Acara
Kiat Menulis
Meet & Greet With : Trinity The Naked Traveler
The world is a book, and those who do not travel read only a page.
(Saint Augustine )
Pernahkah memikirkan bahwa dunia ini terasa hanya selebar daun kelor karena kita memang tidak benar-benar keluar dan melihat dunia yang sesungguhnya? Bayangkan saja, saat ini Indonesia memiliki 33 provinsi, belum lagi pulau-pulau kecil yang tersebar di antaranya yang belum pernah kita datangi. Lalu, bagaimana dengan dunia, benua-benua di dalamnya dan negara-negara yang terbagi-bagi diantaranya?
Bisa jadi masih sedikit yang kita ketahui tentang dunia. Teknologilah yang telah menyelamatkan kita dari ketidaktahuan. Tanpa perlu mengepak ransel, kita bisa melihat Gobi, Patagonia, dan Kalahari tanpa tersengat panasnya matahari gurun. Kita dapat duduk-duduk sembari menyelonjorkan kaki untuk merasakan kemegahan dunia dari puncak Everest. Kita bisa menyepi di kamar tidur, sementara keriuhan Tokyo di pagi hari, hanya selangkah dari jendela kamar, atau sebaliknya di tengah hiruk pikuk jalanan kota yang macet, kita bisa melarikan diri sejenak ke Pulau Bouvet yang tidak berpenghuni di daerah Norwegia.
Waktu dan jarak kini bukan lagi masalah besar bagi seseorang yang ingin melihat dunia. Televisi, internet, teknologi yang selalu up to date dan media massa lainnya telah menciptakan cara berlibur, petualangan, dan perjalanan yang baru dan mudah bagi siapa saja. Tapi untuk benar-benar tergerak, berpindah, dan mengeksplorasi seperti halnya Phileass Fogg, tokoh dalam buku Around The World in 80 Days karangan Jules Verne, yang melakukan perjalanan dari London menuju Suez, dilanjutkan ke Calcuta, lalu ke Hongkong dan Yokohama, kemudian berpindah ke San Fransisco dan berakhir di New York dengan total waktu selama 80 hari dibutuhkan jiwa, dan itu tidak selalu mudah bagi siapa saja.
Namun, lain halnya dengan Trinity. Saya harus mengacungkan banyak jempol untuknya. Sangat sedikit female traveler yang memiliki jiwa seperti Phileass Fogg, mungkin bisa dikatakan Trinity adalah satu-satunya di Indonesia. Waktu saya bertanya apakah pada saat ia berkeliling dunia ia pernah bertemu dengan sesama female traveler asal Indonesia, ia menjawab tidak. Bahkan teman-teman backpacker-nya sering berujar bahwa ia adalah yang pertama dan satu-satunya dari Indonesia.
Trinity menuturkan bahwa kebanyakan dari kita hanya bisa sirik saja saat melihat orang lain bisa berkeliling dunia. Padahal, menurutnya modal berkeliling dunia adalah keberanian. Keberanian untuk keluar dari zona nyaman. Tentunya membutuhkan biaya, tetapi itu bisa disiasati. Salah satunya adalah dengan menghindari tempat-tempat yang menguras kocek. Menginap di hostel atau homestay di rumah penduduk setempat, makan di kaki lima, dan tidak harus berwisata yang mewah, mingle dengan masyarakat setempat juga bisa menjadi salah satu cara berwisata yang menyenangkan.
Ada beberapa tips dan trick dari Trinity untuk female traveler yang terjun ke belantara petualangan sendirian, antara lain :
Berpakaianlah yang nyaman dan tidak mengundang.
Be confident.
Jangan terlihat bingung atau kurang menyakinkan.
Buatlah rencana perjalanan dengan matang.
Carilah sesama teman yang ber-backpacker sendirian sebagai teman perjalanan.
Lakukanlah riset sebelum mendatangi suatu tempat dengan bertanya atau mencari di internet.
Meskipun Trinity sudah bepergian ke 37 negara dan banyak melihat tempat-tempat indah, ia mengatakan bahwa Indonesia tetaplah yang ternyaman. Saat ditanya negara mana yang paling berkesan baginya, jawabannya adalah New Zealand dan Philipine.
New Zealand memiliki pemandangannya yang sangat menakjubkan. Landscape yang pernah kita lihat pada film Lord Of The Ring bisa dilihat langsung di sana. Cantik dan menggetarkan. Bahkan, menurut Trinity, di setiap kelokan kita akan menemukan pemandangan yang tak terduga indahnya.
Philipine disukai karena kondisinya yang tidak jauh berbeda dengan Indonesia, orang-orangnya yang hampir mirip dengan orang indonesia, transportasinya yang mudah serta akses menuju pantainya yang cantik sangat gampang.
