Digitalk
Keseharian
Tips Berinternet Sehat Dari Orang Yang Tidak Bersosmed.
Kalau ngobrol sama teman yang sama sekali nggak menggunakan medsos, (Wow! Ada ya, yang hari gini nggak pakai medsos) saya sering dikomentari kurang kerjaan kalau pas update status, posting konten gambar di Instagram sampai mikirin caption yang berfaedah plus feeds yang cantik.
"Buat apa sih? Segitunya banget, emang bermanfaat ya?"
Kalau ketemu sama yang awam gini, saya nggak pernah bete kalau ditanya begitu, dan kadang kalau dia mau tahu, saya bakal menjelaskan kenapa dan buat apa saya menggunakan sosial media.
Tapi sebelumnya, saya sendiri yang duluan bertanya kenapa dia sama sekali ngga tertarik bersosial media.
Penasaran sama jawabannya?
Sebelumnya, saya bakal kasih clue tentang karakter teman saya ini. Atas seizin dia, saya boleh membagi sedikit sudut pandang baru tentang mengapa dia tidak bersosmed.
Typically, teman saya ini bukan orang yang gaptek lho. Dia melek sama gadget dan teknologi. Ponselnya malah update pisan dan kalau ngelirik apps yang ada di ponselnya suka sirik karena dia tukang ngulik apps unik berfaedah yang saya sendiri nggak bakal tahu ada di muka bumi ini kalau ngga dikasih tahu dia.
Misalnya nih, kalau habis baca buku oke, dia langsung bisa bikin infographic keren hanya dengan pake ponselnya, terus bikin grafis dari quotes bagus hasil baca buku dipadu hasil grafis gambaran tangannya yang udah di-scan lewat apps di hapenya.
Kalau pas mau presentasi sama klien, dia cuma bikin keynote pake pesan suara dan kadang ngerjainnya sambil makan siang, jalan-jalan, atau pas travelling. Misal dia teringat sesuatu, dia bakal ngomong sama apps di ponselnya dan taraaa, satu keyword bakal tercatat di situ.
Malemnya kalau udah di rumah, dia tinggal colokin ponsel ke laptopnya. Semua keywords tadi udah berubah jadi artikel berita atau tulisan yang related. Dia duduk membaca semua itu untuk bikin summary dan menuangkan ke presentasinya.
Malemnya kalau udah di rumah, dia tinggal colokin ponsel ke laptopnya. Semua keywords tadi udah berubah jadi artikel berita atau tulisan yang related. Dia duduk membaca semua itu untuk bikin summary dan menuangkan ke presentasinya.
Kadang kalau saya ngintip hasil infografis yang dia buat, saya suka nyeletuk mau bikinin dia Instagram, pasti berfaedah banget deh karyanya itu.
Tapi dia menggeleng nggak mau. Dengan agak sinis dia bilang,
"....enak banget yang ngga pernah baca buku dapet rangkuman dari gw. Kids zaman now are tukang copy paste dan kadang nggak bisa ngehargaian hak cipta orang. Aku bikin beginian, buat diriku sendiri, dan kata-kata yang aku pakai di infografis hasil pemikiran orang lain. I bought the books abroad, read them, and Instagram people just take it for the sake of caption. I hate it!"
Tapi dia menggeleng nggak mau. Dengan agak sinis dia bilang,
"....enak banget yang ngga pernah baca buku dapet rangkuman dari gw. Kids zaman now are tukang copy paste dan kadang nggak bisa ngehargaian hak cipta orang. Aku bikin beginian, buat diriku sendiri, dan kata-kata yang aku pakai di infografis hasil pemikiran orang lain. I bought the books abroad, read them, and Instagram people just take it for the sake of caption. I hate it!"
Kayak aku dong, balas saya merasa kesepet. Aku juga suka ambil kutipan dari buku buat bikin caption.
Dan dia bilang, dengan perkembangan teknologi saat ini makin banyak orang yang belum sadar etika kutip mengutip sesuatu, apalagi kalau akhirnya menjadikan kutipan yang dibuat jadi komersial.
"Itu yang jadi salah satu highlight buat aku kenapa malas bersosmed. Semua orang sepertinya jadi punya tuntutan untuk harus selalu komentar banyak hal, yang kadang mereka sendiri nggak tahu-tahu banget. Sosmed itu bikin makin banyak yang males baca buku, makin banyak yang suka hal yang instan, the world will slowly dying."
Nah, sampai sini dapat kan gambaran kenapa teman saya ini nggak suka bersosmed.
Jadi, orang yang bersosmed sebenernya ngga selalu gaptek. Justru kadang karena mereka paham behind the scene of technology, mereka memutuskan buat nggak terbawa arus utama.
Jadi, orang yang bersosmed sebenernya ngga selalu gaptek. Justru kadang karena mereka paham behind the scene of technology, mereka memutuskan buat nggak terbawa arus utama.
Kalau ngulik lagi tentang hal itu, saya juga bakal diceramahi tentang dampak negatif bersosial media. Saya sering ikut baca kajian psikologis yang sedang dia susun untuk bukunya, dan kadang jadi merasa ngeri sendiri juga sih.
Nah, karena Arisan Gandjel Rel periode 15 ini bertema tentang Internet Sehat, saya sengaja nodong teman saya ini untuk kasih tips supaya tetap sehat bersosmed.
Here we go:
Here we go:
- Internet itu sehat, kalau kadar asupannya dibatasi, seperti halnya lemak.
- Dan kamu nggak boleh pilih lemak yang jahat. Pilih lemak yang sehat mendukung growth-mu bukan yang bikin kamu jadi sakit.
- Internet itu sehat, kalau nggak bikin sakit (Dih, nyebelin yaa. Kayak Cak Lontong aja) banyak penyakit yang muncul dari internet dan sosmed. Sindrom FOMO atau fear of missing something adalah salah satunya. Ada juga penyakit membanding-bandingkan diri yang mencuri sedikit demi sedikit kemampuanmu buat bersyukur dan menaikkan standar kebahagiaan ke levelnya orang lain.
- Internet itu sehat kalau bermanfaat buat memperlancar aktivitas, bukan bikin kamu malas. Pilih aplikasi di ponsel yang bikin kamu pingin gerak, bukannya mager.
- Internet itu sehat kalau kamu nggak bergantung kepadanya. Bergantunglah kepada Sang Pencipta, bukan kuota.
- Internet itu sehat kalau kamu masih tertarik bertatap muka dan ngobrol langsung, bukannya chat virtual.
- Internet itu sehat, kalau kamu belajar untuk mencari tahu manfaat bukan mudharat.
Apalagi yaaa...kayaknya dari obrolan dua setengah jam, cuma itu yang bisa saya sarikan. Nah, kalau Internet sehat versi Mba Dedew Rieka sendiri selaku pengagas tema arisan blog ini apa yaa. Saya juga pingin tahu versi internet sehatnya Mba Prananingrum, nih. Kapan-kapan share yaa.
Betul banget hanya bergantung kepada Allah Subhanahu wataala saja, dan jangan kecanduan internet yang gak berfaedah 😊
ReplyDelete(((Internet itu sehat kalau bermanfaat buat memperlancar aktivitas, bukan bikin kamu malas. Pilih aplikasi di ponsel yang bikin kamu pingin gerak, bukannya mager. ))
ReplyDeleteaku kesindir wkwkw
Terkagum2 daku baca kecanggihan temanmu Nia, kereeen...
ReplyDelete