Budaya
Kisah Perjalanan
Pekalongan : Pesona Bumi Legenda Batik Nusantara
Kereta api yang kami tumpangi berangkat dari Stasiun Poncol, Semarang pukul 08.45 menit. Dari dalam kereta, langit terlihat cerah dan matahari bersinar cukup terik. Namun suasana di dalam kereta ekonomi yang adem, membuat perjalanan kami menuju ke sebuah kota yang terkenal sebagai sentra industri batik Indonesia jadi terasa nyaman.
Pukul 10 lewat sembilan menit, kereta api merapat di Stasiun Pekalongan. Sebuah perjalanan singkat yang cukup berkesan karena sepanjang perjalanan tadi, kami disuguhi pemandangan yang cukup cantik: pesisir Laut Jawa di beberapa kelokan rel kereta berpadu dengan hamparan sawah atau ladang.
Pekalongan berlokasi sekitar 100 km ke sebelah barat Semarang. Di hari-hari tertentu seperti libur lebaran, kota yang terletak di jalur Pantura yang menghubungkan Jakarta-Semarang-Surabaya ini, sering dilewati oleh para pemudik.
Kalau kita bertanya kepada para pemudik tentang apa yang akan mereka cari di Kota Pekalongan, sebagian besar pasti akan menjawab: Batik.
Begitu lekatnya citra kota ini dengan batik menjadikan Pekalongan masuk ke dalam jaringan kota kreatif UNESCO dalam kategori folk art pada Desember 2014 lalu. Tidak heran apabila city branding yang melekat pada Pekalongan adalah World's city of Batik.
Kalau mau menelusuri lebih detail, batik Pekalongan mempunyai corak khas yang sangat variatif. Corak tersebut bisa jadi disebabkan oleh adanya akulturasi dari beberapa kebudayaan. Sebab, menurut sejarah, Pekalongan merupakan kota pelabuhan yang nadinya dihidupkan oleh aktivitas perdagangan. Di masa lalu banyak sekali pendatang yang berasal dari Cina dan Arab, maupun suku-suku di Nusantara seperti suku Melayu dan Banjar yang singgah di Pekalongan.
"Mungkin saja kan, para pendatang tersebut menyumbang inspirasi motif atau corak bagi pengrajin batik setempat," tutur saya pada salah satu kawan yang juga ikut berkunjung ke Pekalongan.
"Bisa jadi sih," sambungnya. "Coba nanti kita cari tahu. Di Pekalongan ada sebuah Padepokan Batik Pesisir di daerah Wiradesa. Di sana kita bisa banyak mendapatkan info soal batik."
"Oke. Tapi sekarang kita mengisi perut dulu, yuk," balas saya.
Kami pun berjalan menuju sebuah warung makan yang tidak jauh dari stasiun. Di warung tersebut kami menjajal nasi rames yang disandingkan dengan pelengkap khas kuliner Pekalongan, yaitu megono atau cacahan nangka muda dan kelapa parut. Sementara kawan yang lain memesan Tauto yang merupakan makanan khas Pekalongan.
Kalau penasaran dengan Megono, seperti inilah penampakannya. Ini adalah hidangan pada jamuan makan di kediaman Bapak Bupati di Pendopo Kab. Kajen. |
Kami pun berjalan menuju sebuah warung makan yang tidak jauh dari stasiun. Di warung tersebut kami menjajal nasi rames yang disandingkan dengan pelengkap khas kuliner Pekalongan, yaitu megono atau cacahan nangka muda dan kelapa parut. Sementara kawan yang lain memesan Tauto yang merupakan makanan khas Pekalongan.
Padepokan Batik Pesisir Failasuf.
Selain berkunjung ke museum batik, salah satu tempat yang menjadi destinasi wisata edukasi dan budaya yang bisa dituju saat di Pekalongan adalah Padepokan Batik Pesisir H. Failasuf yang terletak di daerah Wiradesa.
Siang itu, suhu udara di Pekalongan terasa panas menyengat. Namun saat kami memasuki kawasan padepokan, suasana yang sejuk dan adem langsung menyambut kami.
