Budaya
Kisah Perjalanan
Kuliner
Belajar Tentang Teh di Agrowisata Tambi & Tanjungsari
"Ayo kita belajar tentang teh di Agrowisata Tambi," celetuk saya beberapa waktu lalu kepada seorang teman di sebuah acara afternoon tea. Ketika semua orang belakangan ini tertarik untuk mempelajari kopi, saya justru mulai tertarik untuk mempelajari teh. Lalu kenapa Agrowisata Tambi jadi tempat yang tepat untuk belajar tentang teh? Ini beberapa alasannya.
Belajar Tentang Teh di Agrowisata Tambi
Minuman biasa nan sederhana yang sering tersaji sehari-hari ini punya daya tarik tersendiri. Mulai ketika masih berupa hamparan perkebunan hingga saat dipetik, diolah, dan disajikan. Perkebunan Teh Tambi yang ada di daerah Wonosobo memiliki beberapa sarana wisata edukasi dan relaksasi yang tepat untuk dikunjungi saat kita ingin mengenal teh lebih dekat.
Alasan yang pertama, hamparan perkebunan tehnya termasuk yang mudah dijangkau. Kalau kalian membayangkan bisa berjalan-jalan di antara hijaunya pucuk-pucuk daun teh, sekaligus berfoto dengan latar belakang Gunung Sindoro, di sinilah lokasi yang tepat.
Berdasarkan pengalaman, beberapa kebun teh yang pernah saya kunjungi agak jauh aksesnya dari jalan utama, atau terkadang berada di ketinggian pegunungan atau bukit yang susah dijangkau dengan berjalan kaki. Tapi perkebunan teh yang ada di Kabupaten Wonosobo ini, jaraknya hanya sekitar 16 kilometer dari arah Kota Wonosobo. Lokasinya di pinggir jalan besar sehingga mudah dijangkau.
Untuk sampai di Perkebunan Teh Tambi, kita bisa menggunakan kendaraan pribadi atau angkutan umum berupa bus jurusan Wonosobo-Dieng. Kemudian turun di Desa Tambi, dilanjutkan dengan berjalan kaki menuju ke perkebunan. Jangan khawatir, meski mungkin terdengar melelahkan, mata akan dimanjakan oleh hijaunya perkebunan sayuran dan pemandangan sekitar.
Hamparan perkebunan teh ini memiliki kontur tanah yang relatif landai sehingga mudah diakses oleh pejalan kaki. Maka agenda menyusuri kebuh teh di pagi hari termasuk yang nggak boleh dilewatkan jika berkunjung ke sini.
Di sini, selain bisa berjalan-jalan di tengah kebun teh, kita juga bisa melihat bagaimana para pemetik teh bekerja. Para pemetik teh menggunakan caping dengan warna tertentu untuk membedakan area pemetikan tehnya.
Di sini, selain bisa berjalan-jalan di tengah kebun teh, kita juga bisa melihat bagaimana para pemetik teh bekerja. Para pemetik teh menggunakan caping dengan warna tertentu untuk membedakan area pemetikan tehnya.
Mereka memetik teh menggunakan alat seperti gunting besar yang dimodifikasi, bukan lagi dengan menggunakan tangan seperti yang saya bayangkan sebelumnya. Yakali bakal berapa lama daun tehnya terkumpul kalau memetiknya masih manual kayak di iklan-iklan.
Saya sendiri baru tahu kalau daun teh yang dipetik ada dua jenis, yaitu yang berjenis Assamica yang daunnya lebih lebar dan Sinensis yang daunnya lebih kecil. Perbedaannya apa, nanti kita bahas di bagian pengolahan teh, ya.
Udara yang sejuk lantaran perkebunan ini berada di ketinggian 1400-2100 MDPL menjadikan atmosfer perkebunan ini terasa segar dan menenangkan. Jika ingin menginap, tidak jauh dari lokasi perkebunan terdapat bangunan homestay berkonsep pondok wisata dengan berbagai pilihan tempat menginap. Mulai dari yang bisa dihuni satu keluarga sampai perorangan. Harganya pun relatif terjangkau.
Pondok wisata ini juga menyiapkan camilan dan sarapan yang bisa dipesan seperti halnya ketika kita menginap di hotel. Hidangan favorit saya di tempat ini adalah sayur lodeh dan tumis ikan asinnya. Rasanya mantap! Jangan lewatkan juga mendoan khas Wonosobo bersalut tepung renyah yang diberi irisan daun kucai. Tentunya yang juga harus dicoba adalah menyesap teh tambi panas saat dinginnya malam.
