Kesehatan
Kunlaptik 2017 Kemenkes RI Bersama Blogger : Puskesmas Sidorejo Kidul & Duver Salatiga
Selasa (29/8) tepatnya sepekan yang lalu, saya bersama 49 blogger dari Jakarta dan Semarang berkesempatan untuk turut serta dalam rangkaian kegiatan Kunlaptik 2017 atau Kunjungan Lapangan Tematik bersama Kemenkes RI ke dua tempat di Salatiga.
Yang pertama adalah Puskesmas Sidorejo Kidul dan Duver, sebutan singkat untuk ke Dunia Vektor yang merupakan unit pelaksana teknis Balai Besar penelitian dan Pengembangan Vektor dan Reservoir Penyakit (B2P2VRP).
Yang pertama adalah Puskesmas Sidorejo Kidul dan Duver, sebutan singkat untuk ke Dunia Vektor yang merupakan unit pelaksana teknis Balai Besar penelitian dan Pengembangan Vektor dan Reservoir Penyakit (B2P2VRP).
Kunjungan ke Puskesmas Sidorejo Kidul kemarin memberikan sebuah pemahaman dan pengetahuan baru soal alur kerja dan aktivitas yang berlangsung di sebuah Puskesmas.
Selama ini tentu masih banyak dari kita yang merasa ragu-ragu untuk berobat ke Puskesmas karena beberapa alasan seperti; antrinya lama, birokrasinya susah harus fotokopi ini dan itu, sampai alasan bahwa pelayanan di Puskesmas kurang lengkap.
Anggapan tersebut langsung tertepis begitu melihat gedung Puskesmas yang sudah dibagi menjadi dua bagian. Satu bangunan khusus untuk menangani pasien non infeksius dengan beberapa aktivitas seperti konseling, konsultasi laktasi dan inisiasi menyusui dini, konsultasi untuk ibu hamil dan KB, konsultasi gizi, serta memeriksa balita.
Sementara itu satu bagian gedung yang lain digunakan untuk melayani pasien-pasien dengan penyakit infeksius atau pasien yang sudah sakit. Fasilitas di sana pun sudah cukup lengkap. Ada klinik periksa gigi, ruang screening HIV, laboratorium dan ruang tindakan serta ruang periksa umum.
Sebelum melakukan kunjungan ke Puskesmas Sidorejo Kidul, kami berkunjung ke Dinkes Tingkir dan mendapat sambutan dari Bu Nunuk selaku Camat Tingkir.
Kepala Puskesmas Tingkir, dokter Deasy Vebriana Pananingrum kemudian memaparkan hal-hal apa saja yang sudah dilakukan Dinkes setempat untuk mendukung GERMAS 2017. Puskesmas sebagai salah satu lininya memiliki tujuan untuk mewujudkan Kecamatan Tingkir sehat dan mandiri. Hal ini dilakukan dengan meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan, meningkatkan kemandirian masyarakat di bidang kesehatan, dan menjalin kerjasama lintas sektor yang harmonis dan dinamis.
Kemenkes Perkenalkan Dunia Vektor (Duver) kepada Warganet
Selama ini tentu masih banyak dari kita yang merasa ragu-ragu untuk berobat ke Puskesmas karena beberapa alasan seperti; antrinya lama, birokrasinya susah harus fotokopi ini dan itu, sampai alasan bahwa pelayanan di Puskesmas kurang lengkap.
Anggapan tersebut langsung tertepis begitu melihat gedung Puskesmas yang sudah dibagi menjadi dua bagian. Satu bangunan khusus untuk menangani pasien non infeksius dengan beberapa aktivitas seperti konseling, konsultasi laktasi dan inisiasi menyusui dini, konsultasi untuk ibu hamil dan KB, konsultasi gizi, serta memeriksa balita.
Gedung puskesmas yang bersih dan nyaman |
Sistem pendaftaran yang tertata |
Salah satu fasilitas yang ada di puskesmas, yaitu sarana pengobatan gigi dan ruang periksa untuk anak. |
Sementara itu satu bagian gedung yang lain digunakan untuk melayani pasien-pasien dengan penyakit infeksius atau pasien yang sudah sakit. Fasilitas di sana pun sudah cukup lengkap. Ada klinik periksa gigi, ruang screening HIV, laboratorium dan ruang tindakan serta ruang periksa umum.
Salah satu peserta blogger kesehatan yang sedang melakukan screening HIV |
Sebelum melakukan kunjungan ke Puskesmas Sidorejo Kidul, kami berkunjung ke Dinkes Tingkir dan mendapat sambutan dari Bu Nunuk selaku Camat Tingkir.
Kepala Puskesmas Tingkir, dokter Deasy Vebriana Pananingrum kemudian memaparkan hal-hal apa saja yang sudah dilakukan Dinkes setempat untuk mendukung GERMAS 2017. Puskesmas sebagai salah satu lininya memiliki tujuan untuk mewujudkan Kecamatan Tingkir sehat dan mandiri. Hal ini dilakukan dengan meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan, meningkatkan kemandirian masyarakat di bidang kesehatan, dan menjalin kerjasama lintas sektor yang harmonis dan dinamis.
Kemenkes Perkenalkan Dunia Vektor (Duver) kepada Warganet
Suasana bagian dalam Duver dengan berbagai spesimen yang ditata dengan rapi dan informatif |
Tikus-tikus dari berbagai daerah yang diawetkan untuk diteliti. |
Para peneliti sedang membersihkan jaringan bagian dalam tubuh tikus yang jadi objek penelitian. |
Hasil RNA yang dibekukan untuk kepentingan penelitian penyakit yang ditularkan oleh tikus. |
"Apaan tuh," selidik kami saat melihat deretan toples di dalam rak yang setelah diamati dari dekat ternyata berisi puluhan tikus yang diawetkan dalam cairan alkohol.