Jika sudah pernah membaca bukunya: The Naked Traveler, kita bisa ikut tergelak dan mengalir dengan berbagai pengalaman yang ia tuturkan. Banyak hal unik dan informatif bisa digali di sana, misalnya saja tentang bandara paling unik yaitu El Nido, di Philipine karena pesawat, becak, dan pejalan kaki menggunakan jalur yang sama atau tentang daerah paling angker di Indonesia, yaitu Pulau Moyo di Sumbawa. Selanjutnya, Trinity juga akan kembali membuat seri lanjutan kisah perjalanannya dalam The Naked Traveler 2
Trinity bukanlah sosok yang biasa, sama seperti halnya traveling yang bukan hobi biasa. Ia memiliki jiwa petualangan dan itu sudah terbentuk sejak kecil, saat orangtuanya sering mengajak ia bepergian ke seluruh penjuru nusantara. Banyak percakapan lucu terlontar saat ia bertandang ke Gramedia Pandanaran, Semarang, 22 Mei 2009 kemarin, salah satunya adalah tentang berat badan. Jika bagi sebagian orang perkara berat badan bisa menyinggung perasaan, lain dengan Trinity, ia bisa menjadikan perkara ini pertanyaan untuk kuisnya. Mungkin baginya bukan penampilan fisik yang terpenting tetapi bagaimana isi jiwa mampu memaknai kehidupan sebagai sebuah perjalanan dalam arti yang sesungguhnya. Dan saya bangga, Indonesia memiliki female traveler seperti Trinity..
Dalam traveling, filosofi kehidupan membungkusnya, bahkan sejak awal kita memilih akan pergi kemana. Apa saja yang akan kita bawa dalam ransel atau koper seperti menunjukan siapa diri kita. Preferensi terhadap perjalanan atau tempat tujuan ibaratnya cara pandang kita terhadap proses dan hasil dalam kehidupan.
Apa yang ingin kita lihat, apa yang ingin kita cecap, apa yang ingin kita maknai dan apa yang ingin kita bagi selama berada dalam perjalanan serta pada saat sampai di tempat tujuan melibatkan semua hal yang pernah kita pelajari sejak dilahirkan.
Traveling adalah hobi yang sanggup memanusiakan kita kembali. Melepaskan kita dalam tertibnya rutinitas, membiarkan kita keluar dari kenyamanan wilayah yang sudah kita kuasai dan menjadikan kita dilahirkan kembali menjadi bayi yang penuh rasa ingin tahu lalu menjadi dewasa setelah mengitari dunia.
So, siapa yang mau menyusul menjadi the next Trinity, female-naked traveler ?(jangan diartikan yang tidak-tidak, lho)
(Saint Augustine )
Pernahkah memikirkan bahwa dunia ini terasa hanya selebar daun kelor karena kita memang tidak benar-benar keluar dan melihat dunia yang sesungguhnya? Bayangkan saja, saat ini Indonesia memiliki 33 provinsi, belum lagi pulau-pulau kecil yang tersebar di antaranya yang belum pernah kita datangi. Lalu, bagaimana dengan dunia, benua-benua di dalamnya dan negara-negara yang terbagi-bagi diantaranya?
Bisa jadi masih sedikit yang kita ketahui tentang dunia. Teknologilah yang telah menyelamatkan kita dari ketidaktahuan. Tanpa perlu mengepak ransel, kita bisa melihat Gobi, Patagonia, dan Kalahari tanpa tersengat panasnya matahari gurun. Kita dapat duduk-duduk sembari menyelonjorkan kaki untuk merasakan kemegahan dunia dari puncak Everest. Kita bisa menyepi di kamar tidur, sementara keriuhan Tokyo di pagi hari, hanya selangkah dari jendela kamar, atau sebaliknya di tengah hiruk pikuk jalanan kota yang macet, kita bisa melarikan diri sejenak ke Pulau Bouvet yang tidak berpenghuni di daerah Norwegia.
Waktu dan jarak kini bukan lagi masalah besar bagi seseorang yang ingin melihat dunia. Televisi, internet, teknologi yang selalu up to date dan media massa lainnya telah menciptakan cara berlibur, petualangan, dan perjalanan yang baru dan mudah bagi siapa saja. Tapi untuk benar-benar tergerak, berpindah, dan mengeksplorasi seperti halnya Phileass Fogg, tokoh dalam buku Around The World in 80 Days karangan Jules Verne, yang melakukan perjalanan dari London menuju Suez, dilanjutkan ke Calcuta, lalu ke Hongkong dan Yokohama, kemudian berpindah ke San Fransisco dan berakhir di New York dengan total waktu selama 80 hari dibutuhkan jiwa, dan itu tidak selalu mudah bagi siapa saja.
Namun, lain halnya dengan Trinity. Saya harus mengacungkan banyak jempol untuknya. Sangat sedikit female traveler yang memiliki jiwa seperti Phileass Fogg, mungkin bisa dikatakan Trinity adalah satu-satunya di Indonesia. Waktu saya bertanya apakah pada saat ia berkeliling dunia ia pernah bertemu dengan sesama female traveler asal Indonesia, ia menjawab tidak. Bahkan teman-teman backpacker-nya sering berujar bahwa ia adalah yang pertama dan satu-satunya dari Indonesia.
