Budaya
Kisah Perjalanan
Menghapus 5 Mitos Masyarakat Jawa Dalam Perjalanan Menyusuri Kota Surakarta
Surakarta, sebuah kota sarat budaya yang tidak pernah habis untuk ditelusuri kisahnya. Puluhan kali saya berkunjung ke kota ini, bahkan sejak saya masih duduk di bangku sekolah dasar, tapi kota ini tidak pernah kehilangan daya tariknya. Meski tidak seramai Jogja, dan ritme kehidupannya berjalan lebih perlahan, namun kota ini memiliki magnet bagi pejalan yang senang dengan kisah-kisah budaya. Andaikan sejak SD saya sudah bisa membuat tulisan feature tentang pariwisata, pasti akan banyak sekali catatan menarik tentang kota ini. Sayangnya, baru ketika benar-benar membuka mata__dan hati tentunya, kota ini baru terasa menarik untuk saya buatkan catatan perjalanan. Salah satunya adalah tentang 'Menghapus 5 Mitos Masyarakat Jawa'. Apa saja?
1. Mematahkan Mitos ' Dilarang Foto Bertiga'.
Untuk mematahkan mitos ini, saya sengaja berkunjung ke Keraton Kasunanan Surakarta. Keraton yang juga dikenal dengan nama Keraton Surakarta Hadiningrat ini merupakan salah satu bangunan dengan arsitektur Jawa tradisional yang masih sangat terawat kondisinya. Selain menjadi salah satu objek wisata yang banyak dikunjungi, Keraton juga masih berfungsi sebagai tempat tinggal bagi Sri Sunan dan keluarganya.
Apa yang saya lakukan untuk mematahkan mitos di Keraton Kasunanan adalah dengan menjajal foto bertiga, diapit oleh dua orang prajurit yang berseragam lengkap khas keraton.
Tahu dong, dengan mitos bahwa foto bertiga itu tidak diperbolehkan karena orang yang berada di tengah, konon akan mendapatkan musibah atau kecelakaan?
saya sengaja membongkar foto-foto lama di komputer, dan belum menemukan foto saya hanya diapit oleh kedua prajurit. |
Foto terbaru, tahun 2018 kemarin. Ketika blogger dan influencer asal Malasyia saya potret fotonya, diapit kedua prajurit. |
Darimana sebenarnya mitos ini berasal? Apakah masyarakat Jawa mendengungkan kisah ini dari abad ke abad hingga begitu dipercaya? Saya pun iseng bertanya kepada kedua prajurit yang mengapit saya, "Nggak apa-apa nih Pak, foto bertiga? Bukannya harus genap, ya?"
Salah satu prajuritnya berujar, "Ndak papa," jawabnya datar. Saya pun lanjut berpose. Sesudahnya, saya bertanya asa muasal keraton ini dibangun, dari mulai sejarah Kasultanan Mataram hingga Geger Pacinan. Dari kisah-kisah yang dituturkan, saya seperti mendapatkan sedikit pencerahan soal mitos foto bertiga.
Tiga adalah bilangan ganjil. Sesuatu yang ganjil, dianggap tidak sempurna atau tidak simetris. Kalau diperhatikan, bangunan keraton pun didesain simetris antara sisi kiri dan kanannya. Lekukan ukiran di sisi kiri dan kanan jumlahnya sama. Jumlah tiga akan membuat yang di tengah seolah diapit. Saat berfoto biasanya yang tengah akan jadi pusat perhatian. Kilat cahaya kamera langsung tertuju ke tengah, bisa jadi mata orang yang di tengah akan terkena cahaya lampu lebih banyak ketimbang yang di pinggir. Semakin banyak jumlah orang yang berfoto, fotografer akan berjalan mundur sehingga cahaya tersebar lebih rata, dan tidak hanya tertuju pada satu orang saja.
Itu sih, penjelasan saya saja, ya. Tapi kalau mau mendengarkan kisah-kisah sejarah dari pemandu yang menemani kita selama berkeliling di museum maka akan ada banyak sekali kisah-kisah kebijaksanaan Jawa yang mengemban konsep adil, sama, seimbang. Kalau tiga kan tidak habis dibagi dua, masih ada sisanya, mungkin begitu. Bisa jadi.
2. Mitos Bahwa Pohon Beringin Selalu Dihuni Mahluk Gaib.
Balai Kota Solo (image from : wikipedia) |
Pernah dengar mitos bahwa pohon-pohon beringin yang besar-besar dan akarnya bergelatungan itu adalah rumah para mahluk gaib? Untuk mematahkan mitos ini, saya harus berkunjung dahulu ke Balai Kota Solo, di halamannya ada dua pohon beringin besar, berdiri kokoh seolah menjaga bangunan yang ada. Salah satu teman jalan saya, Laras, wartawan harian di Solo bercerita mengapa mitos pohon beringin dihuni hantu dan tidak boleh ditebang.
