Kamu Tim Dosan Atau Han-Jipyeong?
Siapa yang lagi ngikutin drakor Start-Up, yang sekarang udah berjalan sampai ke episode 10. Menurut AsianWiki, drama Korea Start-Up ini akan tayang sebanyak 16 Episode. Tinggal 6 episode lagi dong ya. Beberapa dari kita pasti udah mulai menambatkan hati ke Tim Dosan atau Tim Pak Han. Kalau kamu tim yang mana?
Kalau memosisikan diri jadi Dal-mi bingung juga sih ya, apalagi bagi dia, selepas harus berpisah dengan kakak dan ibunya, penyemangat hidupnya adalah Nam Do-san. Inget kan gimana berbinarnya Dal-mi saat dapat surat untuk pertama kalinya, dan bercerita kepada ayahnya.
Di adegan itu, saya jadi sadar kalau di usia Dal-mi saat itu, peran ayah sudah sedikit bergeser, bukan lagi jadi first love dan pusat dalam hidupnya. Justru dengan hadirnya surat dari Do-san, Dal-mi jadi lebih bersemangat: dia tetap membantu usaha ayahnya, dan tetap memberi dukungan. Intinya yang mau saya bilang : adegan di film itu bisa menangkap dinamika anak usia remaja, dimana peran teman dekat sudah mulai bisa sedikit menggeser peran ortu.
Jadi kehadiran surat Do-san pasti jadi momen yang penting banget buat Dal-mi. Pas akhirnya tahu kalau surat itu bukan ditulis oleh Do-san yang asli, kebayang dong, gimana rasanya menyadarkan diri pada sesuatu yang ternyata nggak sepenuhnya real, hampir di sebagian besar hidupnya.
Since everything turned out to be fake I also feel fake.
Kalau jadi Dal-mi, di dunia nyata, mungkin saya akan mencari sandaran atau penggerak hidup yang lebih kuat.
Misalnya, melanjutkan cita-cita dan mimpi ayahnya yang sebenernya sedikit lagi bisa diwujudkan.
Inget kan, adegan dimana Dal Mi ikut keluar masuk restoran sama ayahnya, buat ngumpulin brosur, atau gimana saat ia melihat ayahnya membuat website.
Rada mikir sih, kenapa Dal Mi tidak menjadikan itu motivasi hidupnya. Motivasinya justru tampaknya lebih berat ke ingin menunjukkan kepada In Jae bahwa pilihannya untuk tetap bersama ayahnya adalah benar. Itu kan sebenernya yang jadi penggerak cerita, hingga ia berkeras harus bisa ketemu Do San untuk ke pesta relasi.
Harapannya, pas di episode 9 dan 10 kemarin kan, sudah mulai terbongkar kalau keberadaan Sand Box ini terinspirasi oleh kisah ayahnya dan dirinya sendiri.
Semoga dengan tahu latar belakang Sand Box, Dal-Mi nggak terus-terusan galau. Ketimbang mikiran Do San atau Han Ji-pyeong yakan mending dia mikir : "wah, ngga menyangka kalau perjuangan ayahku dulu bisa sampai di titik ini, dan aku bisa menjadi bagian dari kerja keras itu... " (Hihihi, itu sih pikiran saya, nggak tau kalau writer-nim nya)
Dal Mi mungkin bisa inget-inget lagi, kenapa dia bisa sampai di Sand Box, apakah sepenuhnya karena Do San, kan ngga juga. Wong, dia memutuskan buat keluar dari kerjaannya, yang justru malah php-in dia terus. Bukannya dia juga memang ingin naik ke lantai 32.
Ya semoga semua itu bukan sepenuhnya karena Do San.
Karena menyadarkan diri dan impian ke bahu seseorang itu rentan dan rapuh banget. Mungkin ini kali ya, pelajaran yang perlu kita petik. Bahwa tangga yang akan kita pijak buat meraih impian nggak boleh disandarkan pada sesuatu yang rapuh, bahkan nggak boleh disandarkan pada dinding yang salah.
Dan kita nggak tahu, apakah Do San yang dulu adalah sandaran yang tepat, atau Do San yang sekaranglah yang menjadi sandaran yang tepat.
Han Ji-pyeong telah bertahun-tahun menjadi sandaran Dal Mi. Meski memakai nama orang lain, tapi isi surat itu tetep curahan hati Han Ji-pyeong kan.
Kalau dilihat dari jalan cerita sih, Han Ji-pyeong remaja sepertinya juga mulai ada tek-tok atau chemistry saat berkirim surat dengan Dal-mi, meski awalnya hanya karena suruhan.
Tapi di drakor ini, kita bahkan nggak tahu, selama ini apakah ada sosok wanita lain yang dia sayangi dalam hidupnya.
Digambarkan sebagai seorang yatim-piatu, satu-satunya informasi tentangnya kelekatan emosional Han Ji-pyeong hanya dengan nenek Dal-mi.
Setelah tahun-tahun berlalu, ia kembali di usianya yang sudah 35 tahunan, untuk membalas budi terhadap kebaikan yang dilakukan neneknya Dal-mi.
Han Ji-pyeong memang so sweet, ia tipe orang yang memberikan perhatian dengan tindakan. Tapi bagaimana dengan kondisi emosionalnya sendiri, benarkah hangat dan manis seperti senyumnya, hihihi.
