Dapurku
Keseharian
Kesehatan
Little Organic Kitchen : Berbagi 'Bahagia' Di Sebuah Dapur Kecil
Sekitar tiga tahun yang lalu, embrio kecil dari usaha rumahan, Little Organic Kitchen, mulai berkembang. Dari yang awalnya berupa renik ide yang tak kunjung dieksekusi sampai akhirnya ada satu momen yang memaksa saya untuk mewujudkannya.
Momen untuk segera mewujudkan ide tersebut jadi nyata, terlaksana justru karena saat itu saya dianugerahi sakit. Dimulai dengan memperbaiki gaya hidup dan pola makan diri sendiri, kemudian mendapatkan manfaat dari perubahan tersebut, berlanjut dengan keinginan untuk berbagi pada teman-teman yang selama ini memberikan dukungan, akhirnya dirintislah Little Organic Kitchen.
Pendorong seseorang membangun sebuah usaha itu berbeda-beda motifnya. Ada yang karena motif ekonomi, aktualisasi diri, sampai karena ingin menantang diri sendiri. Kalau boleh merangkum jadi satu kalimat, saya menyebutnya motif untuk memberdayakan diri. Saya yakin hampir semua wanita memiliki keinginan untuk memberdayakan dirinya.
Sepertinya Mba Wahyu Widya dan Muslifa Aseani atau yang akrab dengan panggilan Bunsal bisa menangkap motif tersebut. Dan nyatanya motif tersebut memang ada di dalam setiap diri wanita. Keduanya lalu mengangkat tema 'Bisnis Rumah Impianmu' untuk arisan link blog bersama Komunitas Gandjel Rel periode ke-9 ini.
Saya sering bertanya pada diri sendiri apakah sudah puas dengan pencapaian yang saya dapatkan dari merintis usaha ini? Jawabannya adalah belum dan masih sangat jauh dari yang saya bayangkan.
Hipotesis awal dari usaha rumahan Little Organic Kitchen adalah bahwa sebuah kebahagiaan akan semakin berlipat ganda berkahnya apabila dibagikan. Banyak yang bertanya apa sih, hubungannya makanan sehat dengan kebahagiaan?
Dulu, saya belum bisa menjawab dengan data dan fakta, baru bisa menjawab sebatas pengalaman saja. Kemudian pelan-pelan seiring sejalan, saya pun mulai menimba ilmu di bidang Naturopathy dan mengaitkannya dengan ilmu Psikologi yang bertahun-tahun saya pelajari. Kemudian mendapatkan benang merah dari keduanya, bahwa penyakit mental sangat dipengaruhi oleh kondisi perut kita. Apa yang kita makan memengaruhi pola hidup, pola hidup sangat berkaitan dengan kebahagiaan.
Kalau mau membahas kaitan keduanya bakal panjang dan sedikit melenceng dari tema, nih. Jadi, balik lagi ke tema 'Bisnis Rumahan Impian' dulu, ya. Lain waktu akan dibahas kaitan antara pola makan, pola hidup, dan kebahagiaan.
Sebagian besar wanita yang ingin punya usaha sendiri, kebanyakan ingin memulainya dari rumah. Banyak alternatif bidang usaha yang bisa dirintis, mulai dari yang berkaitan dengan hobi sampai keahlian spesifik. Bidangnya bisa kuliner, fashion, sampai home decor.
Untuk memulai sebuah usaha rumahan yang bisa berkembang, niat saja nggak cukup. Sedikit demi sedikit, juga harus mau belajar tentang kewirausahaan. Selain itu, belajar soal pemasaran, dilanjutkan dengan berjejaring agar usahanya terus berkembang.
Menurut saya, nggak ada resep mujarab yang sifatnya seragam untuk semua orang dalam hal berbisnis. Masing-masing punya resep dan kiatnya sendiri. Biasanya, semua itu ditemukan kalau sudah terjun langsung menjalankan usaha.
