Budaya
Kisah Perjalanan
Kuliner
Kota Lama Semarang : Tur Gedung Perbankan #1 & Mencicipi Kopi Di Hero Coffee
Bangunan di Kota Lama Semarang bukan hanya Gedung Nederlandsch Indische Leven Sverzeking De Lifrente Maatschaapij (NILLMI) atau yang lebih familiar sebagai Kantor Asuransi Jiwasraya, juga bukan cuma Gereja GPIB Imanuel atau Gereja Blenduk saja yang paling sering menjadi landmark bagi kawasan Kota Lama. Ada 105 bangunan cagar budaya di kawasan Kota Lama Semarang yang saat ini, satu persatu, mulai membenahi diri dan beralih fungsi dari bangunan mangkrak menjadi kafe, restauran, atau gedung perkantoran.
Mungkin saja pembenahan yang saat ini sedang dilakoni bakal mengulang kembali kejayaan Kawasan Kota Lama Semarang yang pada abad ke-19 merupakan pusat perdagangan di pesisir utara Jawa Tengah.
Di tahun 2018 ini, Kota Lama Semarang juga mendapatkan perhatian khusus dari UNESCO. Pasalnya, kawasan ini digadang-gadang akan menjadi salah satu situs UNESCO World Heritage 2020, sebuah program yang dibentuk berdasarkan perjanjian internasional tentang perlindungan terhadap budaya dunia dan warisan alam yang diadopsi UNESCO pada tahun 1972.
UNESCO World Heritage merupakan program PBB untuk melestarikan dan menjaga situs warisan budaya dan alam yang ada di dunia. Menurut PBB, di manapun situs warisan budaya dan alam tersebut berada menjadi milik masyarakat dunia, sehingga semua memiliki kewajiban untuk melindungi dan menjaganya.
Beberapa bulan sebelumnya, tim peneliti UNESCO berkunjung ke Kota Lama untuk mengadakan workshop terkait kondisi pembangunan Kota Lama, terutama soal ketahanan terhadap bencana, drainase dan instalasi listrik. Jadi kalau saat ini berjalan-jalan ke Kota Lama dan mendapati banyaknya galian dan pekerjaan yang melibatkan alat berat, harap bersabar, ya. Ini merupakan salah satu proses agar Kota Lama bisa masuk ke dalam UNESCO World Heritage 2020. Mau kan, saat mengambil foto bangunan-bangunan tua nan megah di kawasan tersebut, dan tidak terganggu oleh kabel listrik.
Beberapa bulan belakangan ini, proses restorasi beberapa bangunan tengah berlangsung, bahkan ada yang sudah rampung dan sudah bisa dikunjungi. Beberapa waktu lalu, dalam rangka walking tour yang diadakan oleh Duta Kola (Pemandu Wisata Kota Lama) dan komunitas blogger, saya berkesempatan untuk memasuki sebuah bangunan yang dikenal dengan sebutan Mandiri Gelatik karena lokasinya yang berada di Jalan Gelatik, dan ke depannya akan digunakan sebagai kantor Bank Mandiri.
Kami memulai walking tour dengan berkumpul di Taman Srigunting. Sambil mendengarkan kisah-kisah yang dituturkan oleh pemandu tentang sejarah taman tersebut, juga bangunan di depannya yang cukup terkenal, yaitu Marba.
Rombongan walking tour kemudian menyeberang menuju ke bangunan Mandiri Gelatik, yang bagian luarnya tidak lagi menampakkan kesan kumuh dan mangkrak. Bentuk bangunan dan arsitekturnya tentu saja masih dipertahankan, namun dindingnya sudah dicat ulang, begitupun dengan kusen-kusen pintu, jendela, juga pagar balkonnya. Semua tampak baru dan bersih.
Masuk ke bagian dalam, kami disambut oleh staf dari Bank Mandiri yang memberikan penjelasan tentang proses restorasi bangunan tersebut, juga tentang fungsi ruang-ruangan yang baru. Memasuki bagian dalam bangunan tersebut, rasanya sama seperti ketika memasuki gedung bekas pengadilan, Landraad, milik pemerintah kolonial yang saat ini menjadi Rumah Makan Ikan Bakar Cianjur, tidak ada lagi kesan angker maupun tragis seperti saat terpidana didakwa nasibnya masuk bui. Kesan lapang, luas, dan bersih bahkan cenderung formal sangat terasa ketika masuk ke bagian dalam gedung yang memang diperuntukkan sebagai kantor.
Ruangan demi ruangan ditata dan direstorasi sedemikian apik tanpa mengubah bentuk aslinya. Sentuhan klasik dari tegel vintage berpadu dengan beberapa unsur modern yang melebur dalam desain interior klasik minimalis.
