Penuhi Hak Anak Lewat Aktivitas Mendongeng Bersama Let's Read
Tazka, anak kedua saya, akan memasuki usia enam tahun seminggu lagi. Ada sedikit kekhawatiran yang merayap di benak saya belakangan ini. Sekolah tatap muka belum kembali dibuka; Tazka juga belum terlalu mahir membaca. Sejak Maret 2020 yang lalu, kami memutuskan melanjutkan pendidikan TK-nya dengan aktivitas belajar di rumah tanpa menginduk ke sekolah. Pembelajaran dilakukan secara mandiri, dengan saya, ayahnya, serta kakak sulungnya sebagai pendamping. Imbas pandemi terhadap sektor pendidikan anak, membuat kami khawatir, sudahkah kami memenuhi hak-haknya sebagai seorang anak?
Di suatu siang yang mendung, di antara tumpukan cucian yang menggunung, pikiran saya berlabuh pada Jaysinge, seorang anak perempuan dua belas tahun di India, yang sejak Maret 2020 lalu tidak lagi bersekolah karena terimbas pandemi. Ia kini sibuk bekerja di ladang, menyunggi batang tebu di atas kepalanya, mengambil air, dan menyiapkan makanan untuk dibawa ke ladang.
"Jangankan untuk memiliki ponsel pintar, untuk makan saja masih sulit," begitu ujar Jaysinge dalam penggalan wawancaranya dengan Washington Post.
Artikel daring itu saya baca di ponsel sambil menemani anak saya belajar di rumah.
Masalah pendidikan anak memang jadi isu yang cukup mendapat perhatian secara global di masa pandemi saat ini.
Apa yang dialami Jaysinge di India, bisa saja dialami anak-anak di belahan dunia yang lain: kesulitan mendapatkan akses informasi, dan belum mendapatkan pendidikan yang berkualitas. Padahal dua hal itu merupakan bagian dari hak anak yang harus dipenuhi.
Meski Tazka kami putuskan untuk tidak melanjutkan sekolah versi daringnya, kondisinya, dalam hal pendidikan, masih sangat bisa disyukuri.
Meskipun terkadang, kami masih suka kepikiran, apakah yang kami ajarkan di rumah sudah sesuai dengan tahapan perkembangannya, dan apakah sudah memenuhi hak-haknya sebagai anak.
Tiba-tiba gelembung pikiran saya dipecahkan oleh suara Tazka.
"Bun, kenapa sih, aku harus bisa baca sama nulis?" tanyanya tanpa mengangkat wajah. Tangannya terus berlatih menuliskan huruf demi huruf. Matanya tetap terpaku pada buku latihan menulis di hadapannya.
Sebenarnya, saya tahu kalau aktivitas latihan menulis ini mulai agak membosankan untuknya, tetapi mau bagaimana lagi, beberapa hal memang butuh konsistensi dan kedisplinan agar bisa dikuasai dengan baik.
Saya menarget sebelum masuk sekolah dasar, Tazka sudah mahir membaca dan menulis. Itu berarti, Tazka punya waktu enam bulan untuk berlatih, karena jika semua lancar, tahun ajaran baru yang jatuh Juli besok, saya berencana untuk memasukkannya ke sekolah dasar.
"Hmmm, kenapa harus bisa baca dan nulis?" saya memantulkan kembali pertanyaannya. Sambil menunggu matanya beralih dari buku ke arah saya, "hmmm...kira-kira kenapa, ya?" tanya saya lagi sambil pasang muka pura-pura bingung.
Biasanya cara itu selalu berhasil membuat dia menjawab sendiri pertanyaan yang dibuatnya.
"Oh aku tau," jawabnya kemudian, "biar kalau pas jalan-jalan naik mobil, aku bisa baca peta dan kasih tahu nama-nama jalannya. Aku bisa jadi navigator kayak Kakak!"
Terus, biar kalau nonton film yang Bahasa Inggris, aku bisa baca tulisan cerita Bahasa Indonesianya.
Oh ya, satu lagi biar bisa baca buku yang tulisannya banyak kayak punya Kakak. Terus, biar Bunda nggak ketiduran kalau bacain aku buku di Let's Read karena aku udah bisa baca sendiri!" serunya bersemangat.