Ia sering meledak-ledak, impulsif, kadang menyimpulkan sesuatu duluan, seperti saat ia beberapa kali mengira nenek Dal-mi jahat kepadanya. Ngomongnya sering apa adanya, cenderung blak-blakan.
Tapi sikap blak-blakannya juga membuat dia berani untuk jujur. Jujur mengungkapkan perasaan ke Dal-Mi, tidak lagi menutup-nutupi kalau ia ke Gapyeong hanya untuk menjemput Dal-Mi.
Kemudian, apa yang benar-benar menjadi penggerak dalam hidupnya? Apa cuma motif balas budi saja?
Sejak awal, kita tahu, ia berjuang seorang diri, dengan sedikit campur tangan dari nenek Dal-mi yang membukakan rekening di Bank, ia bisa bermain saham, dan melipatgandakan uang milik nenek Dal-mi hampir sepuluh kali lipat.
Yang tadinya tidak bisa menyewa kamar, hingga memiliki apartemen yang jendelanya mengarah ke pemandangan Sungai Han.
Kita tahu, Han Ji-pyeong yang sekarang; kaya dan mapan, pintar, dan juga caranya memperhatikan Seo Dal-mi bikin kita melting.
Di dunia nyata, bagi yang hanya mengenal masa kini Han Ji-pyeong, rasanya ia masih terlalu beresiko untuk dijadikan pasangan atau sandaran.
Masih banyak hal esensial yang kita nggak tahu, terutama tentang bagaimana ia bisa mengatasi kesendirian. Apa hanya dengan bekerja keras saja?
Tapi justru karena masih misterius begitu, kebanyakan dari kita penonton perempuan menyukainya.
Di drakor, kita terbawa kisah-kisah mirisnya; hidup seorang diri, tidak ada yang bisa ia andalkan sebagai sandaran emosional.
Kita hanya akan percaya apa yang ingin kita lihat, bukan.
Sebaliknya, Nam Do-San, kita bisa mengetahui masa kecilnya. Kita mengenal ayah dan ibunya. Benarkah, ia seorang Buddha yang tidak menginginkan apa-apa?
Ia memberikan medalinya, bukankah bukan karena tidak menginginkan ya, tetapi memang karena merasa tidak berhak.
Kita bisa melihat bagaimana ia berupaya untuk jujur kepada ayahnya. Ia akhirnya berkata jujur bahwa ia menyontek saat olimpiade Matematika.
Dalam setiap kesempatan, kita melihat bagaimana ia berusaha mengubah settingan dalam hidupnya agar jadi fakta. Ia berusaha agar tidak ada kekutu dalam program yang sedang ia bangun dan jalankan.
Ia pun tanpa sadar tidak segan melakukan sedikit gertakan jika dibutuhkan. Ingat bagaimana saat ia memecahkan papan nama kaca di kantor ayah In Jae?
Sikapnya yang pada akhirnya memilih untuk menerima tawaran Alex karena ia tidak ingin Pak Han jadi alternatif bagi Samsan Tech bikin saya agak terganggu dengan karakternya.
Ingat nggak percakapan waktu Nam Do-san dan Pak Han bermalam di rumah Dal-mi.
"Akan kuberikan apartemen, mobil, jamku, tapi tukar dengan yang satu itu.. " gitu kurang lebih kata Pak Han.
Sementara bagaimana dengan Do-San sendiri, apa yang dikatakannya malam itu?
Memilih Nam Do-San seperti memilih untuk menikah dengan sahabat baik kita.
Yang kita pikir kita kenal dengan baik. Karena sudah mengenal masa lalunya lewat surat.
Memilih Han Ji-pyeong adalah sebuah petualangan membuka kotak misteri, yang kuncinya sudah kita miliki sejak lama.
Penonton dan sebagian besar dari kita (dalam hidup) kadang salah menentukan pilihan, karena kita sering kali fokus dan percaya hanya pada apa yang ingin kita lihat, bukan pada apa yang sebenarnya terlihat.
Kalau sudah memercayai suatu hal, pasti apa-apa yang kita lihat dan temukan seolah-olah ya, yang mendukung apa yang sudah kita percaya itu.
Kamu percaya temenmu nggak baik, ya apa pun yang dia lakukan kamu akan cari celah dan salahnya untuk mendukung kepercayaanmu itu.
Di sepanjang drakor sudah banyak fakta-fakta yang terlihat, tetapi kita sering hanya memilih apa yang ingin kita lihat. Kalau kita jadi Tim Do San, yang kita lihat pasti hal-hal yang mendukung Dal-Mi jadian sama Do San, dan sebaliknya.
Aku Tim Han Jipyeong dooong :) Bahkan aku hampir nggak nonton drakor ini, begitu tahu ternyata ada aktor pemeran Han Jipyeong jadi second lead, langsung nonton deh hehe. Dan di drakor ini lebih suka karakter pak Han sih daripada si Do San.
ReplyDeleteJadi Mbak Nia tim siapa? Hehe. Kalau perbandingan nya Dosan 10 th lagi vs Han Ji Pyong yg sekarang, mgkn jadi lebih adil. Dosan yg skrg masih terlalu cupu, kekanak-kanakan dan beberapa keputusan nya bkin aku begidik ngeri=( #timPakHan
ReplyDelete