Selesai berkeliling di bagian dalam bangunan Bank Mandiri Gelatik, kami berjalan menuju Hero Coffee, sebuah kafe asal Jogja yang memutuskan untuk membuka gerainya di salah satu bangunan tua di Kota Lama yang dahulu merupakan kantor dagang milik dari Oei Tiong Ham. Pada masa kejayaannya, Oei Tiong Ham adalah milyarder Asia Tenggara yang kerajaan bisnisnya tersebar hingga di beberapa negara Asia dan Eropa. Bangunan Hero Coffee, dulunya merupakan kantor perdagangan untuk para broker kopi, gula, dan hasil bumi lainnya.
Sama seperti bangunan cagar budaya lainnya, Hero Coffee juga masih mempertahankan bentuk asli dari bangunan yang ada. Penambahan unsur-unsur interior dan tanaman hias yang tidak merusak bangunan aslinya, dipilih Akhmad selaku desain interior dan pemilik kafe agar tercipta suasana nyaman bagi pegunjung. Ikon interior yang paling terlihat adalah pintu-pintu besar dengan bukaan berkaca patri.
Mungkin saja pembenahan yang saat ini sedang dilakoni bakal mengulang kembali kejayaan Kawasan Kota Lama Semarang yang pada abad ke-19 merupakan pusat perdagangan di pesisir utara Jawa Tengah.
Di tahun 2018 ini, Kota Lama Semarang juga mendapatkan perhatian khusus dari UNESCO. Pasalnya, kawasan ini digadang-gadang akan menjadi salah satu situs UNESCO World Heritage 2020, sebuah program yang dibentuk berdasarkan perjanjian internasional tentang perlindungan terhadap budaya dunia dan warisan alam yang diadopsi UNESCO pada tahun 1972.
UNESCO World Heritage merupakan program PBB untuk melestarikan dan menjaga situs warisan budaya dan alam yang ada di dunia. Menurut PBB, di manapun situs warisan budaya dan alam tersebut berada menjadi milik masyarakat dunia, sehingga semua memiliki kewajiban untuk melindungi dan menjaganya.
Salah satu gedung yang sudah direstorasi dan saat ini digunakan sebagai kafe. Sayang ya, masih ada kabel yang terbentang menghalangi pemandangan. |
Gedung Spiegel di masa lalu. |
Beberapa bulan sebelumnya, tim peneliti UNESCO berkunjung ke Kota Lama untuk mengadakan workshop terkait kondisi pembangunan Kota Lama, terutama soal ketahanan terhadap bencana, drainase dan instalasi listrik. Jadi kalau saat ini berjalan-jalan ke Kota Lama dan mendapati banyaknya galian dan pekerjaan yang melibatkan alat berat, harap bersabar, ya. Ini merupakan salah satu proses agar Kota Lama bisa masuk ke dalam UNESCO World Heritage 2020. Mau kan, saat mengambil foto bangunan-bangunan tua nan megah di kawasan tersebut, dan tidak terganggu oleh kabel listrik.
Beberapa bulan belakangan ini, proses restorasi beberapa bangunan tengah berlangsung, bahkan ada yang sudah rampung dan sudah bisa dikunjungi. Beberapa waktu lalu, dalam rangka walking tour yang diadakan oleh Duta Kola (Pemandu Wisata Kota Lama) dan komunitas blogger, saya berkesempatan untuk memasuki sebuah bangunan yang dikenal dengan sebutan Mandiri Gelatik karena lokasinya yang berada di Jalan Gelatik, dan ke depannya akan digunakan sebagai kantor Bank Mandiri.
Kami memulai walking tour dengan berkumpul di Taman Srigunting. Sambil mendengarkan kisah-kisah yang dituturkan oleh pemandu tentang sejarah taman tersebut, juga bangunan di depannya yang cukup terkenal, yaitu Marba.
Blogger dan Duta Kola Berkumpul di Taman Srigunting |
Rombongan walking tour kemudian menyeberang menuju ke bangunan Mandiri Gelatik, yang bagian luarnya tidak lagi menampakkan kesan kumuh dan mangkrak. Bentuk bangunan dan arsitekturnya tentu saja masih dipertahankan, namun dindingnya sudah dicat ulang, begitupun dengan kusen-kusen pintu, jendela, juga pagar balkonnya. Semua tampak baru dan bersih.
Before-After Mandiri Gelatik |
Proses Pembangunan Gedung Heritage Semarang Gelatik |
Masuk ke bagian dalam, kami disambut oleh staf dari Bank Mandiri yang memberikan penjelasan tentang proses restorasi bangunan tersebut, juga tentang fungsi ruang-ruangan yang baru. Memasuki bagian dalam bangunan tersebut, rasanya sama seperti ketika memasuki gedung bekas pengadilan, Landraad, milik pemerintah kolonial yang saat ini menjadi Rumah Makan Ikan Bakar Cianjur, tidak ada lagi kesan angker maupun tragis seperti saat terpidana didakwa nasibnya masuk bui. Kesan lapang, luas, dan bersih bahkan cenderung formal sangat terasa ketika masuk ke bagian dalam gedung yang memang diperuntukkan sebagai kantor.