Jadi sebenernya, ketika merintis usaha, kita juga sekalian mempelajari ilmu dan trik-triknya. Kalau menurut saya, berwirausaha itu lebih kepada learning by doing, bukan belajar dulu baru praktek. Seringnya, pembelajaran berharga didapatkan saat kita sudah menjalankan usaha.
Saat belum memulai dan masih ada di angan-angan, saya merasa usaha yang sedang saya geluti akan berjalan sesuai bayangan. Kenyataannya, cukup banyak juga kendala yang saya temui dalam perjalanan. Beberapa kendala itu nggak menjadikan berhenti, tetapi menuntut saya untuk mencari solusi dan belajar lagi.
Kendala yang saya temui dalam bisnis kuliner beragam, dari mulai proses produksi sampai distribusi. Setiap lini ada saja hal kecil yang harus dicermati.
Satu hal yang menjadi prinsip utama dalam usaha Little Organic Kitchen adalah, mengerjakannya dengan happy agar konsumen juga bisa merasakan kebahagiaan ketika mengonsumsi produk-produknya.
Untuk beberapa produk, seperti salad dressing, minuman dan cakery, saya harus turun tangan sendiri saat proses produksi. Ada juga syarat khusus seperti kondisi badan harus fit, nggak boleh lagi pilek atau kecapean, mengolah bahan makanan selalu dengan tangan kanan, memulai dengan Bismillah dan hal-hal kecil yang jadi 'resep rahasia' lainnya.
Prinsip lainnya adalah berbagi. Bentuknya bisa macam-macam, nggak harus berbagi resep rahasia. Menularkan gaya hidup sehat, berpikir positif, dan sharing melalui cooking class merupakan salah satu cara Little Organic Kitchen bisa terhubung dengan pelanggan.
Ke depannya masih banyak yang ingin saya kembangkan dari usaha rumahan ini, salah satunya adalah untuk membantu distribusi produk-produk hasil olahan petani lokal. Pengin banget rasanya, punya offline store yang menjual produk-produk lokal yang organik, plus kafe kecil tempat teman-teman bisa ngobrol dan berbagi kebahagiaan.
Mungkin, itu sedikit kisah tentang bisnis rumahan yang saya jalani, semoga teman-teman yang sudah berniat untuk berwirausaha bisa segera memulainya, ya. Karena kita nggak pernah tahu apakah sebuah usaha cocok untuk dijalankan kalau tidak kunjung memulainya.
Sebagian besar wanita yang ingin punya usaha sendiri, kebanyakan ingin memulainya dari rumah. Banyak alternatif bidang usaha yang bisa dirintis, mulai dari yang berkaitan dengan hobi sampai keahlian spesifik. Bidangnya bisa kuliner, fashion, sampai home decor.
Untuk memulai sebuah usaha rumahan yang bisa berkembang, niat saja nggak cukup. Sedikit demi sedikit, juga harus mau belajar tentang kewirausahaan. Selain itu, belajar soal pemasaran, dilanjutkan dengan berjejaring agar usahanya terus berkembang.
Menurut saya, nggak ada resep mujarab yang sifatnya seragam untuk semua orang dalam hal berbisnis. Masing-masing punya resep dan kiatnya sendiri. Biasanya, semua itu ditemukan kalau sudah terjun langsung menjalankan usaha.
Jadi sebenernya, ketika merintis usaha, kita juga sekalian mempelajari ilmu dan trik-triknya. Kalau menurut saya, berwirausaha itu lebih kepada learning by doing, bukan belajar dulu baru praktek. Seringnya, pembelajaran berharga didapatkan saat kita sudah menjalankan usaha.
Saat belum memulai dan masih ada di angan-angan, saya merasa usaha yang sedang saya geluti akan berjalan sesuai bayangan. Kenyataannya, cukup banyak juga kendala yang saya temui dalam perjalanan. Beberapa kendala itu nggak menjadikan berhenti, tetapi menuntut saya untuk mencari solusi dan belajar lagi.
Kendala yang saya temui dalam bisnis kuliner beragam, dari mulai proses produksi sampai distribusi. Setiap lini ada saja hal kecil yang harus dicermati.