Sebelum masuk ke padepokan, kami menyusuri ruas jalan di bagian samping ruang pamer batik. Dinding luarnya memuat berbagai informasi mengenai batik, mulai dari sejarah batik nusantara hingga sejarah batik di Pekalongan.
Di halaman depan, terparkir sebuah kereta kuda atau andong. Sementara di gerbang masuk, dua orang model_yang mengenakan pakaian batik dengan warna dasar hitam dan corak batik warna kuning serta keemasan_sudah menyambut kedatangan kami.
Memasuki area pendopo, tampak suasana halaman yang hijau dan asri berpadu dengan bangunan berarsitektur tradisional Jawa.
Di area pendopo dipamerkan beberapa lembar kain batik khas pesisir, juga ada selembar kain batik yang belum paripurna. Warnanya masih putih dan corak yang digambar masih terlihat sederhana.
Di area pendopo dipamerkan beberapa lembar kain batik khas pesisir, juga ada selembar kain batik yang belum paripurna. Warnanya masih putih dan corak yang digambar masih terlihat sederhana.
Dari coraknya, saya menduga itu adalah Batik Petungkriyono, karya Sang Maestro, Bapak H. Ahmad Failasuf.
Beberapa waktu sebelumnya, saya memang sudah mendapatkan informasi bahwa di padepokan ini akan diluncurkan sebuah batik yang akan mengangkat keindahan alam hutan Petungkriyono.
Model mengenakan salah satu pakaian berbahan batik dengan model atau corak batik pesisir. Sementara keindahan alam Petungkriyono bersisian dengan corak batik berlukisan pemandangan alam. |
Batik Petungkriyono ini memiliki corak khas. Sebagian besar mengambarkan keindahan flora dan fauna. Sementara aura magis Petungkriyono dituangkan dalam perpaduan warna-warni cerah yang memikat.
Sambil memandangi kain batik yang belum jadi itu, saya mengira-ngira akan seperti apa kiranya wujud Batik Petungkriyono nanti. Pastinya akan sangat cantik. Untuk melihat keindahannya secara utuh dibutuhkan waktu kurang lebih dua sampai tiga bulan lagi.
Sambil memandangi kain batik yang belum jadi itu, saya mengira-ngira akan seperti apa kiranya wujud Batik Petungkriyono nanti. Pastinya akan sangat cantik. Untuk melihat keindahannya secara utuh dibutuhkan waktu kurang lebih dua sampai tiga bulan lagi.
"Batik, kalau dibalik jadi Kitab, jadi mengerjakannya pun harus dengan sepenuh hati karena semua yang dilukiskan di atasnya menggambarkan sebuah kisah..." begitulah penggalan kalimat dari Bapak Failasuf saat menjelaskan soal Batik Petungkriyono yang sedang ia garap.
Proses pembuatan batik memang tidak sesederhana yang kita bayangkan. Waktu berkunjung ke area dimana para pengrajin sedang mengerjakan selembar kain batik, saya langsung bisa memahami mengapa harga selembar kain batik bisa begitu melangit.
Membatik adalah sebuah karya seni yang dikerjakan secara bergotong-royong. Setiap orang yang terlibat, menuangkan keahliannya masing-masing dengan penuh kesabaran dan ketelitian. Setiap lembar kain batik memiliki berbagai sentuhan tangan dan jiwa seni dari pengrajinnya.
Ada berbagai nilai yang tersimpan dalam selembar kain batik, bukan sekadar nilai ekonomis atau estetikanya saja. Nilai kerjasama dan harmonisasi. Batik juga dimaknai sebagai kitab yang mencatat setiap unsur kearifan lokal yang ada di suatu daerah.
Proses Membatik Dari Nol |
Pencelupan, pencucian, dan penjemuran kain batik. |
Berbagai pewarna alamiah untuk Batik. |
Di Padepokan Batik Pesisir H. Failasuf yang sudah berdiri sejak tahun 1999 ini, pengunjung dapat menyaksikan sendiri bagaimana selembar kain yang polos bermetamorfosis menjadi kain penuh corak dengan warna yang cantik.
