Pengasuhan Anak
Practical Life Skills Untuk Anak Usia SD
Apa sih, Practical Life Skills itu?
Keterampilan Dasar Apa Saja Yang Harus Dikuasai Anak SD?
Tugas setiap orangtua, yang terkadang tidak disadari, adalah mempersiapkan anak berpisah dari kita. Semakin besar usia anak-anak, semakin banyak keterampilan yang semestinya bisa mereka kuasai. Namun, tanpa sadar kita seringkali mengambil alih tugas mereka untuk mempelajari keterampilan-keterampilan tersebut. Sebut saja, keterampilan untuk menyiapkan makanan yang harus mereka konsumsi, baju yang akan mereka pakai, sampai kadang kita juga mengambil alih tanggung jawab mereka untuk belajar 'bersekolah'.
Coba saja diingat-ingat, berapa banyak orangtua yang jadi ikutan 'bersekolah lagi' lantaran anaknya sekarang sudah masuk ke sekolah dasar? Berbeda dengan beberapa dekade lalu, orangtua masa kini ikut bersekolah dengan anak-anaknya melalui grup-grup WA. Grup WA menjadi 'asisten' bagi orangtua untuk memantau anak-anaknya selama di sekolah. Ketika anak seharusnya belajar untuk mengingat dan melakukan tanggung jawab mereka untuk mengerjakan tugas sekolah atau peer, kini tanggung jawab dan perhatian mereka bisa sedikit dikendurkan karena guru biasanya akan mengingatkan orangtua murid melalui pesan di grup WA.
"Bunda-Bunda, jangan lupa hari ini anak-anak sudah dibagikan lembaran soal yang harus dikerjakan untuk latihan di rumah..." begitu salah satu contohnya.
Kondisi tersebut, alih-alih melatih anak-anak belajar untuk bertanggungjawab dengan perannya sebagai murid, justru mereduksi kemandirian mereka. Hal seperti itu, tidak terjadi pada kita di masa lalu. Namun, anehnya meski dulu kita tidak mengalami hal tersebut, tetapi kita ingin kondisi yang sepenuhnya 'terkontrol, aman, dan nyaman' ketika melepas anak-anak ke sekolah. Sebagai orangtua, kita tidak bisa melepaskan tekanan sosial untuk sama-sama bergabung di Grup WA. Jadi silent reader saja sudah dianggap nggak care dengan kehidupan bersekolah anaknya.
Padahal, benarkah yang namanya peduli terhadap anak itu berarti selalu mengambil alih tugasnya untuk belajar menghadapi masalah-masalah di masanya, termasuk masalah-masalah kecil yang muncul di sekolah?
Memang kondisi zaman tidak bisa disamakan begitu saja, tetapi pasti ada kompensasi yang diperoleh dari hilangnya kebiasaan-kebiasaan tertentu yang sebenarnya baik.
Mungkin di masa sekarang, anak-anak sedikit susah belajar untuk menangani stress mereka sendiri karena selalu dibantu. Atau mereka enggan menyelesaikan suatu masalah karena terbiasa disodori solusi.
Practical life skills atau keterampilan hidup yang sifatnya praktis juga menjadi salah satu bekal bagi anak-anak kita untuk bisa bertahan hidup di era sekarang ini.
Sebelum jauh-jauh membicarakan tentang keterampilan apa saja yang mestinya sudah harus dikuasai oleh anak-anak kita yang berusia SD, mari kita jalan-jalan dulu ke Jepang.
Kenapa Jepang? Karena negara ini lekat sekali branding-nya dengan kemandirian. Anak-anak usia dua tahun di sana, diharapkan sudah bisa makan tanpa disuapi. Di usia tiga sampai empat tahun, anak-anak di sana diharapkan sudah bisa merapikan barang-barang pribadinya sendiri, sudah tahu caranya mandi yang bersih dan benar, dan kalau di sekolah mereka dibiasakan untuk menata sendiri barang-barang bawaannya.
Di Indonesia, apa yang dilakukan orangtua saat anaknya akan pergi ke sekolah? Anak sekolah, artinya rutinitas pakpikpuk menyiapkan semua keperluan sekolah mereka. Apakah kita merasa hal tersebut sesuatu yang salah? Tidak. Bagi kita, yang aneh itu justru ketika menonton anime atau film dokumenter Jepang yang menggambarkan anak usia empat tahun sudah tahu benda-benda apa saja yang harus ia masukkan ke dalam tas saat akan pergi piknik sekolah. Masa sih, umur segitu sudah bisa?
Jadi standar untuk menentukan Practical Life Skills apa yang harusnya sudah dikuasai anak usia SD tentu akan berbeda nilainya dari satu rumah, ke rumah yang lain. Dari satu pola asuh ke pola asuh yang lain.
Tapi pasti ada standarnya, dong?
Kalau melihat daftar tersebut, kira-kira sudah berapa keterampilan dasar atau practical life skills yang sudah dikuasai anak-anak kita yang saat ini berada di bangku sekolah dasar?
Berkaca dengan iklim pendidikan kita saat ini yang lebih banyak menitikberatkan pada IQ saja ketimbang AQ. Padahal AQ atau Adversity Quotient adalah suatu bentuk kecerdasan yang akan membantu seseorang dapat menghadapi kesulitan-kesulitan dalam hidup. Baca lebih jauh tentang AQ di sini.
Pernah bertemu orang yang sulit mengambil keputusan sederhana bahkan untuk hal teremeh dalam hidupnya semacam menentukan rute sebuah perjalanan ketika ia akan pergi ke suatu tempat atau ketika memutuskan akan makan apa pada hari ini?
Ketika anak-anak tidak pernah dihadapkan pada masalah, atau orangtua selalu mengambil alih dengan segera menyuapi solusi maka anak-anak akan tumbuh sebagai orang yang menunggu solusi, bukan pencari atau pelaku solusi.
Menurut Paul G. Stoltz,
AQ adalah kecerdasan menghadapi kesulitan atau hambatan dan kemampuan bertahan dalam berbagai kesulitan hidup dan tantangan yang dialami.
Bagaimana cara kita mengajari anak-anak agar memiliki skor AQ yang baik? Sesekali biarkan mereka merasakan lapar ketika jam makan dan di meja makan hanya tersedia nasi. Sesekali biarkan mereka tahu bagaimana cara mengatasi luka akibat teriris pisau saat sedang mengupas buah. Sesekali biarkan mereka menyadari bahwa sebuah barang yang hilang mungkin tidak akan diganti oleh orangtuanya, biarkan mereka tahu harga dan nilai sebuah barang yang mereka miliki. Atau biarkan mereka memahami bahwa sekolah adalah investasi waktu sekaligus uang. Biarkan mereka terlambat datang ke sekolah agar belajar konsekuensi. Biarkan meraka merasakan sakit hari ini, daripada selalu merasa nyaman hari ini, dan berpikir hidup selalu sesuai prediksi.
Tulisan tentang itu, bisa juga dibaca di sini, ya.
wah asyik nih, daftar ketrampilannya lumayan longgar ya dibanding anak-anak jepang seperti yang disebutkan sebelumnya hihihi...
ReplyDeleteAlhamdulillah, anak2 sudah menguasai di tiap kategori usianya.
setuju banget sama AQ :)
Yeayy...ikut senang dengernya Mba
DeleteMakasih mbak nia..aku selalu belajar kalai di blog ini... Sama halnya ketika sampai saat ini aku masih kekeuh untuk tidak menyuapi intan saat makan.alasanku ya biar dia belajar mandirk sih tapi ternyata ada yg menilai saya kurang peduli dengan anak.xixixii
ReplyDelete