Buku Bacaan
Kiat Menulis
Psikologi
Ulasan Buku
Buku Yang Bagus Dibaca Untuk Refleksi Akhir Tahun & Resolusi Awal Tahun
Sebenarnya merasa seolah kayak template banget, kalau tiap akhir tahun menjelang ganti tahun bikin tulisan semacam 'refleksi akhir tahun' atau 'resolusi awal tahun'. Karena persoalan resolusi, sudah beberapa kali dibahas di blog ini. Biar sedikit ada sentuhan baru, saya mau kasih rekomendasi beberapa buku bacaan terkait kedua hal tersebut. Ya, meskipun lagi-lagi, salah satu buku tentang itu, yaitu The Psychology of Action yang ditulis oleh Peter Gollwitzer, juga sudah pernah disinggung sebagai salah satu sumber bacaan untuk menuliskan ini : Kenapa Ngga Bikin Resolusi 2021 Markicus, kita simak beberapa rekomendasi bacaannya.
Pada sadar nggak sih, penulisan kalimat 'Resolusi Awal Tahun' saja sebenarnya sudah bisa menjelaskan mengapa sebaian besar orang gagal menjalankan resolusinya. Ya, karena ditulisnya, cuma 'awal tahun', yang artinya greget semangatnya itu kadang cuma terasa di awal-awal saja.
Nggak heran kalau riset mengatakan hanya 12% (*riset yang dilakukan oleh Prof. Richard Wiseman)yang bisa mempertahankan resolusi awal tahunnya hingga akhir tahun. Bahasa to the point-nya, kita tuh, seringnya cuma semangat di minggu-minggu pertama awal tahun saja. Saking semangatnya, kita bisa menuliskan lebih dari 12 goal untuk satu tahun. Padahal, satu tahun hanya 12 bulan. Seandainya kita butuh 1 bulan untuk mencapai 12 goal, maka satu tahun itu kita akan berlari-lari mengejar satu target setiap bulannya.
Saya nggak bilang, hal itu mustahil. Tapi setahun bikin 10 goal aja masih kebanyakan. Nah, soal jumlah goal ini ada kaitannya sama Law of Diminshing Returns, dan rekomendasi bacaan untuk hal ini bisa teman-teman temukan di buku : 4 Disciplines of Execution karya Sean Covey. Intinya, dalam buku ini kita akan bisa memahami mengapa jika seseorang menetapkan lebih dari 10 goal dalam jangka waktu yang sama, maka justru tidak akan ada satu pun goal yang dapat tercapai secara paripurna.
Tapi, jangan berkecil hati dulu karena sebenarnya, yang salah bukan melulu soal memiliki banyak goal, terkadang salah satu penyebab mengapa sebuah goal gagal kita capai adalah karena kita membuat goal yang terlalu besar dan tidak memecahnya dalam langkah-langkah kecil.
Tahukah teman-teman bahwa sebuah tujuan pada dasarnya terdiri dari sebuah pemberhentian-pemberhentian kecil. Sama seperti saat kita punya tujuan pergi ke Kota Jakarta dari Semarang, ada banyak titik-titik kota lain yang harus kita singgahi, dari mulai Kendal, Pekalogan, Tegal, Brebes Cirebon, dan seterusnya. Kota-kota yang harus kita lewati itu, bisa jadi adalah sebuah kebiasaan-kebiasaan kecil yang haru kita bangun lebih dahulu untuk sampai di tujuan akhir.
Soal membangun kebiasaan kecil, Buku Atomic Habits karya James Clear bisa teman-teman baca untuk memahami empat kaidah pembentukan kebiasaan, yaitu bagaimana menjadikan sebuah kebiasaan itu terlihat, menarik, dan memuaskan.
Kalau buku The Psychology of Action bisa dikategorikan buku yang lumayan berat dan teoritis bagi penyuka bacaan yang lebih nge-pop, maka selain Atomic Habits teman-teman bakal lebih betah membaca The 7 Habits of Highly Effective People karya Steven R. Covey. Ini adalah salah satu buku 'pegangan' zaman kuliah saat saya butuh kiat produktivitas. Meski buku lama, tetapi isinya masih sangat relevan dengan kondisi saat ini, dan karena cukup praktikal, saya juga merekomendasikan buku ini untuk dibaca oleh remaja.
Salah satu alasan lain mengapa resolusi sering tidak tercapai adalah karena sebenarnya kita melakukan sebuah perubahan dri hal-hal yang sudah terlanjur menetap menjadi sebuah kebiasaan. Kalau mau tahu kebiasaan itu apa? Kebiasaan adalah hal-hal yang kita lakukan sehari-hari tanpa terlalu memikirkannya, alias ya, ngalir aja gitu. Buku yang paling asyik untuk menjelaskan hal ini adalah Good Habits, Bad Habits karya Wendy Wood. Dalam buku ini, kita bakal menemukan bahwa kita menghabiskan 43% kegiatan sehari-hari dengan melakukan hal-hal tanpa memkirkannya.
Jadi, kalau habis bangun tidur, tanpa memikirkannya kita langsung buka ponsel dan menelusuri linimasa, dan kondisi itu berulang setiap hari, maka itu adalah kebiasaan. Dan kebiasaan itulah yang kemudian akan membentuk kita. Jika kita merasa bahwa kebiasaan itu menjauhkan kita dari sebuah tujuan, maka kita ingin mengubahnya, namun mudahkah? Menurut buku tersebut, ternyata berubah nggak cuma butuh tekad, tetapi juga melibatkan kemampuan alam bawah sadar.
Nah, itu tadi beberapa buku yang bagus dibaca untuk refleksi akhir tahun dan resolusi awal tahun. Kalian sudah baca yang mana?
No comments