Kecantikan
Kehamilan
Kandungan Bahan Skincare Yang Aman Untuk Ibu Hamil & Menyusui : Part 1 Double Cleansing
Sebelum memulai tulisan ini, saya bakal kasih tahu kalau isinya bakal panjang dan akan dibagi dalam beberapa bagian. Di bagian pertama ini, bakal dibahas dulu soal kenapa kita tetap harus merawat kulit saat hamil, juga tentang kandungan bahan skincare yang aman untuk ibu hamil dan menyusui. Tahu yang aman, berarti juga harus tahu kandungan yang nggak aman. Kemudian setelah itu, saya bakal berbagi urutan rutinitas skincare yang pada dasarnya bisa dilakukan oleh selain bumil dan busui. Bedanya, untuk bumil dan busui adalah soal kandungan di dalam produk-produk skincare tersebut. Semakin banyak urutannya, biasanya akan semakin banyak pertanyaan, seperti: "Yang aman buat double cleansing bumil apa? Bumil boleh pakai exfoliating toner?" Dan sebagainya. So, siapkan camilan dan pelan-pelan bacanya, ya.
Pertama, kita mulai dulu dari....
Alasan Tetap Melakukan Perawatan Wajah dan Tubuh Saat Hamil Dan Menyusui.
Hamil dan menyusui bukan halangan menuju kinclong. Malahan di masa-masa tersebut jangan sampai skip merawat kulit wajah.
Alasan untuk tetap merawat kulit wajah saat hamil dan menyusui adalah karena selama hamil tubuh tidak saja mengalami perubahan fisiologis, tetapi juga perubahan hormon. Misalnya, peningkatan kadar estrogen dan progesteron yang juga berdampak pada kulit.
Ada beberapa perubahan yang kadang terasa menganggu dan berlebihan selama hamil, namun ada juga yang terasa wajar dan akan menghilang setelah masa kehamilan selesai.
Ini beberapa perubahan yang terkait dengan kulit kita ketika hamil :
The good things, hamil itu sebenernya meremajakan kondisi rahim dan organ-organ reproduksi, lho. Tentang ini bakal dibahas tersendiri, ya.
Berdasarkan perubahan-perubahan itu, tentu kita bisa menilai sendiri mana yang harus segera diatasi, mana yang harus dijaga, dan mana yang harus ditunggu hingga menghilang seiring masa kehamilan usai.
Alasan untuk tetap merawat kulit wajah saat hamil dan menyusui adalah karena selama hamil tubuh tidak saja mengalami perubahan fisiologis, tetapi juga perubahan hormon. Misalnya, peningkatan kadar estrogen dan progesteron yang juga berdampak pada kulit.
Ada beberapa perubahan yang kadang terasa menganggu dan berlebihan selama hamil, namun ada juga yang terasa wajar dan akan menghilang setelah masa kehamilan selesai.
Ini beberapa perubahan yang terkait dengan kulit kita ketika hamil :
- Peningkatan kadar hormon estrogen dan progesteron menyebabkan percepatan pembentukan warna kulit atau hiperpigmentasi. Saat hamil juga terjadi peningkatan hormon MSH (melanocyte stimulating hormone) yang memicu melanogenesis atau pembentukan cloasma gravidarum.
- Cloasma gravidarum ini sebenarnya berlangsung di seluruh tubuh, tapi yang paling terasa menganggu kalau munculnya di wajah. Sebenarnya melanogenesis ini juga terjadi di puting susu, leher, selangkangan, dan ketiak. Makanya salah satu cara mendeteksi apakah seseorang mengalami kehamilan adalah dengan melihat apakah area aerola atau puting susunya menggelap atau tidak.
- Pada sebagian orang muncul topeng kehamilan di wajah, berupa bintik-bintik atau flek cokelat kehitaman. Sementara bagian tubuh lain yang menghitam akan berangsur memudar saat masa kehamilan selesai, namun flek di wajah bisa saja menetap. Di beberapa orang lainnya, yang mungkin sudah ada bawaan secara genetik juga ikut muncul milia, atau flek hitam yang timbul seperti tahi lalat.