"Nah itu, bener semua jawabannya, balas saya."
"Tapi, kenapa harus bisa nulis sih?" tanyanya lagi, sorot matanya tampak masih belum puas juga.
"Supaya kalau Tazka bisa kirim pesan WA ke ayah pas lagi di kantor. Supaya Tazka bisa tulis surat buat Oma. Supaya Tazka bisa bikin cerita juga, kayak yang suka kita baca di Let's Read. Supaya apalagi kira-kira...?" kali ini, saya coba memancingnya untuk melanjutkan jawaban.
"Supaya pas sekolah, bisa jawab pertanyaan guru, jawaban gitu juga ditulis, kan." tambahnya.
"Nah itu, bener lagi. Ya udah, biar makin lancar baca-tulisnya, Tazka harus rajin latihan, ya."
Raut wajahnya tampak puas. Dia kembali melanjutkan latihan menulisnya, dan sudah mulai nggak sabar untuk dibacakan cerita.
"Habis ini, kita milih buku bacaan di Let's Read ya, Bun."
Itu tadi sekelumit cerita tentang Tazka yang sedang belajar membaca dan menulis. Agar semangatnya belajarnya terjaga, saya juga menyelingi latihan menulisnya dengan membacakan dongeng.
Penuhi Hak Anak Lewat Aktivitas Mendongeng Bersama Let's Read.
Sebagai orangtua, tentu kita harus paham bahwa anak-anak memiliki hak-hak yang harus dipenuhi, termasuk berhak mendapatkan pendidikan yang berkualitas, meski dalam kondisi pandemi seperti saat ini.
Apa saja sih, hak-hak anak terkait dengan pendidikan?
Bisa disimak di infografis di bawah ini ya :
Setiap anak memiliki hak untuk mendapatkan perlindungan dan pendidikan yang layak. Salah satu hal yang menunjang pendidikan anak adalah dengan membaca.
Dalam kondisi seperti sekarang, meskipun tidak ada sekolah tatap muka, saya tetap harus mendampingi proses belajar hariannya dan memastikan bahwa pendidikan yang diberikan dapat membantunya menumbuhkan karakter, bakat, kondisi mental, dan kemampuan fisiknya, sesuai yang tertuang dalam konvensi hak anak Pasal 29.
Belajar dan menggunakan bahasa juga merupakan salah satu hak anak yang harus dipenuhi, oleh karena itu sebagai orangtua saya harus memberikan bimbingan agar Tazka bisa menggunakan bahasa dengan baik dan benar dalam kehidupan sehari-hari.
Ada beberapa aspek yang dapat membantu perkembangan penguasaan bahasa pada anak :
Pertama, melalui proses mendengarkan.
Untuk memfasilitasi anak agar kemampuan bahasanya berkembang melalui proses mendengarkan, orangtua bisa mulai membacakan dongeng untuk anak sejak dini.
Membaca nyaring sebuah dongeng juga dapat membantu anak untuk mengenal bahasa ibunya.
Cerita-cerita juga akan semakin hidup di benak anak-anak jika ada yang membacakan untuknya. Apalagi jika diiringi dengan intonasi yang tepat, adanya ekspresi emosi saat membacakan, juga gerakan tangan dan mimik wajah.
Hal tersebut dapat memudahkan anak ketika ia harus mengenali dan menamai emosi-emosinya sendiri. Ini sangat penting bagi perkembangan kecerdasan emosionalnya.
Kedua, dengan melihat.
Dalam hal ini, penguasaan keterampilan berbahasa dapat dilatih dengan memperlihatkan gambar-gambar yang disukai anak.
Dongeng atau cerita yang kita bacakan dengan nyaring pun akan terasa semakin hidup ketika memiliki gambar dan ilustrasi, serta anak-anak memiliki keleluasaan untuk melihatnya.
Cerita bergambar membantu anak untuk belajar mengembangkan imajinasi dan mengasah kreativitasnya. Anak-anak bisa mengenal situasi atau tempat yang baru dan masih asing lewat gambar, dan membangun perspektif bangun-ruang, serta tempat.
Hal tersebut membantu anak-anak mengembangkan kemampuan daya bayang ruang yang penting untuk perkembangan kecerdasan matematisnya.