Cerita yang meluncur dari bibir Laras, menurut saya sangat masuk akal. Kisah ini ia tuturkan ketika kami baru saja selesai mengunjungi Bunker buatan Belanda yang ada di Balai Kota Solo.
Bunker Balai Kota Solo yang merupakan peninggalan Belanda. |
Apa ceritanya? Ya, pohon beringin yang begitu besar dilarang ditebang karena pohon itu sebenarnya menyimpan air yang sangat banyak. Bahkan ada kemungkinan di bagian bawah pohonnya terdapat kedung atau mata air.
bayangkan apa jadinya jika pohon yang menyimpan sumber mata air itu ditebang? Pertama, masyarakat sekitar bisa kekurangan sumber mata air, dan siapa yang bisa menjamin bahwa kedung di bagian bawah pohon itu nantinya tidak memancarkan air. Kalau terus-menerus, bisa menyebabkan banjir. Nah, ketakutan akan berkurangnya persediaan air, membuat masyarakat zaman dulu membuat mitos bahwa pohon-pohon besar, termasuk beringin dihuni oleh mahluk gaib sehingga orang-orang tidak sembarangan menebang pohon.
3. Jalur Kereta Api Melintas di Tengah Jalanan Kota? Memang Boleh?
Kereta memang harus punya jalurnya sendiri. Pasalnya, kecepatannya yang lebih cepat dibandingkan kendaraan seperti mobil atau motor, juga tidak bisa mengerem setiap saat, membuat moda transportasi ini harus dibuatkan jalur khusus. Suaranya yang keras dan ada gesekan antar logam, membuat kereta menghasilkan polusi suara yang cukup mengganggu telinga.
Lain halnya dengan masyarakat Kota Solo yang justru bangga dengan kehadiran Jaladara yang melintas di salah satu ruas jalan utama Kota Solo. Suara peluitnya yang nyelekit cukup memekakkan telinga. Kereta Uap Jaladara atau lebih dikenal dengan Sepur Kluthuk Jaladara, adalah kereta wisata yang penggeraknya adalah lokomotif uap tua buatan Jerman bernomor seri C 1218. Kereta ini berjalan di lintasan rel yang tepat bersisian dengan jalan raya utama di pusat Kota Solo, yaitu Jalan Slamet Riyadi. Sepur Kluthuk Jaladara sudah mulai beroperasi pada tanggal 27 September 2009.
Setiap kali kereta uap ini lewat, masyarakat Solo tampak antusias untuk menyambutnya karena selain unik, ini merupakan satu-satunya kereta uap yang melintasi jalan raya. Untuk bisa menaiki kereta uap ini, rombongan dikenakan biaya sebesar rp. 3.500.000'-. Di dalam kereta kita bisa menikmati suguhan alunan tembang-tembang Jawa. Kemarin saat saya menjajal kereta itu, juga bisa mecicipi jamu dan makan surabi.
4. Dilarang Bepergian Saat Tanggal 1 Sura.
Repot ya, kalau percaya mitos ini. Bikin para wisatawan dan pejalan yang punya waktu liburannya bertepatan dengan hari libur nasional pada tanggal satu sura nggak bisa kemana-mana. Sebenarnya kenapa sih?
Tanggal 1 Sura itu bertepatan dengan Tahun Baru Islam. Hari tersebut dikeramatkan oleh masyarakat Jawa. Pada hari itu banyak sekali ritual yang digelar, misalnya saja ritual cuci keris, dan hal-hal mistis lainnya. Orang Jawa dulu percaya bahwa pada tanggal 1 Sura banyak makhluk halus yang berkeliaran, sehingga orangtua melarang anak-anaknya keluar rumah sebab takut diganggu oleh makhluk halus.
Anehnya, mitos itu justru terpatahkan karena di Solo sendiri menjelang perayaan satu suro justru banyak wisatawan yang datang berkunjung untuk menyaksikan berbagai ritual budaya yang ada. Misalnya ritual Jamas dan Kirab Pusaka Kraton. Biasanya selain tertarik untuk berebut Gunungan yang berisi makanan dan hasil bumi juga ingin menyaksikan beberapa ekor kerbau bule yang di juluki Kebo Kyai Slamet yang ikut dalam kirab tersebut.
