Apa saja sih wisata petualangan yang bisa kalian lakukan di Salatiga? Kalau kemarin saya sempat membahas soal kemah seru dan petualangan menguji adrenalin di d Émmerick Salatiga, kali ini ada lagi satu aktivitas wisata lainnya yang nggak boleh kalian lewatkan kalau berkunjung ke kota yang terkenal dengan kuliner berupa Sate Sapi Suruh dan Ronde Sekoteng Jago-nya.
Petualangan kali ini melibatkan sebuah gunung yang memiliki ketinggian 1894 Mdpl. Kalau berhubungan dengan pegunungan, kira-kira jenis petualangan apa sih, yang kalian harapkan selain mendaki gunung?
Kalau saya selalu ingin menyaksikan meteor shower dari puncak gunung. Fenomena langit selalu menjadi daya tarik tersendiri. Makanya orang-orang berlomba menempuh suatu ketinggian untuk seolah bisa menggapai langit dan menyaksikan sedekat mungkin fenomena yang terjadi di atas sana.
Kalau saya selalu ingin menyaksikan meteor shower dari puncak gunung. Fenomena langit selalu menjadi daya tarik tersendiri. Makanya orang-orang berlomba menempuh suatu ketinggian untuk seolah bisa menggapai langit dan menyaksikan sedekat mungkin fenomena yang terjadi di atas sana.
Salah satu fenomena yang juga nggak kalah ditunggu-tunggu para penyuka ketinggian adalah bisa menyaksikan matahari terbit dari puncak sebuah gunung. Kali ini, rezeki saya bisa menaiki puncak Telomoyo. Yang unik, naik ke puncaknya nggak perlu bersusah payah mendaki, bahkan bisa dilakukan sambil setengah tertidur karena saya dan rombongan blogger yang diundang oleh Hotel d'Emmerick Salatiga mendapatkan kesempatan untuk menjajal Jeep Tour ke Puncak Telomoyo.
Lokasi tepatnya Gunung Telomoyo sebenarnya ada di perbatasan antara Kabupaten Magelang dan Semarang. Posisinya berada di antara Gunung Merbabu, Ungaran dan Andong. Gunung yang berbentuk kerucut ini, sedikit lebih tinggi dari Andong sehingga kita bisa menyaksikan deretan gunung lainnya dari area puncaknya. Ada Lawu, Sumbing, Sindoro dan Prau, selain itu kita juga bisa menyaksikan indahnya hamparan Rawa Pening.
Menjemput Sunrise Dengan Jeep Tour.
Sekitar pukul tiga dini hari saya terbangun di dalam tenda, rasa pegal merambati seluruh bagian tubuh. Rasa lelah karena sesiangan tadi menggeber adrenalin di d'Emmerick Adventure Park belum terbayar dengan istirahat di tenda. Saya langsung membangunkan teman-teman yang tidur di tenda yang sama. Ada Mba Ika Puspita, Mba Archa, Mba Winda, dan Mba Wati. "Yuk, bangun kita siap-siap untuk Jeep Tour", ujar saya sambil beranjak ke kamar mandi untuk bersiap-siap terlebih dahulu.
Pukul tiga lewat sedikit, rupanya belum banyak yang berkumpul di lobby hotel, maka staf hotel d'Emmerick pun turun ke area camping ground dengan topi bersenternya untuk membangunkan para peserta yang belum bisa mengalahkan rasa lelah dan kantuknya. Baru setelah jam menunjukkan pukul 03:45 para peserta akhirnya berkumpul di lobby hotel.
Di halaman depan, deretan jeep dari komunitas s4x4tiga adventure jeep tour sudah berkumpul. Salah seorang dari komunitas tersebut memimpin doa bersama sebelum peserta berangkat untuk melakukan jeep tour.
Sebanyak tiga belas jeep, baik yang tertutup maupun terbuka sudah menunggu di halaman hotel. Masing-masing jeep bisa ditumpangi tiga penumpang plus satu pengemudi.
Selesai berdoa bersama, peserta langsung menaiki jeep yang sudah dipilih masing-masing. Saya memutuskan untuk naik jeep yang tertutup karena badan masih terasa pegal-pegal, dan nggak bisa membayangkan rasanya kalau harus terjungkal-jungkal di atas jeep.