Ketiga, dengan mengajari anak membaca dan menulis.
Ini merupakan aktivitas lanjutan yang dapat mulai dilatihkan kepada anak-anak, yang telah matang dan siap secara usia, untuk membantu perkembangan penguasaan bahasanya.
Berdasarkan ketiga hal tersebut, yang paling berpengaruh terhadap kemampuan berbahasa dan penguasaan kosa kata bagi anak saya, yang belum mahir membaca sendiri, adalah aktivitas mendongeng.
Karena itu dalam kesehariannya, saya berusaha rutin membaca nyaring untuk Tazka. Dengan harapan ia akan terpikat dengan dongeng-dongeng di dalam buku, yang kemudian akan menumbuhkan minat bacanya.
Meski begitu, belajar dan mengasah minat membaca tidak semudah yang dibayangkan.
Tazka, seperti beberapa anak lainnya, juga sering lebih tergoda untuk bermain gadget.
Cahaya, warna, suara, gerakan, dan visualisasi dari suatu permainan yang ada di gadget sering mengalihkan perhatiannya dari buku-buku.
Apalagi untuk seorang anak yang belum lancar membaca, jika tidak didampingi untuk membaca buku, aktivitas membaca buku bisa jadi membosankan karena ia hanya bisa menerjemahkan alur cerita dari gambar.
Itu pun kalau dalam satu buku terdapat banyak gambar yang menarik, tetapi kalau isinya sebagian besar adalah tulisan yang kecil-kecil dan terlalu rapat, anak yang baru belajar membaca bisa kehilangan minatnya.
Untuk itulah, di era digital ini, anak-anak sangat butuh pendampingan orangtua ketika sedang belajar membaca.
Mendampingi anak agar mau menyimak saat sedang dibacakan buku juga gampang-gampang susah.
Berdasarkan pengalaman, saat membacakan buku, ternyata tidak semua isi dan cerita di buku bisa menarik perhatian dan minat anak-anak.
Pernah suatu kali, ketika saya membacakan buku untuknya, saking terlalu panjang tulisannya, kemudian saat membacakan saya tidak bisa menjaga intonasi suara agar tetap menarik didengar, Tazka malah jadi bosan dan enggan memyimak.
Dari pengalaman itu, saya harus bisa menemukan cara membaca menyenangkan, yang dapat membangun minat membaca anak, seperti halnya ketika ia tertarik dengan permainan yang ada di gadget.
Untunglah saat ini ada aplikasi Let's Read.
Let's Read merupakan aplikasi baca yang memiliki beragam buku anak yang disertai gambar.
Let’s Read diprakarsai oleh program Books for Asia – The Asia Foundation merupakan program nirlaba yang bertujuan untuk meningkatkan literasi dan budaya membaca pada anak-anak.
Membaca Menyenangkan Dengan Let's Read
Menggunakan aplikasi Let's Read rasanya seperti memiliki perpustakaan pribadi dengan beraneka pilihan buku bacaan.
Bagi seorang anak yang minatnya masih terus berkembang luas, aplikasi ini sangat sesuai karena ada 15 kategori yang bisa dipilih lewat label yang ada, dari mulai superhero, adventure, critical thinking, science, problem solving, animals, arts and music, non-fiction, nature, health, mighty girls, folktales, funny, family & friendship hingga community.
Untuk anak-anak yang juga ingin belajar bahasa asing, atau terbiasa mendengar cerita dengan bahasa daerah, Let's Read punya fitur 49 bahasa, baik internasional maupun bahasa daerah.
Jika biasanya seseorang perlu membeli ke toko buku atau menjadi anggota perpustakaan untuk bisa membaca banyak buku, dengan Let's Read hanya butuh ponsel saja.
Aplikasi Let's Read bisa diunduh gratis, kapasitasnya juga hanya 2,9 MB sehingga tidak memberatkan ponsel.
Selain itu, buku bacaan yang ada di Let's Read bisa diunduh kemudian dibaca pada saat offline. Jika membutuhkan, bisa juga mencetak versi PDF-nya.