Ruangan demi ruangan ditata dan direstorasi sedemikian apik tanpa mengubah bentuk aslinya. Sentuhan klasik dari tegel vintage berpadu dengan beberapa unsur modern yang melebur dalam desain interior klasik minimalis.
Selesai berkeliling di bagian dalam bangunan Bank Mandiri Gelatik, kami berjalan menuju Hero Coffee, sebuah kafe asal Jogja yang memutuskan untuk membuka gerainya di salah satu bangunan tua di Kota Lama yang dahulu merupakan kantor dagang milik dari Oei Tiong Ham. Pada masa kejayaannya, Oei Tiong Ham adalah milyarder Asia Tenggara yang kerajaan bisnisnya tersebar hingga di beberapa negara Asia dan Eropa. Bangunan Hero Coffee, dulunya merupakan kantor perdagangan untuk para broker kopi, gula, dan hasil bumi lainnya.
Sama seperti bangunan cagar budaya lainnya, Hero Coffee juga masih mempertahankan bentuk asli dari bangunan yang ada. Penambahan unsur-unsur interior dan tanaman hias yang tidak merusak bangunan aslinya, dipilih Akhmad selaku desain interior dan pemilik kafe agar tercipta suasana nyaman bagi pegunjung. Ikon interior yang paling terlihat adalah pintu-pintu besar dengan bukaan berkaca patri.
Di Hero Coffee, kami mencicipi aneka kopi dan minuman yang menjadi salah satu daya tarik kafe ini. Sementara, untuk menu makanan kami masih melakukan pengembangan, ungkap Bintang, selaku manajer kafe tersebut. Kopi yang disajikan di Hero Coffee diambil dari berbagai petani lokal di Indonesia. Ini menjadi salah satu konsep yang menjadi ruh kafe ini, pemberdayaan terhadap petani lokal, juga lingkungan sekitarnya.
Kafe yang baru buka pada bulan Desember 2017 tersebut, sudah menarik cukup banyak pengunjung. Salah satunya lantaran tempatnya yang cukup strategis, yaitu tidak jauh dari ruas Jalan Hoogenorpstraat atau Kepodang, di sana sudah ada satu bangunan lagi yang juga cukup menarik perhatian masyarakat yang berjalan-jalan ke sana, yaitu bangunan Monod Diep Huis. Lokasi Monod tidak jauh dari dinding akar, sebuah spot yang sering dijadikan tempat selfie atau berfoto para pengunjung Kota Lama.
Dengan semakin banyaknya pilihan lokasi untuk dikunjungi di Kota lama, diharapkan kawasan ini dapat kembali hidup. Untuk itu pula pemerintah semakin giat untuk membangun kawasan ini. Tidak tanggung-tanggung, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) mengucurkan dana hingga Rp 156 miliar untuk membangun kawasan ini.
Ketua Badan Pengelola Kawasan Kota Lama (BPK2L) Semarang, Hevearita Gunaryanti Rahayu menyatakan, bahwa penyusunan dokumen dosier juga sedang disusun, termasuk arsip-arsip tentang kelengkapan data kawasan ini yang ada di Belanda dan Perancis. Mari kita doakan agar penyusunan dosier dan pembangunan kawasan ini berjalan lancar, dan Kota Lama Semarang dapat masuk menjadi tetantive list UNESCO.
Dengan semakin banyaknya pilihan lokasi untuk dikunjungi di Kota lama, diharapkan kawasan ini dapat kembali hidup. Untuk itu pula pemerintah semakin giat untuk membangun kawasan ini. Tidak tanggung-tanggung, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) mengucurkan dana hingga Rp 156 miliar untuk membangun kawasan ini.
Ketua Badan Pengelola Kawasan Kota Lama (BPK2L) Semarang, Hevearita Gunaryanti Rahayu menyatakan, bahwa penyusunan dokumen dosier juga sedang disusun, termasuk arsip-arsip tentang kelengkapan data kawasan ini yang ada di Belanda dan Perancis. Mari kita doakan agar penyusunan dosier dan pembangunan kawasan ini berjalan lancar, dan Kota Lama Semarang dapat masuk menjadi tetantive list UNESCO.
semarang, saya belum pernah ke sana tapi sering dengar namanya, hehe. Thanks postingannya. Ditunggu kunbal-nya ya bro !!
ReplyDeleteWooww, cantik banget tempatnya. Pernah ke sana tapi kayanya gak masuk deh numpang lewat doang. Nti kalo ke semarang lagi mau bgt ke sana.
ReplyDeleteWiiih aku jadi kangen semarang mbak. Dulu sering beraktivitas di kota lama, tapi aku belum pernah masuk dan mengunjungi satu per satu bangunannya. Sekarang jadi lebih ciamik ya, apalagi trotoar yang ramah dengan pejalan kaki. Senang!
ReplyDelete