Kesehatan
Ramah Lingkungan
Sembuhkan Bumi Sembuhkan Diri
Kurang lebih sudah lima bulan dunia bergelut dengan musuh tak kasat mata bernama Covid-19. Tidak sedikit imbas negatif yang muncul, mulai dari korban jiwa hingga resesi ekonomi yang membayang di depan. Meski begitu, melambatnya ritme pergerakan di bumi juga memberikan imbas positif bagi kondisi bumi. Sembuhkan bumi, sembuhkan diri sendiri.
Sumber : liputan 6 |
Baru beberapa bulan belakangan, sebelum kasus Covid-19 pertama diumumkan di Indonesia, orang-orang mulai menyadari persoalan sampah plastik.
Di mana terdapat fakta menyedihkan, Indonesia menjadi salah satu negara penyumbang sampah plastik terbesar. Beberapa kali kita juga mendengar berita, paus yang terdampar dengan perut dipenuhi plastik. Atau juga penyu yang keracunan kemudian mati lantaran menyangka plastik yang melayang di lautan adalah tumbuhan laut yang bisa dimakan.
Lain lagi soal asap atau polusi udara. Jakarta didapuk sebagai kota yang memiliki polusi udara terburuk di antara negara-negara ASEAN.
Infografik Jakarta Dikepung Polusi Udara (katadata) |
Kesadaran akan menurunnya kondisi lingkungan hidup, pelan-pelan sudah direspon masyarakat dengan berbagai gerakan. Mulai dari zero waste, atau sesederhana tidak lagi menggunakan plastik saat berbelanja di supermarket.
Belum tuntas mengadopsi kebiasaan baru tersebut, kita kemudian dihadapkan pada isu kesehatan global karena adanya pandemi Covid-19. Pandemi tersebut juga mulai membuat manusia harus mengadopsi kebiasaan dan perilaku baru. Salah satunya adalah dengan lebih rajin mencuci tangan dan memakai masker kain ketika bepergian.
Berlangsungnya pandemi juga memperlambat ritme kota-kota industrial dunia, misalnya China. Pencitraan dari luar angkasa menunjukkan langit China yang lebih bersih dengan kadar polusi yang berkurang. Begitu pun dengan tempat-tempat wisata di dunia, otomatis ditutup. Tanpa pengunjung artinya juga tanpa konsumsi. Sampah pun berkurang drastis.
Di skala dunia, kita menghadapi serangkaian perubahan perilaku besar-besaran yang digerakkan oleh mahluk tak kasat mata bermantel lipid itu, dan pergeseran tatanan dunia.
Lepas dari masalah kesehatan yang memporak porandakan tatanan semua lini, kita sebenarnya dihadapkan pada serangkaian perubahan perilaku yang menjurus pada upaya menyembuhkan bumi dan juga diri sendiri.
Saat sadar kita tak bisa setiap saat membeli kebutuhan pangan karena pembatasan sosial bahkan mungkin lockdown, orang-orang mulai berpikir seandainya saja bisa menanam sendiri makanan yang dibutuhkan sehari-hari.
Karena itu, dalam skala kecil, misalnya skala keluarga, mau tak mau ada beberapa pilihan perilaku yang bisa diujicobakan sebagai solusi hari ini, maupun di masa depan.
Apa saja :
1. Membangun ketahanan pangan keluarga.
Bibit-bibit sayur mulai bisa dipindahkan ke bedeng yang sudah disiapkan |
Misalnya dengan memiliki kebun kecil dengan mensiasati keterbatasan lahan, sehingga bisa bermanfaat untuk suplai kebutuhan harian memasak. Bisa berupa kebun bumbu dapur, sayuran yang mudah ditumbuhkembangkan, atau kebun hidroponik.
2. Mendaur ulang sampah organik sendiri.
Jika mendaur ulang keseluruhan sampah yang kita hasilkan belum mampu dilakukan maka kita bisa mulai dengan mendaur ulang sampah organik.
Kebun memerlukan pupuk, dan sampah organik rumah tangga bisa diolah dengan cara mengompos. Kompos itu kemudian bisa dijadikan pupuk untuk tanaman.
3. Mengurangi penggunaan barang yang dapat menghasilkan sampah yang sulit didaur ulang.
Tidak harus selalu berarti mengganti barang yang kita miliki dengan yang berbahan kaca atau stainless steel. Tetapi memanfaatkan yang sudah ada. Ini sebenarnya napas sesungguhnya dari gerakan zero waste.
4. Konsumsi makanan sehat dan alami.
Buah dan sayuran bisa dikatakan sebagai salah satu produk alam yang tidak menghasilkan sampah yang sulit didaur ulang.
Bersiap menyambut Ramadan dengan apel washington dan kurma medjool. |
Buah favorit anak-anak untuk sarapan buah : sunkist dan pear |
Makanan sehat dan alami juga menjadi cara untuk meningkatkan imunitas tubuh kita. Di era pandemi ini kuta berhadapan dengan musuh yang tak kasat mata. Maka selain pencegahan awal dengan mencuci tangan dan memakai masker, kita juga harus mulai mengadopsi pola makan sehat untuk menaikkan imunitas tubuh.
5. Menjaga ketersediaan air bersih.
Memang kita disarankan untuk lebuh rajin mencuci tangan, namun bukan berarti kita boros dalam menggunakan air bersih.
Tutup keran saat sedang menyabuni tangan. Gunakan keran yang memiliki filter air yang membuat pancaran air lebih merata sehingga bisa lebih hemat air.
Manfaatkan air hujan, air AC, dan air bekas mencuci piring dengan sistem sederhana. Misalnya air hujan ditampung untuk kebutuhan menyiram tanaman. Begitu juga air AC bisa dialirkan atau ditampung untuk menyiram tanaman.
Sembutopia, Mengajak Untuk Sembuhkan Bumi, Sembuhkan Diri, Sembuhkan Indonesia.
Berbagai upaya untuk menyembuhkan bumi dan diri sendiri ini sejalan dengan gerakan yang dilakukan oleh Sembutopia.
Sembutopia adalah sebuah platform yang
berusaha menebarkan motivasi dalam rangka menyembuhkan Indonesia.
Ada 5 pilar pokok yang dirumuskan oleh Sembutopia dalam mengedukasi pola hidup sehat kepada masyarakat, yaitu :
1. Hope (adanya harapan untuk sembuh)
2. Heal (upaya untuk sembuh)
3. Habitat (lingkungan yang sehat)
4. Health (kondisi kesehatan yang optimal) 5. Happiness (adanya kebahagiaan setelah mencapai kesehatan yang optimal)
Bapak Kafi Kurnia selaku founder Sembutopia menjelaskan bahwa Sembutopia ingin mengkampanyekan gaya hidup sehat pada masyarakat Indonesia melalui media sosial agar kesadaran masyarakat terhadap gaya hidup sehat makin terangkat.
Di situasi menghadapi pandemi seperti sekarang ini, mengubah gaya hidup sehatnya bukan lagi sebuah pilihan, melainkan sebuah keharusan.
Jangan tunggu sampai terkena imbas negatif, yuk mulai berubah dari sekarang. Kota saling bersinergi untuk menyembuhkan bumi dan diri sendiri.
No comments