- Hormon lain yang kadarnya naik dan memengaruhi kondisi kulit kita adalah hormon androgen. Biasanya hormon ini bikin bumil gampang jerawatan dan tumbuh bulu-bulu di area yang biasanya jarang tumbuh bulu. Atau malah bulu-bulu kita jadi cepet panjangnya, misalnya bulu ketek, hihihi. Hormon androgen sebenarnya berfungsi untuk memperbaiki jaringan organ reproduksi.
The good things, hamil itu sebenernya meremajakan kondisi rahim dan organ-organ reproduksi, lho. Tentang ini bakal dibahas tersendiri, ya.
Berdasarkan perubahan-perubahan itu, tentu kita bisa menilai sendiri mana yang harus segera diatasi, mana yang harus dijaga, dan mana yang harus ditunggu hingga menghilang seiring masa kehamilan usai.
Pengalaman hamil anak kedua, saya sok-sokan mau apa-apanya alami, tapi nggak dibarengi banyak baca literatur untuk perawatan kulit wajah yang alami itu apa dan bagaimana.
Akibatnya ditanggung sekarang : ada dark spot, meski samar, di bagian tulang pipi atas dekat telinga, kulit gampang kena milia, dan meski jarang jerawatan, tapi gampang kering dan kusam.
Bayangin, dulu tuh sering banget bersihin muka pakai coconut oil, dan nggak paham kalau coconut oil itu jenis minyak tunggal yang susah dibersihkan dari permukaan kulit dan bisa bikin jerawatan. Orang kalau nempel di baju aja meski udah dicuci suka susah kan ilangnya. Bagian ini nanti dibahas di bagian urutan skincare bagian facial oil ya. Baca di sini kenapa kita nggak boleh pakai coconut oil di muka.
Makanya baca literatur tentang kulit itu penting, sehingga nggak asal comot apa kata orang dan apa yang banyak beredar di sosmed.
Kenali kondisi dan permasalahan kulit sebelum memulai perawatan wajah :
Sebentar, supaya kita berangkat di titik yang sama, saya bakal berbagi kondisi dan permasalahan kulit dulu, ya. Biar nanti kalau mau kasih rekomendasi atau contek-contekan produk apa yang dipakai, minimal tahu dulu kondisi kulit saya gimana dan hasilnya seperti apa.
Kadang permasalahan kulit dan kondisi yang sama, solusinya bisa beda, tapi minimal akan ada garis merah kalau sudah tahu mana kondisi yang sama.
Kadang permasalahan kulit dan kondisi yang sama, solusinya bisa beda, tapi minimal akan ada garis merah kalau sudah tahu mana kondisi yang sama.
Jadi ini kondisi dan permasalahan kulit saya dalam kurun waktu satu tahun terakhir ini ya :
Dengan mengetahui kondisi dan permasalah kulit, jadi bisa tahu sebenarnya perawatan apa yang sesuai untuk kulit kita.
Gimana cari tahunya? Kenali lebih dekat tubuh dan kulit kita. Jenis kulit berminyak, normal, atau kering udah bisa membedakan, kan? Bisa googling kalau belum, atau pas mau facial tanya sama dokter kulitnya.
Kalau untuk tahu skin undertone, cara gampangnya bisa dilihat dari warna mata dan urat nadi kita di bawah cahaya yang terang.
Kalau urat nadinya kebiruan masuknya cool undertone, kalau urat nadinya campuran ungu dan hijau, ada sedikit biru tapi juga hijau berarti skin undertone kita netral, kalau urat nadinya hijau, berarti skin undertone kita warm.
Saya pribadi punya warna bola mata coklat muda, yang kalau pas nggak pakai lensa kontak mata jadinya kelihatan redup dan sayu banget, tapi di sisi lain memiliki skin undertone yang netral.
Kondisi tersebut ngaruhnya nanti ke pemilihan warna baju dan lain-lain, sedangkan untuk perawatan kulit ini juga penting supaya kita nggak mengejar goal punya kulit putih padahal skin undertone tertentu identik dengan warna kulit tertentu juga.