Desain antar mukanya juga cukup ramah anak. Tazka bisa menggunakan sendiri aplikasi tersebut, kemudian memilih cerita mana yang ingin dibacakan untuknya sesuai dengan minatnya.
Selain itu, ukuran dan gaya teks juga bisa disesuaikan. Tazka jadi lebih bisa mengenal huruf-huruf yang dituangkan dalam kalimat atau kata.
Sebelum mulai membaca, Tazka bisa melihat-lihat gambarnya terlebih dulu untuk menentukan apakah ia akan memilih cerita tersebut atau tidak.
Ilustrasi yang ada pun sangat menarik bagi anak-anak. Penuh warna dan mudah dicerna.
Sementara itu, sebelum membacakan cerita untuknya, saya juga bisa memilih terlebih dahulu tingkatan atau level cerita yang sesuai dengan penguasaan bahasanya. Mulai dari buku pertama, tingkat 2 hingga tingkat ke-5.
Berdasarkan pengalaman dan observasi,
ini beberapa kiat membaca nyaring untuk anak agar membaca jadi menyenangkan :
1. Libatkan anak ketika akan memilih buku atau bahan bacaan. Biarkan ia yang menentukan buku apa yang akan ia baca atau kita bacakan.
2. Jika menggunakan buku fisik, siapkan lebih dari dua pilihan bacaan.
3. Sesuaikan bacaan dengan level pemahaman anak. Mulailah dari level yang paling awal.
Di Let's Read, bisa memilih buku pertama untuk mengetes lebih dulu pemahaman awal anak.
Menurut teori perkembangan bahasa, anak usia 2-6 tahun berada di tahap Linguistic(*1).
Pada usia tersebut, anak-anak sudah mulai belajar tata bahasa dan perkembangan kosa katanya mencapai 3000 buah.
4. Perhatikan durasi cerita yang akan dibacakan, dan juga attention span (rentang perhatian/konsentrasi) anak.
Rentang konsentrasi anak yang ideal adalah dua hingga tiga menit dikali usia mereka. Itulah periode waktu di mana seorang anak dapat mempertahankan fokus pada tugas yang diberikan.
Jadi untuk anak usia 2 tahun, rentang konsentrasi idealnya adalah 4 hingga 6 menit, sedangkan 4 tahun delapan hingga 12 menit, 6 tahun 12 hingga 18 menit, dan 8 tahun di 16 hingga 24 menit.
Sesuaikan bacaan dengan rentang konsentrasi anak agar bisa lebih fokus.
5. Gunakan bahan bacaan yang memiliki ilustrasi bergambar, agar ketika dibacakan cerita, anak-anak yang belum bisa membaca bisa sekaligus menyimak gambarnya.
6. Berlatihlah membaca dengan intonasi yang menarik, jangan datar. Tirukan bunyi-bunyian atau karakter suara yang ada di cerita.
Misalnya, ketika tokoh di cerita adalah seorang nenek, buatlah suara nenek-nenek agar lebih menghayati peran.
Selain intonasi, gunakan juga ekspresi wajah dan gerakan tangan atau tubuh jika memungkinkan.
7. Beri jeda untuk anak agar dapat mencerna bagian per bagian dongeng yang kita bacakan.
Dialog yang pendek akan lebih mudah untuk dipahami oleh anak ketimbang yang panjang.
8. Lemparkan pertanyaan kepada anak untuk mengetes pemahaman anak terhadap suatu rangkaian dongeng.
9. Berikan waktu untuk anak-anak agar bisa bertanya kepada kita mengenai apa yang sudah ia tangkap dalam cerita.
10. Minta anak untuk menceritakan kembali dongeng yang sudah dibacakan menggunakan bahasanya sendiri.
Berikan apresiasi terhadap anak ketika ia bisa menangkap maksud dari cerita.
Tonton juga video tentang gimana membaca nyaring yang Menyenangkan di sini yaa.
Cerita Bergambar Yang Menghidupkan Dongeng Dan Menularkan Hal-Hal Baik Untuk Tazka.
Selama menggunakan aplikasi Let's Read sebagai sarana belajar sekaligus hiburan bagi Tazka, saya mencermati bahwa aplikasi ini juga bisa membantu kita sebagai orangtua untuk memenuhi hak-hak anak, terutama dalam hal pendidikan karakter.
