Kesehatan
Meningkatkan Daya Tahan Tubuh Di Tengah Pandemi Covid-19
Sebelum membahas tentang bagaimana meningkatkan daya tahan tubuh di tengah pandemi Covid-19, mari memulai tulisan ini dengan terlebih dahulu mengandaikan diri kita sendiri sebagai sesosok molekul bernama virus yang berhasil menginfeksi bumi.
Jika Kita Adalah Virus Yang Menginfeksi Bumi.
Pic : freepik |
Kita manusia adalah virus yang beranak pinak di atas bumi, menyuntikkan material 'DNA' dengan jalan membolongi permukaan bumi hingga dapat menyesap bahan bakar yang kemudian juga digunakan untuk mencemari langitnya.
Kulitnya yang sudah subur dan cukup memberi kita taburi pupuk kimiawi demi menghasilkan yang lebih banyak: pangan, sandang, papan, dan komoditi. Untuk kita dapat beraktivitas lebih banyak, lebih cepat, lebih menghasilkan.
Sementara kita bergerak menginvasi bumi dari utara ke selatan, dari timur ke barat, sampah-sampah terus dihasilkan, racun menguap ke udara, mengalir ke lautan. Mencemari alam, sebuah sistem kesetimbangan milik bumi yang bekerja atas daulat semestaNya.
Meski yang setiap hari kita lakukan pada bumi berjalan menuju era entropi atau kehancuran, namun sejatinya bumi memiliki sistem pendulum yang selalu berayun, berusaha untuk terus berada di titik setimbangnya.
Satu ayunan menghasilkan perubahan. Chaos and order. Bergerak dalam kekacauan untuk mendapatkan kembali titik order-nya. Chaos and order selalu berdampingan. Apa yang kita rasakan sebagai kekacauan pada saat ini, adalah cara bumi mengembalikan diri kepada titik order-nya.
Bisa dibilang, alam sedang melakukan perubahan dalam skala besar untuk kembali dalam titik keseimbangannya. Jika kita kaitkan dengan kondisi sekarang, pandemi covid-19 menjadikan bumi kembali bergerak ke arah order.
Pic from : google |
Lapisan ozon yang terluka perlahan mulai menyembuhkan diri, lukanya mulai menutup. Lumba-lumba kembali berenang di kanal Venesia.
Lalu bagaimana dengan nasib kita, si virus yang menginvasi tubuh bumi ini, apa yang mesti kita lakukan agar dapat bertahan hidup, mempunyai daya tahan dan kekebalan agar dapat tetap tinggal di bumi, sehat, berenergi baik, dan bisa menuntaskan misi hingga akhir hayat?
Ikuti Perubahan (Alam) Atau Tereliminasi.
Ketika alam sedang berada pada fase perubahan, sebenarnya begitu pula dengan manusia. Karena keduanya (telah) saling terhubung. Sebelum manusia, bumi telah DiciptakanNya, kemudian selanjutnya diciptakan langit. Bumi ditata agar siap dihuni manusia setelah penciptaan langit dan bumi.
Pic from : google |
“Dan setelah itu bumi Dia hamparkan. Darinya Dia pancarkan mata air, dan (ditumbuhkan) tumbuh-tumbuhannya. Dan, gunung-gunung dia Dia pancangkan dengan teguh.” (An-Nazi’at: 30-32).
Perubahan pada alam yang saat ini terjadi sejatinya bergerak ke arah yang baik, untuk menjemput kembali keseimbangan alam yang hilang. Jika mengikutinya, maka manusia akan selaras dengan alam, sebaliknya jika kekeuh kaku berdiri di titik yang stagnan maka kita manusia kemungkinan tidak akan mengalami banyak pembaharuan positif.
Konsekuensinya, manusia yang enggan berubah justru berkurang keselarasan hidupnya dengan alam. Alam melaju dan yang bergeming akan terlindas.
Apa yang alam inginkan dari kita, awalnya akan menjadi tameng imunitas diri, selanjutnya akan menjadi kebiasaan baik yang selaras untuk kondisi alam yang baru.