Satu hal yang menjadi prinsip utama dalam usaha Little Organic Kitchen adalah, mengerjakannya dengan happy agar konsumen juga bisa merasakan kebahagiaan ketika mengonsumsi produk-produknya.
Untuk beberapa produk, seperti salad dressing, minuman dan cakery, saya harus turun tangan sendiri saat proses produksi. Ada juga syarat khusus seperti kondisi badan harus fit, nggak boleh lagi pilek atau kecapean, mengolah bahan makanan selalu dengan tangan kanan, memulai dengan Bismillah dan hal-hal kecil yang jadi 'resep rahasia' lainnya.
Prinsip lainnya adalah berbagi. Bentuknya bisa macam-macam, nggak harus berbagi resep rahasia. Menularkan gaya hidup sehat, berpikir positif, dan sharing melalui cooking class merupakan salah satu cara Little Organic Kitchen bisa terhubung dengan pelanggan.
Ke depannya masih banyak yang ingin saya kembangkan dari usaha rumahan ini, salah satunya adalah untuk membantu distribusi produk-produk hasil olahan petani lokal. Pengin banget rasanya, punya offline store yang menjual produk-produk lokal yang organik, plus kafe kecil tempat teman-teman bisa ngobrol dan berbagi kebahagiaan.
Mungkin, itu sedikit kisah tentang bisnis rumahan yang saya jalani, semoga teman-teman yang sudah berniat untuk berwirausaha bisa segera memulainya, ya. Karena kita nggak pernah tahu apakah sebuah usaha cocok untuk dijalankan kalau tidak kunjung memulainya.
Tampiasih insight barunya mbak Nia..
ReplyDeleteTerutama tentang relasi pola hidup, makanan dengan kesehatan fisik dan mental.
Jadi memang harus benar-benar mulai 'membaca' tubuh sendiri yaaa..
Biar tetap sehat sampai tua nanti.
Syukur2 dg kondisi sehat, impian bisnis rumahan juga terlaksana.
Salam Jumat pagi dari Lombok ^_^
Aamiin Mba Nanik, semoga selalu diberi kesehatan lahir dan batin oleh Yang Maha Pemberi Kehidupan. Tugas kita sbg manusia berusaha menjaga 'tubuh' pinjamanNya agar tetap sehat dan bisa beribadah kepadaNya
Deletesemangat mba dengan bisnisnya... aku pelanggan setiamu.. kiss
ReplyDeleteSiap, Sis. Ayook kedai kopinya diwujudkan, pasti bakal jd tempat nongkrong favoritku.
Deleteharus fit, mood bagus...begitu juga kali ya saat mengolah makanan. luar biasa, semoga semangat mba menular buatku nih biar action ga cuma beride
ReplyDeleteHidup memang harus memperhatikan asupan makanan ya teh nia, udah bebrapa kali gerdku kambuh karena pola makan yang acak, semangat terus membuat makanan dan minuman sehatnya ya, kapan aku bisa k3bagian order cheese cakenya nih 😊
ReplyDeletewah mbak nia ini multitalent ya...keren ya bisnismu mbak ...
ReplyDeleteKeren bingit mbak, pengen belajar memasak sehat dari mb Nia nih
ReplyDeleteSelamat ya Niaa, aku penasaran coba produkmu, suka deh dengan visi misi behind bisnismu..
ReplyDeletekerennya mbak nia..semoga makin jaya usahanya ya. kapan2 mau lagi dibikinin cheese cakenya :*
ReplyDeleteAku beruntung bisa mengenal dan belajar bareng dirimu Nia, meski baru secuil. Moga terus sukses bisnisnya ya
ReplyDeleteKapan adain cooking class lagi mba? Penasaran pengen ikut ;)
ReplyDeleteKeren Nia kalo pas kopdar bawa sample produknya hehehe
ReplyDeleteWih keren Mbak. MAaf baru mampir. Wah, kapan ya aku bisa belajar bisnis darimu. Salut dengan ibu2 yg bisa kayak gini nih. Sukses ya Mbak...
ReplyDelete