Kisah Perjalanan
Pengasuhan Anak
Traveling Bareng Anak Apa Yang Harus Dipersiapkan?
Buibu sering ngga merasa deg-degan saat akan traveling bareng anak-anak? Apalagi kalau jadwal perginya sudah direncanakan sejak jauh-jauh hari. Hal yang sering dicemaskan biasanya adalah soal kesehatan. Nanti pas hari H mau berangkat anak-anak dalam kondisi fit atau nggak ya? Bukan cuma itu aja sih, ternyata printilan persiapan yang lain pun lumayan penting. Apa saja sih, yang harus dipersiapkan saat traveling bareng anak?
Sejak akhir tahun 2018, saya diberitahu kalau bakal berkunjung ke Kuala Lumpur lagi untuk sebuah pekerjaan. Memanfaatkan momen tersebut, saya izin Paksu untuk mengajak anak-anak ikut serta karena perginya lumayan lama. Ternyata Paksu juga mau menemani. Jadilah kami akhirnya merencanakan untuk traveling bareng sekeluarga.
Persiapan traveling ke luar negeri dengan membawa satu anak balita dan satu anak usia sekolah dasar tentunya akan lebih banyak ketimbang kalau perginya cuma di dalam negeri. Ditambah lagi, ini bukan momen liburan sekolah, juga ternyata bertepatan dengan bulan Ramadan.
Kondisi itu ngga lalu menyurutkan niat kami untuk latihan backpacingan karena kami memang punya niat menjelajah Asia Tenggara dengan backpackingan bersama anak-anak. Harapannya kalau anak-anak sudah bertumbuh lebih besar, kami dimampukan untuk umroh backpacking sekeluarga atau menjelajah benua lainnya.
Kalau ngga belajar rempong dari sekarang, mau kapan lagi. Apalagi momen traveling kali ini juga ngga sepenuhnya khusus untuk jalan-jalan. Saya punya jadwal bekerja di antara 10 harian traveling itu. Jadi, jadwal untuk menjelajah pun diatur agar ngga bentrok dengan jadwal pekerjaan.
Jadi, traveling bareng anak apa yang harus dipersiapkan?
Pertama, tentunya kelengkapan dokumen-dokumen. Dokumen yang kita bawa ke luar negeri biasanya sudah terangkum dalam bentuk paspor. Ada perlunya untuk memberitahu anak-anak bahwa buku kecil berwarna hijau ini sangat penting untuk dibawa saat bepergian ke luar negeri.
Saya menjelaskan pada Si Sulung kegunaan paspor itu seperti halnya kartu identitas selama di tanah air. Paspor nggak boleh hilang atau ditinggal di penginapan selama bepergian. Intinya selalu mengingatkan anak-anak kalau buku hijau itu sangat penting dan kita bisa kena masalah jika tertinggal apalagi hilang.
Kedua, mempersiapkan barang bawaan. Gaya bepergian menentukan kita mau bawa apa saja dari rumah. Karena memilih menggunakan ransel jadi kami pun berusaha untuk menyesuaikan. Apa yang kita bawa juga terkait dengan jadwal kegiatan yang akan kita lakukan di negara tujuan.
Untuk pakaian, saya berencana untuk mencuci pakaian kotor di tempat tujuan. Jadi, jumlah baju yang dibawa juga ngga banyak-banyak amat.
Selain itu, berusaha sedemikian rupa untuk memadu-padankan pakaian yang dibawa. Contohnya, saya membawa satu long black dress yang bisa dipadukan dengan aneka outer. Kalau pas kerja tinggal dikasih blazer, kalau pas jalan-jalan pakai outer yang lebih santai.
Untuk baju resmi, saya bawa satu tunik panjang model India yang nanti bakal dipadukan dengan kain sari. Meski in the end kain sari diganti batik, biar identitas Indonesianya terlihat. Paksu juga memilih gamis berkerah nehru buat acara resmi. Kami sepakat ngga beli baju saat di sana. Jadi kebutuhan pakaian formal sudah disiapkan sejak di tanah air.
Untuk anak-anak, saya juga mempersiapkan pakaian dengan cara yang sama. Menyesuaikan udara Kuala Lumpur yang rata-rata panas, baju yang dibawa adalah baju yang tipis-tipis. Meski begitu, tetap bersiap dengan baju lengan panjang dan sweater untuk di bis atau di daerah yang dingin.
Saat jalan-jalan, kami cuma bawa satu tas ransel yang isinya baju cadangan untuk anak-anak, makanan dan minunan untuk Tazka, plus printilan yang perlu dibawa, macam kamera, dll.