Membuat pola, menggambar, mencanting, memberi warna, mengecap, menyelup, mewarnai, menjemur, menjahitnya menjadi pakaian. Itu semua merupakan sebuah proses panjang untuk menciptakan keindahan karya seni. Semua memerlukan harmonisasi.
Proses penjemuran kain batik. Perhatikan corak dan warna batik pesisir yang khas; cerah dengan ragam geometris cantik berpadu unsur floral. |
Dengan melihat semua proses itu, sedikit banyak saya jadi bisa menghargai karya seni batik. Rasanya, jadi kurang sreg kalau harus menyebut kain 'batik' printing yang beredar di pasaran apalagi yang impor sebagai kain batik yang sesungguhnya.
Sudah saatnya kita memberi apresiasi lebih pada karya seni batik dengan mengenakan pakaian yang memang benar-benar dibatik atau dicap. Ini adalah sebuah bentuk penghargaan akan kekayaan kearifan lokal kita. Siapa lagi yang mau mengaungkan Pesona Pekalongan sebagai Bumi Legenda Batik Nusantara kalau bukan kita?
Pewarna alami jadi satu komposisi terbaik untuk batik , khususnya pekalongan.. Kunbal y
ReplyDeleteBetul sekali. Warnanya jd tambah cantik, ya. Siap, nanti aku kunbal yaa
DeleteBatik Pekalongan udah tersohor lah ya, pantas aja jadi kota budaya yang diakui internasional
ReplyDeleteIyaa Mba, ragam corak dan warnanya juga kaya makanya terkenal sampe luar negeri
DeleteWarna batik di rumah batik Pak Failasuf cantik-cantik... sayang waktu itu nggak sampai selesai, sepertinya kudu balik ke sana untuk lihat lagi proses pembuatan batik dari awal sampai akhir nih. Nice share, mbak Nia. ^^
ReplyDeleteBangeett yaa. Rasanya pas liat yg masih dijemur2 itu aja udah bikin mupeng lhoo
DeletePas di Batik Failasuf aku ketinggalan proses pencelupan. Aku asyik ngerekam dan ngobrol dengan ibu-ibu di bagian QC, eh, ternyata di sebelah lagi pencelupan. Nggak ada dokumentasinya deh. Sama kaya Halim, keknya kudu balik lagi. Plus, aku juga seneng sama salah satu kemeja batik di galerinya, kalau masih ada mau ta ambil :D
ReplyDeleteSama Mas, aku juga pas itu udah telat, udah diangkat dari gentong yg dimasak dan dibilas liatnya. Jd pingin ngulang lagi untuk liat prosesnya sampe lengkap
DeleteSetelah melihat sendiri proses pembuatan batik tulis aku jadi ga heran kenapa harga batik tulis bisa semahal itu :)))
ReplyDeleteIyaaa, yg bikin satu tim sendiri yaa. Kerjasama dan pada telaten semua.
Deletemari belanja batik lagi! kemarin alu buru2 keliling IBC nya.. hoho. pingin batik Petungkriyono nya deh
ReplyDeleteMembayangkan bakal kayak gimana ya Batik Petungkriyono jadinya. Pasti cantik bgt ya
Deleteyuuk pakai batik asli, karena ada batik abal abal buatan cina
ReplyDeleteNah iya, itu yg kumaksud. Ngga tega nyebut batik impor apalagi printing sbg batik. Batik itu warisan Indonesia pokoknya!
DeleteWiiii POstingan batiknya udah jadi ..
ReplyDeleteAkumah semalem pas deadline ga tau mau ngetik apa.
Tapi akhirnya jadi juga sih walaupun ga memuaskan wkwk ..
Semoga menang ya teh :)
Ulasanya bagus ! Teh nia Panutanqu
Tapi video kamu keren2 Leon. Aku seneng liatnya. Keep up the good works yaa
DeleteTernyata Mbak ini namanya Nia Nurdiansyah to, tak kira Mbak Cristanty ^^
ReplyDelete