhin-dibutuhin amat.
Jadi, saya dan Pak Suami pun duduk bareng untuk mulai merumuskan beberapa hal, misalnya rencana ke depan, gambaran tentang rumah tumbuh yang kami rencanakan, dan lain sebagainya. Dengan duduk bareng ini, kita pun akhirnya sepakat dengan konsep minimalist living yang bakal kita terapkan.
Konsep vintage neutral ini kayaknya bakal cocok deh, sama rumah kami yang banyak barang vintage-nya. |
Setelah mengonsep bersama, kita pun mulai keliling rumah untuk mulai bebenah. Ketahuan kalau sebenarnya, yang bikin gudang penuh itu bukan karena jumlah barangnya, tapi karena kita nggak menata dan mengkategorikan dengan rapi barang-barang yang ada.
Kondisi itu bikin kita jadi nggak tahu udah punya apa, misalnya nih, tahu-tahu beli piring dan cangkir lagi, padahal di gudang masih ada.
Oke, karena bongkar rak gudang ini bakal makan tenaga, kita pun memutuskan untuk melibatkan bantuan tukang.
Alhamdulillah, dengan bantuan tukang, kerja sehari beres deh, itu rak-rak lama yang ternyata udah lapuk beres dibongkar.
Selanjutnya sortir barang. Sama seperti sebelumnya, kita bikin tiga kardus dengan masing-masing label : disumbangkan/dikasihkan ke orang, dibuang, dan dipakai kembali.
Beneran dong, ternyata kardus dengan label dibuang ini setelah dipilah isinya makin menggunung aja. Termasuk juga kardus berlabel dikasihkan ke orang.
Begitu beres memilah, kardus berlabel dikasihkan ke orang langsung kita berikan ke target, wkwkw. Karena kalau didiemin lama di rumah, ya pasti cuma bakal jadi tumpukan barang lagi.
Bingung Mau Buang Sampah Kemana? Rapel-in aja
Selanjutnya, kita mulai memilah sampah.
Untung banget udah pernah ikutan kelas memilah sampahnya Rapel Indonesia di kegiatan Pasar Sehat Semarang.
Saya jadi punya gambaran, barang apa saja yang bakal saya Rapel-kan. Karena dengan di-Rapel-kan, barang kita bisa jadi cuan lho. Lumayan lah buat uang capek milah sampah.
Kita pun membuat satu kardus lagi dengan label Rapel. Yang setelah disortir isinya : gelas-gelas dan botol bekas. Intinya, lumayan banyak sampah kaca. Yang kalau kita kasih ke tukang rongsokan, biasanya nggak ada harganya.
Kemudian, di dalam kardus berlabel Rapel tadi, kita kembali memilah beberapa sampah dan barang tak terpakai: ada sampah plastik kerasan, sampah almunium, kardus, dan beberapa sampah logam, kaleng, dan sebagainya.
Buat yang belum tahu Rapel Indonesia itu apa? Rapel adalah aplikasi untuk menjual sampah anorganik yang masih memiliki nilai jual dan telah dipilah menurut jenisnya oleh pengguna aplikasi. Sampah itu kemudian dijual kepada kolektor atau agen pengepul yang menjadi mitra.
Nah, saya sendiri baru tahu kalau kepanjangan dari Rapel adalah : Rakyat Peduli Lingkungan. Rapel ini berasal dari Yogyakarta, namun kini di Semarang pun kita sudah bisa mengunduh aplikasi Rapel dan menggunakannya.
Menurut saya, aktivitas memilah sampah melalui aplikasi Rapel ini cukup menyenangkan, buktinya, anak sulung saya yang inisiatif mengunduh, kemudian membantu melakukan pemindaian sampah di rumah, mana yang kira-kira bisa di-Rapel-kan.
Sampah yang sudah kita kumpulkan itu nanti akan dijual kepada kolektor atau agen pengepul sampah yang menjadi mitra aplikasi. Nah, dengan menggunakan aplikasi, baik user maupun kolektor akan mendapatkan poin dari aktifitas jual beli sampah tersebut, dan poin dapat ditukar dengan berbagai hadiah sesuai dengan promo yang ada.
Dari kamar ibuk, ada berbagai botol skincare yang akhirnya bisa keluar dari kamar. Kakak juga mengumpulkan sampah berupa kepingan DVD bekas, Buku-buku dan kertas bekas sekolah saat SD, dan masih banyak lagi.
Setelah mengisikan jenis sampah yang akan di-Rapel-kan via aplikasi, biasanya kolektor akan janjian dengan kita untuk mengambil sampahnya. Pengalaman kami, pagi hari pukul 10 kami memasukkan jenis sampah ke aplikasi, sore pukul 3, para kolektor datang untuk mengambil sampahnya.
Sebagian besar sampah yang diambil oleh Rapel adalah sampah-sampah anorganik yang bisa didaur ulang. Dari beberapa jenis sampah, nanti akan ada harga berkilogramnya. Saat di rumah, sampah yang sudah kita pilah akan ditimbang, kemudian akan mendapatkan sejumlah uang sesuai harga yang ditetapkan.
Di Semarang sendiri, kantor Rapel ada di daerah Majapahit, tapi nggak perlu repot-repot mengantarkan sampah ke sana, karena kolektornya akan menjemput. Selain itu, Rapel juga bekerjasama dengan beberapa Bank Sampah yang ada di Semarang, seperti Bank Sampah Mandiri Berkah.
Alhamdulillah, dengan bantuan Rapel, aktivitas clutter free life kali ini bisa selesai lebih cepat.
No comments