Skin undertone saya netral, karena ibu saya punya kulit kuning langsat cenderung putih bersih, dan ayah saya kulitnya sawo matang. Anak-anak perempuannya semua berkulit tone netral cenderung pinkish. Nah, kalau udah gitu ngga bakal ngejar goal pingin kulit putih, kan. Karena nggak semua yang putih itu cantik kan, contohnya kulitnya Mba Kunti, hihihi.
Nah, kalau punya permasalahan kulit yang hampir sama dengan saya, so nanti kita bisa saling sharing perawatan kulit apa dan bagaimana yang cocok.
Oh ya, satu lagi kudu bisa bedain masalah kulit kering dan dehidrasi dulu lho, ya.
Ada beberapa faktor internal dan eksternal yang bikin kulit kering, misalnya faktor genetik, pengaruh usia dan pengaruh hormon. Sementara kalau faktor eksternal bisa karena perubahan cuaca atau musim, atau pakai produk skincare yang nggak cocok.
Tapi kalau kulit dehidrasi penyebabnya lebih banyak ke faktor eksternal. Misalnya kurang asupan air, terpapar polusi, konsumsi obat-obatan, merokok, eksfoliasi kulit berlebihan, atau bisa juga karena perubahan cuaca yang ekstrem. Tentuin dulu ya, masalahnya di kulit kering atau dehidrasi.
Sementara masalah milia di kulit saya berawal dari pemilihan produk skincare yang ngarang (ini jangan ditiru, ya) Salah satunya saya baru tahu kalau yang kandungannya ada steroid itu kalau dipakainya lebay bisa bikin milia. Juga karena ada faktor keturunan. Nah, karena nggak mau pas hamil ini semakin banyak muncul milia maka saya harus lebih rajin skincare-an.
Setelah tahu semua itu, tetapkan goal skincare untuk kulit wajah masing-masing. Mau dibawa kemana? Ini nggak cuma berlaku saat hamil dan menyusui tapi goal jangka panjangnya, ya. Bikin goal yang realistis.
Semakin dewasa konsep diri kita harus semakin mapan, jadi jangan galau pingin kulit seputih artis K-Drama kalau gennya nggak ditakdirkan begitu. Kulit chox-chox juga masuknya ke keturunan. Ada yang dirawat pakai berlapis-lapis skinker, tapi belum kelihatan chox-chox, yang penting sih, sehat. Nggak semua yang kulitnya sehat itu glass-looking skin_yang kalau ada lalat nempel aja pasti kepleset.
Ini goal skincare saya :
Makin ke sini, makin pengin mengurangi penggunaan riasan, meski masih susah kalau harus ninggalin ngalis, ya.
Aging beautifuly di sini maksudnya, ya kita pasti menualah, dan gimana pun juga, tanda-tanda aging pasti bakal menyapa kulit kita. At least, menualah dengan sehat, jangan sampai ada masalah kulit seperti yang saya tulis di bawah.
Di usia 30 sekian-sekian ini saya makin menyadari kalau penerimaan dirilah yang membuat kita bisa semakin terlihat cantik. Apa goal skincare-mu?
Nah, sampai sini sudah jadi lebih aware kenapa bumil juga tetep kudu harus merawat kulit kan? Selain untuk jangka pendek biar nggak ada hal-hal buruk yang menimpa kulit kita, juga untuk jangka panjangnya.
Selanjutnya kita bakal bahas bahan-bahan apa di dalam produk skincare yang nggak boleh digunakan selama hamil dan menyusui :
Untuk kandungan bahan atau zat kimia dalam skincare bakal saya klasifikasikan dalam tiga bagian biar gampang ingetnya :
- Big No : Yang jelas-jelas pada kondisi normal saja berbahaya untuk tubuh kita, apalagi digunakan saat hamil dan menyusui.
- No : Dokter kandungan, dokter kulit, dan ilmuwan sudah melakukan penelitian terkait efek langsung zat tersebut pada ibu hamil, termasuk janin di dalam kandungan.
- Yes/No : Bahan-bahan yang sebaiknya dihindari, namun belum ada penelitian yang mendukung mengenai efek sampingnya pada ibu hamil dan menyusui, juga terhadap janin yang dikandung.