Untuk mendapatkan pengalaman belajar tentang teh yang menyeluruh maka setidaknya menginaplah satu hari di Agrowisata Teh Tambi ini. Keesokan paginya, kita bisa mengikuti tur ke pabrik pengolahan teh yang juga tidak jauh dari lokasi agrowisata dan perkebunan.
Belajar Tentang Teh di Pabrik Pengolahan Teh Tambi.
Pertama kali masuk ke sebuah pabrik pengolahan teh membuat mata saya terbuka lebar tentang betapa tidak sesimpel yang dibayangkan secangkir teh itu bisa tersaji di hadapan kita. Setelah main ke pabrik, saya janji nggak bakal bilang, "Ah cuma minum teh, doang..." Pasalnya prosesnya cukup panjang, dan mungkin karena minuman ini sudah sangat menyatu dengan keseharian maka kita jadi kurang menghargainya.
Yang kita lihat mungkin hanya secangkir teh manis hangat biasa. Yang tak terpikirkan adalah prosesnya. Mempelajari soal teh, seperti soal hidup; yang mudah terlihat itu hasilnya.
Sementara orang-orang luar negeri bisa dibilang lebih menghargai proses minum teh, maka dikenal ritual afternoon tea di beberapa negara. Tidak heran sih, kalau hasil produksi di pabrik pengolahan teh ini lebih banyak yang diekspor ke luar negeri. Sementara untuk konsumsi dalam negerinya terbilang masih relatif sedikit.
Pucuk-pucuk teh dipetik tidak dengan asal-asalan, tetapi menggunakan rumus tertentu, di mana ketika dipetik harus mendapatkan satu pucuk dan tiga daun muda. Pucuk-pucuk teh tersebut kemudian diantarkan ke pabrik dan melalui proses pelayuan terlebih dahulu. Proses ini khusus dilakukan untuk menghasilkan teh hitam, ya. Kalau teh hijau prosesnya akan berbeda lagi.
Aroma teh yang segar dan cukup pekat menyambut saya ketika memasuki area pabrik yang cukup luas. Pucuk-pucuk teh dilayukan di bak-bak memanjang. Semburan angin dari blower yang ada di bagian bawah bak, membuat teh ini layu. Setelah layu, teh kemudian melalui serangkaian proses lainnya, sampai tergulung dan kemudian bisa dikemas.
Nanti simak video youtubenya di sini ya, untuk tahu bagaimana proses pembuatan teh tersebut.
Saya juga berkesempatan untuk mencicipi aneka teh yang sudah diseduh. Salah seorang pencicip teh yang sudah sangat berpengalaman mengajari saya bagaimana cara mencicipi teh yang benar. Caranya dengan menyesap menggunakan bibir dan masuk ke sela-sela gigi. Hampir sama seperti teknik cupping saat mencicipi kopi.
Salah satu teh favorit yang saya cicipi adalah Tambi Mirah. Rasanya sangat light dan relaxing banget. Ternyata waktu dibisiki harganya cukup bikin kaget juga. Enam ratus ribu satu kilonya. Kenapa mahal banget? Varian ini termasuk yang masih sedikit ditanam di kawasan perkebunan. Teh yang bagian pucuknya berwarna merah keemasan ini jumlah tidak terlalu banyak, dan termasuk varietas khas dari perkebunan Tambi.
Mengolah Teh Hijau di Agrowisata Teh Tunjungsari
Selepas menikmati sarapan di dekat hamparan kebuh teh; sepiring nasi megono yang terdiri dari nasi dengan parutan kelapa, cacahan kacang panjang, dan udang rebon ditemani lauk pauk seperti tempe dan telur, saya dan rombongan melanjutkan perjalanan menuju Agrowisata Tanjungsari. Di Agrowisata Tunjungsari ini, kami akan berkunjung ke pabriknya untuk melihat bagaimana teh hijau diproses.
Perjalanan yang dibutuhkan untuk sampai di Agrowisata Tanjungsari kurang lebih satu jam. Sesampainya di pabrik, ternyata pengolahan teh hijau belum dimulai. Berbeda dengan pengolahan teh hitam, begitu datang dari kebun, teh hijau tidak melalui proses pelayuan terlebih dahulu.
Karena belum dimulai, kami pun meluangkan waktu untuk berjalan-jalan di area agrowisatanya. Sedikit berbeda dengan kawasan agrowisata di Tambi, di kawasan agrowisata Tanjungsari kita akan menemukan taman-taman yang ditata dengan cantik.