Barang-barang penting dibawa di tas selempang masing-masing. Saya juga sudah membiasakan Si Sulung membawa uang cash sendiri di tasnya untuk berjaga-jaga.
Untuk makanan, Paksu memilih untuk membeli saja makanan jadi. Tadinya, saya mau membawa beberapa lauk kering seperti dendeng atau rendang. Tapi saya diingatkan oleh pihak yang mengundang untuk ngga perlu bawa makanan dari Indonesia karena kebutuhan sahur dan berbuka sudah dipersiapkan.
Meski ngga tiap hari berbuka dan sahur di tempat yang sama, tapi memang ngga bakal sempat sih, kalau mau masak-masak sendiri. Jadi, selama perjalanan saya cuma menyiapkan bekal makan pagi sampai siang untuk Tazka karena dia mash belajar berpuasa.
Barang bawaan yang penting lainnya adalah obat-obatan. Di sini saya sempat merasa kecolongan gitu, hahaha. Intinya dari rumah merasa sudah super prepared. Satu tas berisi obat-obatan, vitamin, EO, minyak-minyakan sudah ready semua. Siapa yang sangka kalau tiba-tiba Tazka sempat demam dan ternyata saya ngga bawa obat penurun panas buat berjaga-jaga.
Awalnya, seperti biasa kalau demam awal-awal, saya bakal membalur tubuh Tazka dengan minyak kutus-kutus. Tapi kemudian, esok harinya kok ngga membaik. Malah pakai muntah-muntah dan mengeluhkan sakit tenggorokan. Padahal sebelum pergi anaknya baik-baik saja.
Kak Ezra berinisiatif membelikan obat penurun panas di bandara waktu saya bilang kalau di tas obat belum ada obat penurun panas. Tapi saya baru inget kalau Tazka ngga begitu cocok dengan paracetamol. Biasanya tubuhnya bakal ada ruam merah-merah kalau minum obat penurun panas dengan paracetamol. Plus reaksi muntah-muntahnya itu lhoo yang bikin cemas.
Kalau udah begitu, langkah apa yang perlu dilakukan? Besoknya sudah harus mulai kerja, dan ngga mungkin ninggalin Tazka dalam kondisi sakit.
Posisi saat itu masih di seputaran KL Sentral. Sebenernya, bisa sih googling apotek terdekat, tapi akhirnya Paksu mengajak ke Guardian yang ada di Mal Nu Sentral. Ini langkah pertama, kata Paksu. Kalau kira-kira ngga membaik, kita ke poliklinik di malnya. Kebetulan di area Mal Nu Sentral memang ada poliklinik.
Di Guardian, saya dan Kak Ezra kebingungan cari obat penurun panas non paracetamol. Baru inget kalau di Watson ada bagian obat medis yang bisa dibeli setelah konsultasi dulu. Baiklah, tiwas beli yang di Guardian, saya tetap meluncur ke Watson untuk konsul. Dan disarankan obat penurun panas dengan kandungan ibuprofen. Alhamdulillah, pakai obat yang ini panasnya langsung reda.
Moral of the story, siapin obat-obatan yang memang sesuai dan biasa dikonsumsi anak. Biar mengurangi rasa cemas dan panik juga. Untungnya lagi setelah diberi ramuan teh berbahan Lo Han Kuo saat bukber, sakit tenggorokan Tazka menghilang.
Persiapan selanjutnya adalah untuk memberitahu anak-anak kegiatan apa saja yang bakal dilakukan selama traveling. Do and don't nya apa saja, akan tinggal dan bertemu dengan siapa saja, dan hal-hal teknis lainnya kayak nanti bakal menggunakan moda transportasi apa selama bepergian, waktunya berapa lama.
Hal-hal kecil nan teknis seperti itu, menurut saya penting sih, biar anak-anak juga terbiasa mengatur waktu. Dan ini mengurangi improvisasi ngga penting karena semua sudah digambarkan di awal. Ngga ada riweuh atau manyun karena kudu jalan jauh misalnya, atau acara mogok ngga mau bawa barangnya sendiri.
Karena jalan-jalan pas puasa, kita memang slow mode banget. Ngga ngoyo mau menjelajah kemana. Tiap waktu sholat, cari masjid, selain untuk ibadah, di masjid kita juga menghabiskan waktu cukup lama buat istirahat dan kasih waktu Kak Ezra buat mengisi travel journal-nya.