Lalu apa yang alam ingin sampaikan dengan covid-19 ini, dan bagaimana meningkatkan daya tahan tubuh selaras alam :
1. Jadikan cuci tangan sebagai kebiasaan baik yang menetap.
Pic from : freepik |
Kita makin banyak meninggalkan polusi untuk bumi yang secara tidak langsung juga mencemari diri. Maka kata alam: " kalau masih mau tinggal di sini, sering-seringlah mencuci tangan."
Bumi di masa depan mungkin tidak lagi punya 'tentara alam' untuk menumpas virus atau bakteri baru dengan cepat dan mudah. Maka kita manusia yang harus berperan proaktif mengunduh kebiasaan baru yang diamanatkan alam : mencuci tangan.
2. Bertanggung jawablah ketika sakit untuk tidak membuat yang lain makin sakit, atau bumi makin sakit.
Pic from : freepik |
Batuk, pilek, bersinmu bisa jadi adalah buah dari benih yang kamu tanam sendiri tanpa sadar. Seperti berjalan dalam lingkaran yang sedang kau kitari, kamu mungkin akan bertemu kembali dengan 'sampah' yang pernah kamu buang dalam perjalanan.
Untuk itu, sembunyikan rapat-rapat batukmu, bersinmu agar tidak menulari yang lain. Ini pelajaran kecil yang sungguh berharga ketika dulu, di waktu semua baik-baik saja, kamu menggampangkannya.
Pakailah masker di saat-saat sekarang untuk membentuk kebiasaan masa depan. Untuk melatih: kebiasaan baru dalam hal menyadari napas (berapa lama kita hidup tanpa menyadari napas kita sendiri?), menyadari anugerah udara segar terhirup tanpa hambatan, menyadari bahwa ada inhale dan exhale dalam hidup. Hirup yang baik berikan yang baik. Hirup yang buruk berikan yang buruk.
3. Alam meminta kita menjaga jarak.
Sesungguhnya agar kita menyadari peran 'ruang' dalam setiap kejadian hidup. Contohnya, hanya Tuhan dan tubuh yang dapat menyembuhkan dirinya sendiri. Seorang dokter ditugaskan olehNya dengan bekal pengetahuan untuk menciptakan 'ruang' bagi hadirnya proses penyembuhan tersebut.
Kita sering lupa bahwa segala sesuatu meminta 'space' atau 'ruang' bagi terjadinya sebuah proses.
Makin merasa mampu diri, mampu teknologi, mampu pikiran, kita jadi pongah bahwa yang terjadi pada kita; keberhasilan dan kedudukan adalah karena kita sendiri, bukannya karena adanya 'ruang' tadi.
Ruang biasanya tidak kosong, melainkan selain adanya tangan Tuhan, juga ada tangan-tangan lainnya.
Ironis bukan. Saat alam memberitahu bahwa hidup kita adalah karena bantuan keberadaan orang lain, kini kita diminta untuk social distancing agar bisa satu-dua meter melihat secara kongkrit apa itu ruang di antara.
4. Tubuh memiliki kemampuan luar biasa untuk menyembuhkan diri sendiri.
Pic : freepik |
Seperti halnya alam. Tugas kita adalah menyediakan bahan mentah untuk membentuk daya tahan tubuh yang kuat.
Kunci menuju hidup sehat dengan daya tahan tubuh yang kuat terangkum dalam satu kata : enzim. Sebuah katalis protein yang terbentuk di dalam sel mahluk hidup.
Enzim berperan untuk mempertahankan kehidupan dengan melakukan sintetis dan penguraian, transportasi, ekskresi, detoksifikasi, penyediaan energi, dan regenerasi sel.
Kita dibekali enzim pangkal, sejenis enzim prototipe uang memiliki potensi untuk berubah menjadi enzim jenis apa pun. Enzim pangkal ini akan berkurang bersamaan dengan bertambahnya usia.
Enzim pangkal menjalankan fungsinya sebagai penjaga homeostasis tubuh. Sayang, saat ini kita justru terdorong untuk mengonsumsi (menimbun bahan pangan) yang jika dikonsumsi akan membuat enzim pangkal bekerja keras (kita hamburkan) untuk mengurai efek tembakau, bahan tambahan makanan, zat kimia, polusi, elektromagnet, dan stres.