"Dulunya kawasan ini digunakan untuk tempat trek-trekan," ujar Pak Agus, Direktur Perkebunan Teh Tambi, yang siang itu ikut menemani kami jalan-jalan menyusuri area yang agrowisata. Siapa yang mengira kalau taman-taman cantik, taman labirin, dan beberapa vegetasi yang ditanam di sini adalah ide dari beliau.
"Di tempat ini, saya akan menunjukkan kalau tanaman teh itu sebenarnya bukan perdu melainkan pohon," ucap beliau memantik rasa penasaran saya. "Ini nih, tanamannya," sambung belia sambil menunjukkan sebuah pohon yang tinggi menjulang dengan beberapa buah dan biji tampak dari sela-sela daunnya.
Ada masa di mana teh dibawa ke Indonesia dan dibiakkan dengan menggunakan bijinya, begitu tambah beliau lagi. Seperempat jam berjalan-jalan, pengetahuan saya tentang teh langsung bertambah. Mungkin salah satu nilai plus yang dapat diberikan untuk sebuah tempat wisata berkonsep edukasi adalah adanya tour guide yang bisa menjelaskan soal sejarah tenpat atau hal yang berkaitan dengan daya tarik wisata tempat tersebut.
Lanskap Agrowisata Tanjungsari didesain agar pengunjung bisa menikmati suasana taman yang alami. Ada kebun teh dengan sarang burung raksasanya, taman-taman dengan bunga dan tanaman yang berwarna kontras, rumah pohon, dan juga wahana permainan anak serta kolam renang.
Selesai berjalan-jalan di area Agrowisata Tanjungsari, saya dan rombongan kembali ke pabrik untuk melihat bagaimana pengolah teh hijau berlangsung. Ada beberapa langkah yang berbeda dengan pengolahan untuk teh hitam, salah satunya adalah ketika hasil petik teh baru datang. Teh langsung masuk ke dalam oven panas. Teh hijau tidak melalui proses oksidasi seperti halnya teh hitam.
Sama seperti di pabrik yang pertama, di sini kami juga berkesempatan mencicipi teh hijau dan membawa pulang satu kemasan teh hijau untuk diseduh di rumah. Selesai mencicipi teh tersebut maka berakhir jugalah rangkaian perjalanan kami untuk belajar tentang teh di Agrowisata Tambi dan Tunjungsari.
Perjalanan ini sangat berkesan buat saya karena banyak hal baru tentang teh yang bisa saya pelajari. Pondok wisata yang menjadi tempat saya dan rombongan menginap juga tergolong cukup nyaman. Buat teman-teman yang ingin melepas penat dan mendapatkan tambahan pengetahuan, Agrowisata Teh Tambi ini menjadi tempat yang tepat untuk belajar tentang teh.
Oh ya, ada hal unik lainnya. Di lokasi perkebunannya, kita juga bisa berburu foto milky way.
Perjalanan ini sangat berkesan buat saya karena banyak hal baru tentang teh yang bisa saya pelajari. Pondok wisata yang menjadi tempat saya dan rombongan menginap juga tergolong cukup nyaman. Buat teman-teman yang ingin melepas penat dan mendapatkan tambahan pengetahuan, Agrowisata Teh Tambi ini menjadi tempat yang tepat untuk belajar tentang teh.
Oh ya, ada hal unik lainnya. Di lokasi perkebunannya, kita juga bisa berburu foto milky way.
NB:
Paket Perkebunan Teh Agrowisata Tambi dimulai dari harga 27.500-115.000 per pax
Guest Room atau Homestay mulai dari Rp.320.000-Rp. 2.000.000,-
Narahubung : 081548564988, 081327234571
Guest Room atau Homestay mulai dari Rp.320.000-Rp. 2.000.000,-
Narahubung : 081548564988, 081327234571
Hahaha foto yg nyandar di pohon teh liar bikin aku ngakak, wagu banget ahhh hahaha
ReplyDeleteHahaha, lha Manjie mesti klo candid aku dapetnya pose aneh2 terus kok
DeleteJadi makin menghargai secangkir teh nih.
ReplyDeleteOya, trims info kontak person yang y mba...
Iya Mbaa...sekarang bener2 menikmati aktivitas ngeteh jadinya
Deletewah nasinya itu loh bikin laper...enak banget
ReplyDeleteBangeeettt. Kagak bisa diulang yaa bagian itu, sumpah nasi megono terenak kmrn tu
Delete