Kisah Perjalanan
Kuliner
Lunpia Cik Me Me : Ikon Kuliner Kota Semarang
Sebagai salah satu destinasi wisata kuliner di Jawa Tengah, Semarang merupakan kota yang keanekaragaman kulinernya nggak cukup dieksplorasi dalam waktu satu hari. Setidaknya perlu waktu seminggu kalau mau khatam mencicipi aneka kelezatan kuliner di kota yang identik dengan sebutan 'Kota Lunpia' ini.
Bicara soal lunpia, para traveler atau food enthusiast yang datang ke kota ini nggak boleh melewatkan makanan khas Semarang ini.
"Meski kadang, nggak semua orang suka karena lunpia yang berisi rebung punya aroma khas 'pesing', tapi saya tetap penasaran sama lunpia ini," ujar travel blogger asal Jakarta yang berkunjung ke Semarang beberapa waktu lalu. "Dan ternyata, lunpia yang saya cicipi ini, langsung mengubah anggapan saya." pungkasnya lagi dengan rona wajah gembira.
Teman saya ini memang mencicipi lunpia yang tepat. Ya, Lunpia Delight atau yang saat ini mulai disosiliasikan dengan nama yang lebih Indonesia, yaitu Lunpia Cik Me Me memang salah satu ikon kuliner kota Semarang yang 'paling pas, kekinian, dan halal' untuk dikonsumsi.
Kalau biasanya penikmat kuliner dari luar kota sering bingung; yang mana sih, lunpia yang halal dan bisa jadi buah tangan? Maka jawabannya, Lunpia Cik Me Me. "Alasannya apa, " tanya teman saya itu? "Kan banyak gerai lunpia lainnya?"
Cik Me Me sebagai anak dari Tan Yok Tjay, seorang maestro kuliner yang menggeluti makanan khas Semarang yang merupakan keturunan generasi kedua dari Lunpia Mataram dan generasi keempat Lunpia Semarang, mengungkapkan bahwa dirinya memberikan perhatian yang serius terhadap kehalalan camilan khas ini.
"Dulunya, lunpia memang terkenal dengan isian cincangan daging babi. Karena sejarahnya itu, kami pun berusaha menjangkau semua kalangan dengan mengubah resepnya. Kami juga mendaftarkan sertifikasi halal MUI agar konsumen merasa tenang. Jadi, ikon kuliner ini nyaman menjangkau semua kalangan pecinta kuliner." ujar putri bungsu Tan Yok Tjay yang sudah berpengalaman mengolah lunpia sejak remaja.
Variasi dan inovasi adalah kunci sebuah produk mampu bersaing, berkembang, dan bertahan di pasaran. Kota Semarang memiliki market yang unik, banyak yang suka hal baru karena mudah bosan, dan suka kejutan.
Kalau kebetulan mampir ke gerai Lunpia Cik Me Me di Jalan Gajahmada 107 sebelah Istana Buah, kalian akan mendapati bahwa Lunpia Cik Me Me sangat mengakomodir kebutuhan anak muda dan pengunjung luar kota dalam hal rasa dan suasana tempat makannya.
Ada 6 sajian menu istimewa, mulai dari Lunpia Raja Nusantara yang berisi jamur dan kacang mede. Lunpia KaJaMu yang berisi cincangan daging kambing muda. Lunpia Fish Kakap yang kerasa banget rasa ikannya. Lunpia Crab yang unik dan nggak terlupakan rasanya, sampai Lunpia Original, dan Lunpia Plain yang bisa dikonsumsi vegetarian.
Soal tempatnya, gerai yang ada di jalanan utama Kota Semarang ini sangat nyaman, baik bagi pengunjung dalam kota maupun luar kota. Ada playground, area makan yang terang dan luas, musholla, kamar mandi, sampai ruang meeting berkapasitas 25 orang yang bisa dimanfaatkan saat ada acara-acara khusus. Cukup dengan 50k/pax, sudah bisa mendapatkan lunpia, aneka camilan dan minuman.
Lunpia Cik Me Me, Isiannya Bebas Pesing.
Salah satu keengganan beberapa orang terhadap camilan ini adalah karena baunya yang bikin ilfeel. Nyatanya kalau mencicipi Lunpia Cik Me Me, kalian justru akan bertanya-tanya apakah isiannya memang rebung atau bukan.
Cik Me Me, rupanya begitu telaten mengolah resep turun temurunnya hingga bisa menghasilkan rasa lunpia yang manisnya pas, kering, dan padat. "Kuncinya ada pada pemilihan rebung," ujar Cik Me Me yang setiap pagi masih turun tangan untuk menjaga kualitas rasa olahan lunpianya. "Rebung dari daerah tertentu punya karakter yang khas, takaran resep dan bumbunya pun beda. Selain itu, kami ngga membuang 'kaldu' dari rebung itu sendiri. Semua dimasak selama tiga jam hingga menghasilkan tekstur seperti sekarang."
Ketelatenan dalam mengolah isian lunpia itulah yang menjadikan Lunpia Cik Me Me bebas aroma pesing.
Ketika Lunpia Delight menginjak ulang tahun pertama pada 20 Februari 2015, Bapak Drs. Adi Trihananto, MSi selaku Setda Kota Semarang menyarankan agar jajanan kuliner tradisional menggunakan nama Indonesia agar identitas citra budaya Nusantara tidak lepas begitu saja. Cik Me Me pun menanggapi saran itu dengan baik dan mulai melakukan rebranding, yaitu dengan mengubah Lunpia Deligt menjadi Lunpia Cik Me Me.
Perubahan tersebut mulai terlihat dari penggunaan logo baru menjadi Lunpia Cik Me Me. Jadi jangan salah ya, Lunpia Cik Me Me itu yaa sebenernya Lunpia Delight juga.
Nah, sebagai buah tangan yang Semarang banget, kalian tentu mesti tahu kenapa penyajiannya selalu dengan daun bawang merah atau daun brambang? Itu karena sebagai buah tangan, daun brambang berkhasiat menghilangkan masuk angin. Jadi buat yang memakannya dalam perjalanan, camilan ini juga berkhasiat.
"Berapa lama ketahanan lunpia ini kalau dibawa keluar kota?" ujar teman saya yang setelah selesai makan tampaknya masih belum luas dan ingin membeli lunpia untuk oleh-oleh.
"Yang basah tahan 8 jam tanpa kulkas, yang kering tahan sampai 24 jam." jawab saya sambil menutup obrolan soal ikon kuliner Semarang ini.
Aku juga selalu rekomendasiin lunpia cik meme kalo ada temen atau tamu yang main ke semarang dan pengen beli lunpia buat oleh-oleh...
ReplyDeleteKehalalan ini yang jadi poin kalau mau makan lunpia, ada lunpia yang tersohor banget kan ya tapi karena kabarnya gk halal, aku pun gak berani makan
ReplyDeleteAku sukanya raja nusantara 😊
ReplyDelete