Kesehatan kita bergantung pada sebaik apa kita menghemat_dan bukannya menguras_enzim pangkal dalam tubuh kita. Karena menurut Dr. Edward Howell, pada saat potensi enzim telah habis, hidup tubuh pun berakhir.
Lalu bagaimana, cara kita menghematnya :
1. tidak makan berlebihan,
2. konsumsi makanan yang seimbang berupa makanan alami dan segar,
3. mengunyah dengan baik(menekan nafsu makan secara alami).
Daya tahan tubuh juga berkaitan dengan seberapa besar kita mampu menghemat enzim pangkal tadi, dan menjaga asupan nutrisi ke dalam tubuh dengan makanan yang tidak akan menguras enzim pangkal saat dicerna.
Energi untuk hidup dan sistem kekebalan meningkat jika tubuh memiliki enzim yang banyak.
5. Sehat bergantung dengan apa yang kita makan. Tidak sakit bukan berarti sehat. Kunci perbedaan makanan baik dan makanan buruk adalah pada enzim dan kesegarannya.
Pic : freepik |
Memperbaiki sistem pencernaan adalah salah satu jalan pintas untuk meningkatkan kesehatan.
Caranya : konsumsi lebih banyak makanan segar yang tumbuh di tanah subur dan kaya mineral. Oleh karena enzim sensitif terhadap panas maka makanan yang dimasak semakin lama enzimnya makin hilang.
#sembutopia #rajinmakanbuah #stayhealthy #staysafe #ilovesunkist #inikurmamedjoolyangasli #thepowerfulblueberry #dirumahaja |
Pilihlah buah-buahan segar dan sayuran ketimbang makanan yang diproses di era pandemi seperti sekarang. Jika nutrisi tercukupi maka kita tidak akan merasa lapar terus sehingga menginginkan makanan manis untuk dikudap.
Kurma dan apel menjadi salah satu camilan sehat bernutrisi yang membuat otak mengirim sinyal 'cukup' sehingga binge eating akibat stress selama dalam kondisi pandemi bisa diatasi.
Itu karena kandungan vitamin dan mineral di dalam apel juga kurma membantu tubuh meregulasi enzim dan metabilisme. Apalagi sebentar lagi kita akan dipertemukan dengan Ramadan. Akan menjadi saat yang tepat untuk kembali mendetoksifikasi tubuh dengan makanan yang sehat dan bernutrisi.
Saat berpuasa, tubuh akan mudah teroksidasi jika terus-terusan menyantap makanan teroksidasi, misalnya yang digoreng atau berpengawet. Juga menjaga konsumsi yang ideal untuk tubuh, yaitu dengan 85% nabati dan 15% hewani.
Setiap hari tubuh manusia melakukan regenerasi melalui metabolisme, jika kita jatuh sakit ada kekuatan penyembuhan alami yang membantu kita untuk sembuh. Hal tersebutlah yang dimaksud dengan sintropi, proses membalikkan laju entropi menuju perbaikan, regenerasi, dan kebangkitan.
Sepanjang kita selaras dengan alam, proses sintropi akan terus berlangsung. Maka bekerjalah untuk alam, berbuatlah untuk kebaikan semesta, agar tubuh, jiwa, dan pikiran kita selaras dengan alam. Sehingga kita tidak dianggap virus atau benda ading dalam tubuh bumi yang kemudian disingkirkan oleh proses alam.
Sisi positif dari pandemi ini adalah kondisi alam yang mulai pulih, udara pun jadi bersih. Semoga hal ini menjadikan pola perilaku manusia berubah, jadi lebih peduli pada bumi. Semoga situasi ini segera berakhir, semuanya kembali normal dan kita bisa kembali beraktivitas dengan bebas
ReplyDeleteTerima kasih, Mbak. Sudah mengingatkan untuk menjalani hidup sehat terutama ngemil buah. Mendekati bulan puasa ini maka aku pun ingin beli kurma.
ReplyDelete