Selain ketiga hal tersebut, kita juga mesti tahu pendapat ahli bahwa sebenarnya kulit kita ini dirancang secara biologis sebagai penghalang zat-zat asing yang masuk ke tubuh atau istilahnya sebagai barrier.
Apalagi lapisan kulit itu lumayan tebal, lapisan terluarnya aja, yang namanya epidermis sebenarnya kedap terhadap paparan zat asing. Bagian epidermis juga memiliki sedikit pembuluh darah. Jadi, kalau mau mencapai pembuluh darah dalam jumlah banyak, zat yang menempel di kulit harus melewati lapisan tebal hingga sampai ke dermis yang banyak pembuluhnya, setelah sampai ke pembuluh darah baru bisa diserap ke darah, lalu kemudian ke janin.
Jadi, sebenarnya sebagian besar zat yang ada di dalam produk perawatan kulit nggak bakal langsung terserap ke pembuluh darah. Meski begitu, yang termasuk dalam tiga kategori di atas harus kita perhatikan baik-baik, ya.
Untuk yang bagian terakhir, pilihan ada di tangan kita sendiri apakah akan tetap menggunakan produk yang mengandung BHA atau tidak. Hanya saja, jika masih ada alternatif yang aman, lebih baik pilih yang aman dulu selama masa kehamilan ini.
Alih-alih mencari tahu dan membaca literatur dulu, kadang kita langsung loncat ke asumsi bahwa produk-produk natural atau skincare dari dapur pasti aman. Meski mungkin aman untuk janin, tapi bisa jadi nggak aman untuk kulit dan malah merugikan di masa depan.
Contohnya, saya yang kekeuh bersihin muka pake coconut oil, atau ada juga yang beralih ke baking soda, jeruk nipis, dan cuka apel tanpa membaca lebih jauh efeknya buat kulit.
Selain memikirkan kandungan dalam skincare, yang sebenarnya perlu mendapat perhatian adalah bagaimana kita membangun pondasi yang kuat buat rajin melakukan rutinitas perawatan wajah yang tepat.
Terkadang masalahnya bukan pada produknya apa? Tetapi apakah kita konsisten melakukan perawatan wajah dengan urutan dan cara yang tepat.
Di masa kehamilan ini, saya berusaha untuk komitmen melakukan minimal tujuh langkah perawatan wajah harian. Salah satunya adalah memulainya dengan double cleansing. Oke, sebelum membahas tentang urutan,
Apalagi lapisan kulit itu lumayan tebal, lapisan terluarnya aja, yang namanya epidermis sebenarnya kedap terhadap paparan zat asing. Bagian epidermis juga memiliki sedikit pembuluh darah. Jadi, kalau mau mencapai pembuluh darah dalam jumlah banyak, zat yang menempel di kulit harus melewati lapisan tebal hingga sampai ke dermis yang banyak pembuluhnya, setelah sampai ke pembuluh darah baru bisa diserap ke darah, lalu kemudian ke janin.
Jadi, sebenarnya sebagian besar zat yang ada di dalam produk perawatan kulit nggak bakal langsung terserap ke pembuluh darah. Meski begitu, yang termasuk dalam tiga kategori di atas harus kita perhatikan baik-baik, ya.
Untuk yang bagian terakhir, pilihan ada di tangan kita sendiri apakah akan tetap menggunakan produk yang mengandung BHA atau tidak. Hanya saja, jika masih ada alternatif yang aman, lebih baik pilih yang aman dulu selama masa kehamilan ini.
Lalu, kalau mau merawat kulit, kandungan skincare apa saja yang aman untuk bumil dan busui?
Setelah tahu yang harus dihindari, biasanya akan ada lagi pertanyaan-pertanyaan yang bikin kita ragu-ragu saat akan menggunakan produk skincare saat hamil dan menyusui.Alih-alih mencari tahu dan membaca literatur dulu, kadang kita langsung loncat ke asumsi bahwa produk-produk natural atau skincare dari dapur pasti aman. Meski mungkin aman untuk janin, tapi bisa jadi nggak aman untuk kulit dan malah merugikan di masa depan.
Contohnya, saya yang kekeuh bersihin muka pake coconut oil, atau ada juga yang beralih ke baking soda, jeruk nipis, dan cuka apel tanpa membaca lebih jauh efeknya buat kulit.