Kegiatan selama traveling bersama anak balita, siapkan buku aktivitas, misalnya buku untuk menempel stiker dengan tema transportasi |
Bermain pasir di Masjid Selat Melaka menjelang senja. Di sini anak-anak cuma dizinkan main pasir, dan ngga boleh main air |
Kak Ezra mengisi travel journalnya. |
Kendala yang masih kerasa adalah, Tazka belum betah jalan jauh. Apalagi kita maklum sih, cuacanya seputaran KL lumayan panas. Jadi, traveling kali ini kita lebih banyak naik Grab ketimbang moda transportasi umum macam LRT. Lagipula ongkos nge-Grab kalau dibandingkan beli tiket LRT berempat jatuhnya lebih murah naik Grab.
Apalagi ya, yang harus dipersiapkan saat traveling bersama anak? Persiapan dan kegiatan apa saja, bisa dilihat melalui foto-foto yap.
Traveling jadi kesempatan Kak Ezra untuk mempraktekan bahasa asing, terutama Inggris. Juga berkesempatan mengenalkan budaya Indonesia saat buka bersama perwakilan dari negara-negara lain. |
Bertemu dengan senior di kampus yang mengambil PhD di UM. Anak-anak jadi punya kenalan sesama orang Indonesia ketika di Malaysia |
Gimana kalau bertemu dan ngobrol sama orang asing saat traveling? Anak-anak juga harus mulai diajarkan hal-hal seperti itu. |
Kucing yang selalu menarik perhatian anak-anak dimanapun mereka berada. |
Pakaian yang digunakan untuk ke Genting Highland upayakan lebih tebal karena cuaca di sana lumayan dingin karena berada di dataran tinggi. |
Buat peraturan khusus kapan boleh mainan hape selama sedang traveling. Kelihatan kan di sini, dari mukanya siapa yang ngga dapet jatah main game, hehe. |
Di masjid Kampung Kling di Melaka ini anak-anak merasakan berwudhu dengan cara yang unik. |
Ajarkan anak-anak tentang aturan menggunakan transportasi umum, misalnya berdiri di belakang garis kuning saat menunggu kereta. |
Memanfaatkan waktu luang di pesawat. |
Saling menjaga saat cuma berdua. |
What to buy and not to buy while traveling. |
Mencoba vending machine di stasiun. |
Kak Ezra udah pede banget ya biacara sama orang asing. Thifa juga harus dilatih kaya gini nih.
ReplyDeleteWah ..kak Ezra rajin yah..mengisi jurnalnya.. sudah mandiri dan PD juga putra2nya ya mba Nia . Alhamdulillah..siap diajak jalan2 lbh jauh lagi nih..
ReplyDeleteSeru banget ya. Dari traveling anak2 bisa belajar macem2 ternyata
ReplyDeletetraveling bareng anak itu meski capek tetap seru ya, tapi aku belum pernah jauh-jauh sih, hehehe. paling masih di pulau jawa yang jalur darat aja
ReplyDeleteMemang seru dan challenging ya mbak ngajakin anak2 traveling. Traveling di Indonesia aja seru tapi kalo keluar tu tetep ada sesuatu berkesan ya, soalnya aku juga udab pernah ngalamin meskipun baru ke singapore dan malaysia aja. Pengen someday bisa ngajakin mereka traveling keluar negwri lagi
ReplyDeleteThis comment has been removed by the author.
ReplyDeleteAsyik banget ya mbak, sambil bertugas bisa memberi pengalaman berharga untuk anak-anak.
ReplyDeleteSeru ya mb, Maya masih musti nunggu baby queen setidaknya tiga tahunan dulu baru berani Travelling jauh2 ke tempat wisata. Tahun ini diajakin Omanya liburan ke Bandung aja tetep g berani ikutan karena baby belum setahun
ReplyDeleteSeru banget sih Nia bawa krucil, jadi nambah pengalaman anak-anak ya..traveling ke negara lain..
ReplyDeleteKak Ezra kayaknya menikmati banget nih jalan2nya, kesempatan untuk mempraktekkan ngobrol pake Bahasa Inggris ya, Kak.
ReplyDeleteEzra sama Tazka baru kenal dengan mode berwudhu di kolam besar ya. Apalagi dengan cuaca Melaka yang panas, mereka suka ya
ReplyDeleteIya seneng banget itu wudhu di kolam, tazka mah nyaris mau berenang LOL
DeleteNyenengin banget ya mba, bisa traveling bareng keluarga. Semoga segera dimampukan untuk umroh bareng keluarga ya mb
ReplyDeleteWah,jadi bisa praktek bahasa Inggris ya. Anak2 mmg berani...salut euy
ReplyDelete