Trinity menuturkan bahwa kebanyakan dari kita hanya bisa sirik saja saat melihat orang lain bisa berkeliling dunia. Padahal, menurutnya modal berkeliling dunia adalah keberanian. Keberanian untuk keluar dari zona nyaman. Tentunya membutuhkan biaya, tetapi itu bisa disiasati. Salah satunya adalah dengan menghindari tempat-tempat yang menguras kocek. Menginap di hostel atau homestay di rumah penduduk setempat, makan di kaki lima, dan tidak harus berwisata yang mewah, mingle dengan masyarakat setempat juga bisa menjadi salah satu cara berwisata yang menyenangkan.
Ada beberapa tips dan trick dari Trinity untuk female traveler yang terjun ke belantara petualangan sendirian, antara lain :
Berpakaianlah yang nyaman dan tidak mengundang.
Be confident.
Jangan terlihat bingung atau kurang menyakinkan.
Buatlah rencana perjalanan dengan matang.
Carilah sesama teman yang ber-backpacker sendirian sebagai teman perjalanan.
Lakukanlah riset sebelum mendatangi suatu tempat dengan bertanya atau mencari di internet.
Meskipun Trinity sudah bepergian ke 37 negara dan banyak melihat tempat-tempat indah, ia mengatakan bahwa Indonesia tetaplah yang ternyaman. Saat ditanya negara mana yang paling berkesan baginya, jawabannya adalah New Zealand dan Philipine.
New Zealand memiliki pemandangannya yang sangat menakjubkan. Landscape yang pernah kita lihat pada film Lord Of The Ring bisa dilihat langsung di sana. Cantik dan menggetarkan. Bahkan, menurut Trinity, di setiap kelokan kita akan menemukan pemandangan yang tak terduga indahnya.
Philipine disukai karena kondisinya yang tidak jauh berbeda dengan Indonesia, orang-orangnya yang hampir mirip dengan orang indonesia, transportasinya yang mudah serta akses menuju pantainya yang cantik sangat gampang.
Jika sudah pernah membaca bukunya: The Naked Traveler, kita bisa ikut tergelak dan mengalir dengan berbagai pengalaman yang ia tuturkan. Banyak hal unik dan informatif bisa digali di sana, misalnya saja tentang bandara paling unik yaitu El Nido, di Philipine karena pesawat, becak, dan pejalan kaki menggunakan jalur yang sama atau tentang daerah paling angker di Indonesia, yaitu Pulau Moyo di Sumbawa. Selanjutnya, Trinity juga akan kembali membuat seri lanjutan kisah perjalanannya dalam The Naked Traveler 2
Trinity bukanlah sosok yang biasa, sama seperti halnya traveling yang bukan hobi biasa. Ia memiliki jiwa petualangan dan itu sudah terbentuk sejak kecil, saat orangtuanya sering mengajak ia bepergian ke seluruh penjuru nusantara. Banyak percakapan lucu terlontar saat ia bertandang ke Gramedia Pandanaran, Semarang, 22 Mei 2009 kemarin, salah satunya adalah tentang berat badan. Jika bagi sebagian orang perkara berat badan bisa menyinggung perasaan, lain dengan Trinity, ia bisa menjadikan perkara ini pertanyaan untuk kuisnya. Mungkin baginya bukan penampilan fisik yang terpenting tetapi bagaimana isi jiwa mampu memaknai kehidupan sebagai sebuah perjalanan dalam arti yang sesungguhnya. Dan saya bangga, Indonesia memiliki female traveler seperti Trinity..
Dalam traveling, filosofi kehidupan membungkusnya, bahkan sejak awal kita memilih akan pergi kemana. Apa saja yang akan kita bawa dalam ransel atau koper seperti menunjukan siapa diri kita. Preferensi terhadap perjalanan atau tempat tujuan ibaratnya cara pandang kita terhadap proses dan hasil dalam kehidupan.
Apa yang ingin kita lihat, apa yang ingin kita cecap, apa yang ingin kita maknai dan apa yang ingin kita bagi selama berada dalam perjalanan serta pada saat sampai di tempat tujuan melibatkan semua hal yang pernah kita pelajari sejak dilahirkan.
Traveling adalah hobi yang sanggup memanusiakan kita kembali. Melepaskan kita dalam tertibnya rutinitas, membiarkan kita keluar dari kenyamanan wilayah yang sudah kita kuasai dan menjadikan kita dilahirkan kembali menjadi bayi yang penuh rasa ingin tahu lalu menjadi dewasa setelah mengitari dunia.
So, siapa yang mau menyusul menjadi the next Trinity, female-naked traveler ?(jangan diartikan yang tidak-tidak, lho)
No comments