Awalnya saya hanya berpikir kalau aplikasi ini hanya merupakan salah satu alat belajar untuk menumbuhkan minat bacanya, tetapi setelah menggunakannya selama lebih dari setengah tahun, saya menemukan lebih dari itu.
Ternyata gambar-gambar atau ilustrasi di dalam kisah-kisah cerita yang ada di Let's Read membuat tokoh-tokohnya terasa lebih hidup di benak Tazka.
Seolah-olah beberapa tokoh yang dikisahkan adalah teman bermain Tazka sendiri.
Dan gambar-gambar serta ilustrasi ceritanya bisa membantu Tazka untuk :
1. Menumbuhkan kemampuan berpikir kritis, salah satunya lewat kisah Mau Dibawa Kemana? yang membuat Tazka terus mengikuti perjalanan tukik-tukik kecil sampai dilepaskan ke lautan lepas.
2. Mengembangkan berbagai minat, salah satunya terhadap sains. Ini karena Sooraj, seorang anak lelaki dalam cerita Mesin Keren Nenek yang sering menginspirasi Tazka untuk berkreasi membuat aneka peralatan dengan lego dan benda-benda lainnya di rumah.
3. Melatih sikap mental yang tangguh setelah membaca kisah Nina yang tidak panik ketika berada di situasi bencana alam.
Bagaimana Nina dan Kakak Ompong mengadapi situasi tidak menyenangkan, dengan terus bersabar menunggu orangtuanya datang menjemput, membuat Tazka sadar untuk menjadi anak yang lebih sabar dan tidak mudah mengeluh.
Tazka juga seringkali bertanya kembali tentang Emma, seorang anak perempuan yang tidak memiliki kaki dan tangan karena mengidap sindromTetra-Tetra-amelia, tetapi pandai menyelam dan membuat istana pasir.
Kisah itu membuatnya tidak mudah menyerah saat harus belajar menulis.
4. Bisa bermain, dan mengikuti berbagai kegiatan budaya dan kesenian meskipun dari rumah saja.
Tazka jadi mengenal Batik Tanah Liek setelah bermain ke rumah Bima dan mendapati bahwa ternyata tanah liat dan kulit buah-buahan bisa digunakan untuk mewarnai kain.
Dari rumah Bima di Padang, Tazka juga menghadiri festival Egrang Sutiha dan ikut bahagia ketika Sutiha sudah memiliki tim egrang sendiri.
Dan yang juga tidak kalah pentingnya, kisah-kisah yang dibacakan untuk Tazka bisa membuatnya terus belajar bermimpi besar dan percaya bahwa ia bisa sehebat tokoh-tokoh yang ditemuinya dalam dongeng. Seperti halnya Aldo dalam Harus Bisa yang yakin bisa mencetak gol dalam permainan sepakbola dengan keyakinan dan kerjasama tim.
Penasaran kan seperti apa kisah-kisah di atas tadi?
Yuk, coba deh, unduh aplikasi di sini, kemudian ceritakan juga pengalaman teman-teman membersamai anak-anak dengan kisah-kisahnya yang memikat.
Hai, Mbak Nia :D Wah, keren nih ulasannyam lengkap dan foto2nya bagus. Nah, iya tuh jangankan anak2, orang dewasa juga suka membaca yang gambar2nya enak dilihat dan menarik. Di Aplikasi Let's Read ini ternyata bisa pilih bahasa apa yang dibutuhkan dan memudahkan anak2 menuliskan kalimat dengan iamajinasi dari gambar yang dilihat. Boleh juga nih dicoba buat keponakanku. TFS yaaa :D
ReplyDeleteAnak2 demen banget dgn aneka cerita yg disajikan di Let's Read
ReplyDeleteParents juga terbantu, karena bisa mengajarkan literasi dgn cara yg FUN ya Mak.
asik ya di era teknologi canggih seperti sekarang ini segala kebutuhan manusia bisa terpenuhi dengan baik dan dimudahkan juga. Salah satunya adalah adanya aplikasi let's read yang memudahkan buibu buat meningkatkan minat baca pada anak dan menstimulasi kecerdasannya sejak dini
ReplyDeleteAktivitas membaca harus dikemas dengan cara yang menyenangkan supaya anak tertarik. Dan Let's Read ini keren banget. Kalau anak-anak saya masih kecil, pasti deh langsung install. Tetapi, sekarang saya install untuk ajak keponakan membaca, deh :)
ReplyDeleteWah, Tazka pinter sekali yaa, bertanya kenapa harus bisa membaca dan menulis? Bikin sejenak ga berkutik. Untung ada bundanya yang pandai juga memberikan Lets Read,perpustakaan digital. Aku baru ngeh cerita bergambarnya lucu banget dan memang menarik perhatian anak2 generasi alpha.