Tikus-tikus tersebut dimasukkan dalam toples yang diberi label sesuai dengan tempat di mana tikus tersebur didapatkan. Ada yang dari pedalaman hutan Sulawesi sampai dari wilayah pemukiman di Bali. Tikus-tikus tersebut diperiksa untuk mengetahui apakah ada dugaan membawa suatu penyakit.
Tidak pernah terlintas sebelumnya ada sebuah tempat yang menampung berbagai jenis hewan yang selalu kita hindari di keseharian. Di Dunia Vektor Dan Resevoir yang berlokasi di Salatiga ini ada berbagai jenis nyamuk, kecoa, bermacam jenis tikus, kelelawar dan potensi penyakit yang ada di dalam tubuhnya, yang diteliti. Bukan hanya itu, pengunjung juga dapat menikmati secara langsung karya seni yang terbuat dari specimen nyamuk, lalat atau kecoa.
Bagi kami yang awam, jadi bertanya-tanya sebenarnya buat apa sih, suatu tempat meneliti dan memelihara hewan dan serangga yang tidak disukai manusia.
“Dalam dunia kesehatan masyarakat, binatang bisa menjadi perantara penularan penyakit, yang dikenal dengan istilah kelompok vektor dan reservoir”, ujar Dra. Widarti, M.Kes, Ketua Panitia Pembina Ilmiah (PPI) B2P2VRP Salatiga, saat memberikan sambutan selamat datang kepada 50 Blogger Kesehatan dari Jakarta dan Semarang, Selasa sore (29/8) sepekan lalu.
Vektor adalah organisme yang bukan merupakan penyebab penyakit tetapi dapat menularkan, memindahkan agen penyakit dari suatu hewan ke hewan lain atau bahkan manusia, misalnya nyamuk sebagai vektor beberapa penyakit, yakni demam berdarah dengue (DBD), Malaria, Chikungunya, Filariasis, dan Japanese Enchepalitis (JE).
Sementara reservoir adalah hewan yang terdapat kuman pathogen di dalam tubuhnya, hidup bersama dan tidak terkena penyakit, namun kuman pathogen tersebut tetap berbahaya bagi kesehatan manusia, misalnya tikus dan kelelawar.
Vektor adalah organisme yang bukan merupakan penyebab penyakit tetapi dapat menularkan, memindahkan agen penyakit dari suatu hewan ke hewan lain atau bahkan manusia, misalnya nyamuk sebagai vektor beberapa penyakit, yakni demam berdarah dengue (DBD), Malaria, Chikungunya, Filariasis, dan Japanese Enchepalitis (JE).
Sementara reservoir adalah hewan yang terdapat kuman pathogen di dalam tubuhnya, hidup bersama dan tidak terkena penyakit, namun kuman pathogen tersebut tetap berbahaya bagi kesehatan manusia, misalnya tikus dan kelelawar.
Interaksi antara manusia dengan hewan, kebiasaan manusia dalam menjaga kebersihan individu dan lingkungan dapat menjadi penyebab penularan penyakit. Untuk itu, perlu kesadaran untuk mengendalikan vektor dan reservoir yakni dengan menekan, mengurangi, atau menurunkan tingkat populasi vektor sehigga tidak membahayakan bagi kesehatan manusia.
“Cara agar dapat terhindar dari penyakit terkandung dalam tubuh reservoir dan ditularkan oleh vektor adalah dengan menjaga kebersihan, utamanya menghilangkan sarang atau tempat perkembangbiakan hewan tersebut”, tambahnya.
Mendengar penjelasan tersebut, kami jadi bersemangat untuk menjelajahi area Duver yang memang cukup asri tersebut. Kontur tanah yang berundak menjadikan kami harus naik-turun tangga untuk menyambangi setiap tempat atau lokasi laboratorium.
Yang menyenangkan, udara di sekitarnya terasa sejuk dan sesekali saat angin bertiup menguar aroma dedaunan rosemary yang banyak ditanam di sana. Kalau dilihat-lihat memang banyak sekali tanaman obat yang diperuntukkan memgendalikan serangga seperti nyamuk.
"Kami di sini juga mengembangkan insektisida alami yang berbahan herbal. Karena nyamuk memang terbukti tidak menyukai aroma sereh, rosemary, lavender, dan beberapa bebungaan."
Selain itu, para peneliti di Duver ini juga sudah berhasil menemukan sebuah inovasi dari hasil penelitian terhadap bakteri di dalam tanah yang bisa membunuh jentik-jentik nyamuk.
Rupanya, itulah salah satu maksud mengapa hewan dan serangga yang terkesan sepele diteliti dan dipelihara di sini. Agar pengendalian penyakit-penyakit yang disebabkan oleh nyamuk, kecoa, lalat, kelelawar, dan tikus dapat dipantau serta dicarikan solusi atau bahkan inovasi baru untuk melawan penyakit-penyakit tersebut.
Sore itu, sebagai blogger kesehatan bertambah lagi pengetahuan kami tentang kesehatan lingkungan. Semoga dengan meng-upgrade ilmu seperti ini kami bisa membagikan pengalaman dan pengetahuan tersebut pada masyarakat luas.
Asik juga bisa kumpul dgan bloger2 dan melkukn hal bermanfaat semacam ini . . Kunbal y
ReplyDelete