Selain memikirkan kandungan dalam skincare, yang sebenarnya perlu mendapat perhatian adalah bagaimana kita membangun pondasi yang kuat buat rajin melakukan rutinitas perawatan wajah yang tepat.
Terkadang masalahnya bukan pada produknya apa? Tetapi apakah kita konsisten melakukan perawatan wajah dengan urutan dan cara yang tepat.
Di masa kehamilan ini, saya berusaha untuk komitmen melakukan minimal tujuh langkah perawatan wajah harian. Salah satunya adalah memulainya dengan double cleansing. Oke, sebelum membahas tentang urutan,
Ini beberapa kandungan dalam skincare yang aman untuk bumil dan busui :
Tahap Pertama Skincare Routine Bumil : Double Cleansing
Nah, sekarang kita sudah ditahap tahu kandungan mana yang boleh dan tidak boleh untuk bumil dan busui. Mari kita lanjutkan dengan membangun pondasi a.k.a niat untuk rajin skinkeran.
Bumil minimal banget mesti memulai untuk melakukan double cleansing.
Kapan kita perlu double cleansing, yaitu ketika kita memakai riasan wajah, foundie, dan sunscreen. Umumnya double cleansing dilakukan saat PM Skincare Routine atau di malam hari, ya. Kadang malah kalau kita pakai waterproof eyeliner dan mascara ya, kudu triple cleansing.
Dimulai dengan membersihkan dulu riasan anti air tersebut dengan make-up remover. Rutinitas double cleansing ini berlaku buat semua ya, bukan buat bumil doang.
Nah, sekarang dalam rutinitas double cleansing ini apa saja yang saya lakukan dan produk apa yang saya pakai selama hamil?
Ini dia : Kalau lagi pake mascara atau eyeliner waterproof saya bersihin dulu pake Biore Perfect Cleansing Water. Kadang juga pakai Safi White Expert. Tapi Biore lebih cepet ngangkat bekas riasan mata yang waterproof ketimbang Safi. Cuma Safi ini enak buat ngangkat bekas foundie, mungkin karena ada Nigella Sativa Seed Oil-nya.
Habis bersihin sisa riasan, tunggu tangan dan muka kering baru pake cleansing oil. Atau kalau pas ngga pakai riasan yang lebay, ya langsung pakai cleansing oil atau cleansing balm. Kenapa milih cleansing oil atau balm:
Pertama, cleansing oil terbuat dari minyak yang bisa mengikat minyak lain di kulit wajah kita, termasuk juga minyak yang mengikat debu, kotoran, minyak-minyak lain, dan sisa riasan, jadi cocok banget untuk deep cleansing. Inget kan, kalau minyak sama air itu nggak bisa nyatu? Dan cara mengangkat minyak ya, dengan minyak lagi.
Kedua, cleansing oil itu dapat lebih melembapkan kulit wajah dibanding pembersih wajah umumnya, karena cleansing oil tidak mengandung surfaktan. Surfaktan biasanya digunakan sebagai deterjen atau yang bikin pembersih muka kita berbusa. Busanya ini kadang justru malah bikin kulit jadi kering.
Ketiga, cara pakai cleansing oil juga menyenangkan dan skintertainment banget. Kita bisa merasa lebih relaks saat memijat wajah dengan minyaknya. Setelah dipijat-pijat perciki dengan sedikit air hingga minyak ter-emulsify. Tandanya berubah jadi putih seperti susu.
The next step adalah membilas dan lanjut mencuci muka pakai cleanser yang harus dibilas atau dibusakan dengan air.
Kalau pagi, saya cuma bersihin muka pakai cleanser dari Live. Ini racikannya temen yang berprofesi dokter, dan saya suka banget sama formulanya yang gentle. Dia perpaduan antara cleansing water tapi ada kandungan oil-nya juga. Atau kadang malah saya cuma cuci muka pakai air aja pas mandi.
Sampai di tahap double cleansing dulu ya, next lanjut di postingan berikutnya tentang urutan skincare ala Korea untuk menuju kinclong forever. Silakan dipahami dan diamalkan dulu tahapan ini.
No comments