Perjalanan menuju puncak Telomoyo saya lalui dengan setengah tertidur. Jadi, nggak bisa bercerita banyak apa saja yang saya lewati selama perjalanan. Seingat saya, di sisi jalan terdapat jurang yang cukup dalam. Jeep berjalan menembus deretan hutan pinus yang tampak samar-samar dari kejauhan. Jalan yang kami lalui hanya muat untuk satu jeep saja. Jalannya juga tidak mulus, kadang tanjakan yang dilalui terasa berat.
Setelah sekitar satu jam lebih berkendara, kami pun sampai juga di puncak. Saat membuka pintu jeep, barulah terasa udara yang cukup dingin, menusuk kulit. Meski beberapa teman yang lain juga tampak kedinginan, mereka tetap antusias untuk segera menikmati pemandangan matahari terbit. Beberapa staf hotel mulai menggelar terpal di salah satu area yang akan digunakan untuk shalat subuh bersama.
Selesai shalat, kami pun berkumpul, sama-sama memandang ke arah ufuk timur. Menunggu warna bulat keemasan muncul. Langit pecah oleh warna-warni lembayung. Merah, kuning, dan oranye. Semua menunggu, ada yang mengarahkan kameranya ke langit timur, ada juga yang hanya diam menikmati keindahan tersebut. Sampai akhirnya bulatan keemasan muncul, dan langit pun berangsur-angsur berubah benderang.
Sebagian dari kami berjalan ke arah bawah. Di sana sudah ada Chef dari d'Emmerick Hotel yang sedang menyiapkan sarapan pagi. Satu panci besar kuah mie yang hangat menguar di udara yang dingin, menerbitkan rasa lapar. Chef pun memasukkan mie dan pelengkapnya ke dalam cup-cup styrofoam. Sementara kami bersiap untuk mencicipi kelezatan mie tersebut.
Sambil menikmati sajian mie godok di atas puncak Telomoyo, kami menikmati pemandangan sekitar. Seolah restoran dipindahkan ke atas puncak gunung Telomoyo, kami masih bisa menikmati kelezatan dan hangatnya bakmi kuah yang dimasak langsung oleh koki hotel d'emmerick.
Selsai bersantap, perjalanan dilanjutkan dengan menuruni gunung, tentunya kembali dengan mengendarai Jeep, dong. Dalam perjalanan pulang, kami melewati sebuah curug kecil yang airnya sangat jernih. Beberapa dari peserta turun untuk bermain air.
Sesampainya di halaman hotel d'emmerick, rupanya kegiatan belumlah usai. Mesin-mesin Jeep meraung membawa kami menikmati banjir adrenaline dengan kegiatan off road. Tidak ada foto yang bisa diabadikan dalam momen ini lantaran kami terlalu sibuk berteriak dan menahan goncangan. Seru dan sangat menantang.
Kalau ditanya apa saya akan mengulang kembali wisata petualangan di Salatiga ini, jawabannya, tentu saja iya. Paling seru memang bersama keluarga atau rombongan.
Video keseruannya, bisa ditonton di sini ya :
Lokasi tepatnya Gunung Telomoyo sebenarnya ada di perbatasan antara Kabupaten Magelang dan Semarang. Posisinya berada di antara Gunung Merbabu, Ungaran dan Andong. Gunung yang berbentuk kerucut ini, sedikit lebih tinggi dari Andong sehingga kita bisa menyaksikan deretan gunung lainnya dari area puncaknya. Ada Lawu, Sumbing, Sindoro dan Prau, selain itu kita juga bisa menyaksikan indahnya hamparan Rawa Pening.
Menjemput Sunrise Dengan Jeep Tour.
Sekitar pukul tiga dini hari saya terbangun di dalam tenda, rasa pegal merambati seluruh bagian tubuh. Rasa lelah karena sesiangan tadi menggeber adrenalin di d'Emmerick Adventure Park belum terbayar dengan istirahat di tenda. Saya langsung membangunkan teman-teman yang tidur di tenda yang sama. Ada Mba Ika Puspita, Mba Archa, Mba Winda, dan Mba Wati. "Yuk, bangun kita siap-siap untuk Jeep Tour", ujar saya sambil beranjak ke kamar mandi untuk bersiap-siap terlebih dahulu.