ReplyDeleteMakin pinter ya Tazka, semoga mimpi2 besar seperti dikisah2 yang diceritakan terwujud.
Wah, Tazka pinter sekali yaa, bertanya kenapa harus bisa membaca dan menulis? Bikin sejenak ga berkutik. Untung ada bundanya yang pandai juga memberikan Lets Read,perpustakaan digital. Aku baru ngeh cerita bergambarnya lucu banget dan memang menarik perhatian anak2 generasi alpha.
ReplyDeleteMakin pinter ya Tazka, semoga mimpi2 besar seperti dikisah2 yang diceritakan terwujud.
Let's Read memang menyajikan gambar-gambar yang keren banget untuk anak-anak...Aku juga suka membacakan cerita dari let's read. Salah satu favorit anakku cerita tentang Bendi di Bukitinggi
ReplyDeleteSama Keponakan, sekarang sedang membiasakan membaca dan menulis. Kadang baca aja, jadi malas nulis. Kalau bisa ya dua-duanya oke. Btw, saya suka baca Let's Read juga. Seru ceritanya
ReplyDeleteSekarang makin banyak yang rekomendasikan untuk ke Let's Read. Ini tentunya jadi semakin anak senang membaca ya mba
ReplyDeletePenasaran banget sama aplikasinya, apalagi anakku sangat suka kalau dibacakan cerita
ReplyDeleteWah kayanya seru nih bercerita pakai let's read, aku jadi pengin ikut download juga. Makasiih info lengkapnya mba Nia..
ReplyDeleteTazka kereeeen.. Semangat selalu ya nak, belajar baca tulisnya. Mbak Nia,as always tulisannya keren..sepertinya ini salah satu kandidat juara deh. Jempoool utk mba Nia..
ReplyDeleteKeren banget deh Let's Read, dengan dongeng yang hikmah ceritanya begitu berkesan tentu membuat anak mampu belajar tentang moral, mentalitas dan hal-hal positif lainnya selain menstimulasi minat bacanya.
ReplyDeleteSaya juga lagi ngelatih baca anak pertama. Rajin bacain dongeng di Let's Read ini ngebantu memperbanyak kosakata, belajar mengenal dunia, menjawab berbagai pertanyaan umum di fikiran anak.
ReplyDeleteCeritanya juga kaya nilai dan ilmu. Sukak banget
Aku udah coba unduh aplikasinya ada berbagai pilihan bahasa dan level ya
ReplyDeletetoss mbak, anak anakku juga senang banget klo dibacain buku-buku dari let's read
ReplyDeletebanyak pilihan bukunya, ceritanya juga sangat menarik ceritanya
Let's Read ini beneran teman anak-anak ditengah pandemi deh, meski di rumah aja mereka tetap melihat dunia luar lewat bacaan ya
ReplyDeleteKeumala juga mulai aku rutinkan baca buku setiap hari mbak. Tiap hari aku biarkan dia pilih sendiri buku yg mau dibaca kadang juga pake lets read ini. Seru sih pilihan bacaannya jadi nambah ilmu baru juga buat aku yg bagian. Kesukaan Keumala tu yg burung nuri biru itu lo mbak..aku lupa judulnya heheh
ReplyDeleteaku pun kalo di dongengin pake buku di tengah padang yang semilir gitu yang ada ya tidur, tapi kalo gadget kan kayaknya lebih menarik, anak-anak pun juga lebih suka pakai aplikasi let's read karena niat banget sampe bikin gambar tiap halamannya.