5. Mitos Orang Jawa Suka Menyembah Keris.
Beruntung sekali saya bisa berkunjung ke Museum Keris yang ada di Jalan Bhayangkara Sriwedari, Solo. Lebih beruntung lagi karena museum yang diresmikan oleh Presiden Joko Widodo pada Agustus 2017 ini mempunyai seorang pemandu museum yang berwawasan luas serta punya passion terhadap sejarah.
Museum yang saat ini memiliki total 1.211 buah koleksi senjata tradisional khususnya keris dari berbagai wilayah di Nusantara ini mempunyai empat lantai dan satu buah basement. Sudah dilengakapi dengan lift yang memudahkan pengunjung berpindah dari satu lantai ke lantai yang lain. Di museum ini kita dapat melihat berbagai koleksi senjata, khususnya keris, lengkap dengan diorama proses pembuatannya, serta video visual mengenai sejarah keris di Indonesia.
Ada satu mitos yang berhasil saya patahkan saat mendengar penjelasan dari pemandu museumnya. Banyak orang menyangka ketika orang Jawa membuka kantung kerisnya, kemudian menjauhkan keris itu, seolah seperti sedang memberi penghormatan sebagai ritual penyembahan. Orang-orang menganggap ritual itu bertentangan dengan agama Islam karena seolah mendewakan benda mati.
Dari pemandu di museum, saya justru mendapatkan penjelasan yang masuk akal tentang mengapa orang yang membuka keris harus melakukan hal tersebut. Jadi, dalam proses akhir pembuatan keris, ada yang namanya warangan, yaitu proses melapisi keris dengan zat warang, yang sebenarnya adalah zat arsenik. Zat tersebut sangat beracun, untuk itulah ketika membuka keris pertama kali harus sedikit dijauhkan dari wajah agar udara yang mengandung arsenik tidak terhirup oleh yang membuka. Jadi, itu bukan dalam rangka menyembah tapi justru untuk keamanan pengguna keris itu sendiri.
Nah, itu tadi lima mitos yang berhasil saya patahkan dalam kunjungan familirization trip bersama media se-Asia Tenggara di Bulan April lalu. Rasanya masih belum puas untuk menjelajahi berbagai tempat di Solo yang menyimpan kisah-kisah budaya. Masih banyak daftar tempat yang harus saya kunjungi di Surakarta. Ada Lokananta, Istana Mangkunegaran, dan menonton ulang pertunjukan wayang orang di Taman Sriwedari.
Baca juga cerita mencicipi kuliner khas Solo di salah satu hotel bintang tiga di Solo, di sini.
Transportasi Ke Solo Semakin Beragam.
Kota yang hanya memiliki luas 44 km2 ini sangat sarat akan unsur budayanya. Destinasi wisata budaya di kota ini rasanya tidak akan habis ditelusurit dalam waktu satu hari saja. Kalau punya waktu luang, berkunjunglah ke sini. Selain dengan moda transportasi darat dari kota-kota terdekat seperti Jogja dan Solo, bisa juga menggunakan kereta api.
Dari Semarang, transportasi yang cukup familiar dan praktis adalah kendaraan pribadi atau travel. Namun kalau sedang santai, bisa juga menjajal naik kereta api. Sementara dari kota-kota besar lainnya, Solo juga memiliki bandara udara, yaitu Adi Sumarmo yang terletak di luar batas Kota Surakarta, yaitu di perbatasan Kabupaten Karanganyar dan Boyolali. Tersedia cukup banyak alternatif pilihan rute dengan harga tiket pesawat yang beragam.
Jika kamu pengguna Citilink, penawaran harga yang diberikan untuk rute Jakarta-Solo mulai dari Rp. 265.000,-. Saat ini, Citilink juga kembali membuka rute baru, yaitu tujuan Semarang-Surabaya-Semarang. Rute itu akan mulai dijalankan pada tanggal 15 Mei 2018. Dengan ada rute-rute baru seperti ini diharapkan koneksi antara satu kota dengan kota lainnya semakin mudah. Wisatawan asal Surabaya yang ingin main ke Solo, bisa datang terlebih dahulu ke Kota Semarang, kemudian melanjutkan perjalanan darat dengan travel Ke Solo.
Dengan dibuka rute-rute baru seperti ini diharapkan kunjungan wisata di kota yang saling terhubung semakin meningkat. Jika sebelumnya sudah ada Joglosemar, yang merupakan kepanjangan dari Jogja_Solo-Semarang, maka dibuka rute baru ini diharapkan bisa membentuk jalinan antara satu kota dengan kota lain dalam hal destinasi wisata.
Makasih infonya, Nia. Terutama soal pohon beringin sangat menarik. Sebentuk konservasi alam yang unik. Jadi pengin minum jamu nih karna pas lagi meriang. Aku dah lama ga ke Solo padahal bmyk kerabat di sana.
ReplyDelete