Kalau ini perjalanan menuruni gunung, perjalanan nanjaknya nggak sempat memotret karena suasana yang gelap dan saya tidurrr, hehehe. |
Pukul tiga lewat sedikit, rupanya belum banyak yang berkumpul di lobby hotel, maka staf hotel d'Emmerick pun turun ke area camping ground dengan topi bersenternya untuk membangunkan para peserta yang belum bisa mengalahkan rasa lelah dan kantuknya. Baru setelah jam menunjukkan pukul 03:45 para peserta akhirnya berkumpul di lobby hotel.
Di halaman depan, deretan jeep dari komunitas s4x4tiga adventure jeep tour sudah berkumpul. Salah seorang dari komunitas tersebut memimpin doa bersama sebelum peserta berangkat untuk melakukan jeep tour.
Sebanyak tiga belas jeep, baik yang tertutup maupun terbuka sudah menunggu di halaman hotel. Masing-masing jeep bisa ditumpangi tiga penumpang plus satu pengemudi.
Selesai berdoa bersama, peserta langsung menaiki jeep yang sudah dipilih masing-masing. Saya memutuskan untuk naik jeep yang tertutup karena badan masih terasa pegal-pegal, dan nggak bisa membayangkan rasanya kalau harus terjungkal-jungkal di atas jeep.
Perjalanan menuju puncak Telomoyo saya lalui dengan setengah tertidur. Jadi, nggak bisa bercerita banyak apa saja yang saya lewati selama perjalanan. Seingat saya, di sisi jalan terdapat jurang yang cukup dalam. Jeep berjalan menembus deretan hutan pinus yang tampak samar-samar dari kejauhan. Jalan yang kami lalui hanya muat untuk satu jeep saja. Jalannya juga tidak mulus, kadang tanjakan yang dilalui terasa berat.
Bahagia bermandikan cahaya pagi. Foto oleh : Muhammad Teguh Photography |
Setelah sekitar satu jam lebih berkendara, kami pun sampai juga di puncak. Saat membuka pintu jeep, barulah terasa udara yang cukup dingin, menusuk kulit. Meski beberapa teman yang lain juga tampak kedinginan, mereka tetap antusias untuk segera menikmati pemandangan matahari terbit. Beberapa staf hotel mulai menggelar terpal di salah satu area yang akan digunakan untuk shalat subuh bersama.
Selesai shalat, kami pun berkumpul, sama-sama memandang ke arah ufuk timur. Menunggu warna bulat keemasan muncul. Langit pecah oleh warna-warni lembayung. Merah, kuning, dan oranye. Semua menunggu, ada yang mengarahkan kameranya ke langit timur, ada juga yang hanya diam menikmati keindahan tersebut. Sampai akhirnya bulatan keemasan muncul, dan langit pun berangsur-angsur berubah benderang.
Sebagian dari kami berjalan ke arah bawah. Di sana sudah ada Chef dari d'Emmerick Hotel yang sedang menyiapkan sarapan pagi. Satu panci besar kuah mie yang hangat menguar di udara yang dingin, menerbitkan rasa lapar. Chef pun memasukkan mie dan pelengkapnya ke dalam cup-cup styrofoam. Sementara kami bersiap untuk mencicipi kelezatan mie tersebut.
Sambil menikmati sajian mie godok di atas puncak Telomoyo, kami menikmati pemandangan sekitar. Seolah restoran dipindahkan ke atas puncak gunung Telomoyo, kami masih bisa menikmati kelezatan dan hangatnya bakmi kuah yang dimasak langsung oleh koki hotel d'emmerick.
Selsai bersantap, perjalanan dilanjutkan dengan menuruni gunung, tentunya kembali dengan mengendarai Jeep, dong. Dalam perjalanan pulang, kami melewati sebuah curug kecil yang airnya sangat jernih. Beberapa dari peserta turun untuk bermain air.
Sesampainya di halaman hotel d'emmerick, rupanya kegiatan belumlah usai. Mesin-mesin Jeep meraung membawa kami menikmati banjir adrenaline dengan kegiatan off road. Tidak ada foto yang bisa diabadikan dalam momen ini lantaran kami terlalu sibuk berteriak dan menahan goncangan. Seru dan sangat menantang.
Kalau ditanya apa saya akan mengulang kembali wisata petualangan di Salatiga ini, jawabannya, tentu saja iya. Paling seru memang bersama keluarga atau rombongan.
Video keseruannya, bisa ditonton di sini ya :
Wow seru abis ya mba, hmmm jadi pengen liburan nih
ReplyDeleteIya Mbaa...asiik naik gunung pakai mobil gitu
Delete