ReplyDeleteTazka sama yaa sama Ali.. Ali juga udah keluar dari TK nya karena memang anak tk agak susah untuk sekolah daring. Lebih baik kita yang sebagai orang tua ekstra ngajarin anak dirumah. anak lebih ngerti apa yang diajarkan secara langsung
ReplyDeletekeren banget nih tulisannyaaa.. juarak nih pastiiii.. hihi. Aku jg download lets read di hape dong, anak anak juga suka sama aplikasinyaaa.. cerita bergambarnya banyak banget yaaa
ReplyDeleteAnak-anak di rumah kalau udah dibacain cerita langsung anteng. Cuma memang harus sabar kalau mereka minta tambah cerita hahaha
ReplyDeleteTazkaaaa HP kamu gede banget itu baca Let's Read makin enak deh, ga perlu pake kacamata. Hihi ...
ReplyDeleteBtw, anakku juga mau 6 tahun. Alhamdulillah baca udah lancar tapi sedang anti memegang alat tulis. Nulis 1 huruf aja ga mau, heuuu. Sampe ku buat game tetep dia ga mau pakai pensil. Yaweslah sementara ini biar dia baca-baca di Let's Read.
Semangat belajar, Tazka!
Lets Read ini bagus bnaget yah untuk menumbuhkan minat baca pada anak, thanks yah mbak sharingnya
ReplyDeleteUlasannya keren banget, kak..
ReplyDeleteMemang anak-anak saja happy baca menggunakan Let's Read apalagi anak-anak yang memang menyukai kekayaan warna dan daya imajinasi yang tinggi.
Tazka hebat.
ReplyDeleteSalut banget sama anak-anak yang memiliki keaktifan di bidang literasi dan bisa berkomunikasi baik dengan keluarga dan lingkungannya.
Betul sekali
ReplyDeleteBacaan yang ga menarik bikin anak ceat bosan bahkan ga mau melirik lagi untuk dibaca
Makanya senang ada Let's Read ini
Membaca mmg byk manfaat nya y mb..anakku yg bru 2 th 5 bl jg suka bgt klu tak bcin buku2 cerita..minta nagih2 trs, dan mulai byk kosakata nya.pingin nyobain nih aplikasi let's read
ReplyDeletePunya aplikasi Let's Read ini jadi seperti punya perpustakaan pribadi di rumah ya..nggak ada alasan lagi ngga bacain buku untuk anak karena buku anak mahal
ReplyDeleteLets read ini bisa menjadi media belajar anak. Apalagi di bidang membaca. Seperti tazka. Seharusnya semua ibu memiliki aplikasi ini untuk mendongeng pada anak.
ReplyDeletePonsel Pintar dan Lets Read, kombinasi kemajuan teknologi digital yang melegakan ya. Bahkan, sangat membantu. Anak-anak dan kita yang semakin lekat dengan gadget, namun tetap bisa menjaga literasi yang baik.
ReplyDeleteBisa aku rekomenin ke adik-adikku nih. Adik2ku ya lagi nyari media belajar buat anak-anak di usia PAUD dan SD awal
ReplyDeleteJadi menyenangkan ya saat-saat membaca berbagai dongeng menarik melalui Let's Read. Anak yang terbiasa memegang gadget pun jadi bisa memanfaatkannya untuk hal-hal menarik seperti membaca gini.
ReplyDeleteHabis ini aku langsung donlot Let's Read deh. Kemarin-kemarin masih ragu-ragu dan kebetulan masih banyak buku yang belum dibaca. Eh, anak-anak bosan ternyata. Jadi sepertinya cocok pakai apps Lets Read. Makasih, Mbak Nia ��
ReplyDeleteMbak, tulisannya cantik sekali! Lengkap banget. Aku juga pengguna Lets Read mbak, emang bagus sih ya, apalagi gambarnya buat anak-anak itu menarik banget
ReplyDeleteaku belum download lets read soalnya masih suka bacain buku fisik untuk anak-anakku. kalau stok buku habis kayaknya bisa nih download lets read
ReplyDeleteKalau anak aku mau aku dongengin pake Let Read malah jadi maunya buka Youtube mba. Hiks. Cuman aku pake Lets Read ini juga untuk mendongeng di kelas online Bahasa Inggrisku
ReplyDelete